11 - Kekacauan

16 8 0
                                    

"Kekacauan ini akibat kecerobohanku." – Rafin.

Oktober 2018

______________

"Terima kasih sudah mengajak Aldi kesini, Revel." Ucapku pada cowok baik di depanku ini. Revel sepertinya sangat dewasa, dia tak terpengaruh setelah bertemu dengan Rui. Tapi mungkin apapun yang dia rasakan saat ini pasti sedang dia sembunyikan.

"Iya, aku juga senang datang kemari." Katanya tetap tak melepaskan senyumannya yang teduh itu.

"Maaf ternyata kalian saling kenal. Apakah aku mengacaukan sesuatu di antara kalian?" Tanyaku kemudian.

"Tidak, hanya saja kita punya masa lalu yang kurang baik." Ucapannya keluar dengan nada setenang biasanya. Saat ini dia terlihat sangat keren.

Aku mengatakan setelah ini aku harus pergi bekerja sebagai manager pengganti untuk artis yang akan mengadakan fans greeting disini. Aku meminta Revel dan Aldi menungguku selesai bekerja dengan duduk di kursi yang sudah disediakan oleh agensi. Revel pun tidak keberatan agar Aldi juga bisa melihatku bekerja. Saat menuju lokasi fans greeting, dia cukup terkejut untuk siapa aku bekerja. Revel melihat dari poster dan banner yang terpasang di sekitaran lokasi.

"Kamu mengurus artis Kei-Kai?" Tanyanya memastikan.

"Iya, kenapa?" Tanyaku balik, lagi-lagi aku bersandiwara pura-pura tak tahu mereka saling kenal. 

"Dulu mereka juga akrab denganku, dengan Rui juga." Jawabnya, dengan tatapannya masih berkeliling melihat apakah Kei-Kai sudah tiba di lokasi. Kulihat ekspresinya sedikit bingung. Lebih tepatnya mungkin canggung.

"Sepertinya mereka belum datang. Ingin bertemu mereka?" Tanyaku untuk mengetahui respon Revel berikutnya.

"Kita lihat nanti. Sana, waktunya kerja." Revel mempersilahkan aku pergi untuk fokus bekerja. Aldi melambai padaku dan memberikan semangat padaku.

Tiga puluh menit kemudian, Si Kembar tiba di lokasi. Aku segera menuntun mereka untuk ke tenda make up. Aku juga memeriksa list jadwal mereka dan rundown fans greeting bersama perwakilan dari agensi. Kei dan Kai yang sudah terbiasa dengan acara semacam ini, mereka sangat tenang mengikuti setiap intruksi dari EO. Mic, sound dan stage sudah siap. Acara ini sebentar lagi dimulai. Aku diberi tugas lagi oleh agensi untuk memonitor backstage. MC juga sudah siap dan hendak naik ke atas panggung.

Acara pun dimulai. MC menyapa fans yang hadir. Panasnya Jakarta tak menyurutkan semangat mereka. Kuamati sepertinya yang datang kisaran usia 13-20 tahunan. Tentu kebanyakan anak-anak perempuan. Aku juga menemukan wajah-wajah familiar yang berasal dari sekolahku. Aku pun segera merogoh saku untuk mengenakan maskerku biar tak dikenali.

Melihat kegiatan fans greeting Kei dan Kai dari dekat membuatku ikut bersemangat dengan energi yang mereka tularkan kepada orang-orang. Cara bicara mereka yang ceria, pandainya Kai dalam menyanjung fans dan tak ketinggalan aksi sulap dari Kei juga memanjakan mata. Mereka sangat profesional, padahal event ini buah kecelakaan yang kutimbulkan.

"Terima kasih sudah hadir!" Kai mengucapkan kata-kata penutup.

"Pulanglah dengan selamat, hati-hati di perjalanan." Lanjut Kei. Kemudian MC menutup acaranya dan dilanjut foto bersama. 

Acara selesai dalam 2 jam. Aku mengintip kursi dimana tempat Revel dan Aldi duduk. Mereka masih disana menungguku. Aku memberi simbol tangan yang mengartikan aku akan segera kesana.

Aku ikut rapat evaluasi bersama agensi dan Kei-Kai. Aku mencatat semua kritik dan saran dari masing-masing divisi. Laporan ini nantinya akan kusampaikan pada Mba Asha. Tak lupa, aku juga melaporkan respon fans mengenai acara hari ini di sosial media. Setelah beres meeting, aku pun diperbolehkan pulang. Kei-Kai tak lupa mengucapkan terima kasih padaku yang telah menjadi manager pengganti mereka.

"Tidak masalah. Ini pengalaman baru untukku. Terima kasih juga atas kerja samanya." Kataku pada Si Kembar.

"Apa rencana lo abis ini?" Tanya Kei.

"Aku mau lanjut main wahana bareng teman." Jawabku. Kemudian aku mencoba bertanya apakah mereka ingin ikut.

"Ingin ikut bersama kami?" Tanyaku pada mereka.

"Apakah boleh?" Kai kelihatan sangat antusias dengan ajakanku.

"Tentu saja, ayo kukenalkan pada teman-temanku." Kataku dengan gestur mengajak.

Mereka mengikutiku untuk menghampiri Revel dan Aldi. Kurasakan langkah Kei dan Kai melambat. Apakah mereka mulai menyadari adanya Revel? Aku membuat gestur mengajak agar mereka mendekat. Kulihat ekspresi Revel juga jadi canggung.

"Kudengar kalian sudah saling kenal dan akrab." Kataku mengawali pertemuan perdana mereka.

"Ya, dulu kita akrab." Ucap Kai. Nada bicaranya melemah tidak seceria tadi. Apakah masalah mereka separah itu sampai menjauhkan hubungan pertemanan mereka.

"Apa kabar, Vel?" Kei menyapa Revel. Revel hanya tersenyum sambil mengangguk kecil.

"Bagaimana kalian bisa kenal?" Tanya Kai kepadaku dan Revel. Aku menatap Revel, dia mempersilahkan aku menceritakannya.

"Ini muridku, Aldi. Revel mengangkat muridku menjadi adiknya." Kataku berusaha menjelaskan seringkas mungkin.

Kei dan Kai saling bertatapan. Mereka seperti saling melempar pesan telepati. Aku tak mengerti arahnya. Aku harap pertemuan ini tak gagal seperti pertemuan Revel dan Rui.

Sesaat kemudian, aku teringat tasku tertinggal di backstage. Aku meminta izin pergi sebentar untuk mengambilnya. Berlari kecil agar bisa sampai lebih cepat. Kulihat dari jauh rangka panggung sedang dibongkar, aku berharap tenda belakangnya belum dibersihkan karena tasku masih disana.

Saat langkahku memutar membelakangi panggung, suara gesekan besi merasuk ke telingaku. Suaranya tajam sekali membuat telingaku linu. Sedetik kemudian seseorang berteriak.

"Awas!!" Aku tak tahu asal suara itu dari mana. Saat aku menoleh aku melihat rangka besi hampir menimpaku.

Seseorang dengan gesit menarikku menjauh dan melindungiku dalam pelukannya. Aku tidak tahu siapa lelaki yang menyelamatkanku ini. Mataku masih lekat tertutup. Setelah beberapa saat, dia mulai merenggangkan dekapannya. Lalu perlahan mataku terbuka. Kini wajah Rui memenuhi pandanganku.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya seseorang yang mungkin penanggung jawab panggung.

"Ah iya Pak, saya baik-baik saja." Jawabku masih setengah linglung.

"Syukurlah, lebih hati-hati ya. Lebih baik menjauh, disini berbahaya." Katanya lagi.

Aku melihat ke arah Rui lagi. Tatapannya dingin sekali. Aku malah lebih memikirkan apakah dia masih marah padaku daripada keselamatanku sendiri.

"Dasar bloon." Ucap Rui padaku.

"Sorry, gue cuma mau ambil tas gue disana." Kataku.

"Kata Revel, lo udah balik." Aku jadi penasaran kenapa dia tiba-tiba ada disini dan bisa menyelamatkanku.

Tiba-tiba Revel, Kei-Kai dan Aldi menghampiri kami. Mereka semua panik melihatku hampir mati tertimpa rangka besi panggung. Mereka bergiliran menanyakan keadaanku. Aku baik-baik saja. Rui mungkin merasa tak nyaman, dia berjalan menjauh tanpa berpamitan. Sebelum pergi dia sempat memandangi Revel dan Kei-Kai dengan tatapan dingin. Sepertinya rasa bencinya belum juga hilang.

"Sifatnya belum berubah." Gumam Kei.

***

TBC

Halo readers!

jangan lupa kasih feedback ya biar aku makin semangat. Makasih banyak udah mampir ^^

Yuk saling terkoneksi di sosmed

IG : frizz.house

Tiktok : frizz.house_

Twitter : frizah14

email : triafarizah@gmail.com

MAKE A WISH [Ongoing]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora