14 - Berlari Bersama

9 6 0
                                    

"Lari tak selalu memiliki konotasi buruk, dengan berlari perasaanku membaik." – Rui.

November 2018

______________

Seperti biasa setelah pulang sekolah aku pergi ke toko buku untuk kerja paruh waktu. Aku masih punya waktu 30 menit sebelum jam kerjaku dimulai. Dalam perjalanan tiba-tiba ada kucing yang menghampiriku. Kucing ini cantik sekali dengan warna bulu putih krem dan bulunya lebat sekali. Kucing ini pun bersih, kuterka pasti majikannya sangat rajin merawatnya.

Aku menggendong kucing ini. Memperhatikannya dan menemukan kalung yang diikatkan pada lehernya. Nama kucing ini adalah Nako.

"Jadi namamu Nako ya." Ucapku berbicara pada kucing lucu ini.

"Nako!!" Seorang cowok meneriakkan nama kucing ini, saat aku menoleh, kulihat sosok Kai berlari ke arahku.

"Kai?" Aku keheranan kenapa dia bisa disini sedang mengejar-ngejar kucingnya.

"Rafin, ini kucingku. Dia kabur saat aku sedang membeli makan untuknya di pet shop." Jelasnya sambil mengatur napas.

"Oh ini kucing kamu. Iya tiba-tiba dia lari ke arahku." Kataku menceritakan saat Nako menghampiriku.

Karena kita sudah bertemu, Kai mengajakku ke cafe terdekat untuk mentraktirku minum. Dia bilang sebagai ucapan terima kasih karena kerjaku bagus saat menjadi manajer pengganti di acara Dufan minggu lalu. Dia memesan dua cup americano. Warnanya hitam sekali. Aku belum pernah mencobanya.

"Silakan diminum." Kata Kai, aku hanya mengangguk.

"Kamu gak bareng Kei?" Tanyaku yang penasaran dia tak pergi bersama kembarannya.

"Kei mana mau nemenin aku keluar haha. Dia lebih senang di rumah sambil main game." Jawabnya sambil menggoda kucingnya yang bernama Nako itu.

Aku jadi kepikiran apakah aku coba bertanya padanya tentang Rui ya. Mungkin Kai punya saran untukku agar aku bisa meminta maaf dengan benar kepada Rui.

"Kai, aku dengar Rui dan kamu teman dekat, benarkah itu?" Aku bertanya seolah-olah pertemuan mereka adalah kebetulan.

"Iya, kemarin aku sangat terkejut bisa bertemu dengan teman-teman lamaku. Kita berempat dulu sangat dekat karena orang tua kami adalah kolega bisnis. Aku juga tidak menyangka Rui satu sekolah denganmu." Jelas Rui. Cara bicara Kai sangat khas, dia sering menaikkan nada bicaranya jika itu hal yang penting sebagai penekanannya.

"Ya begitulah, tapi aku merasa gak enak dengan Rui. Dia masih marah denganku karena sebelumnya aku mengatakan hanya pergi berdua." Jelasku.

Rui menceritakan bahwa sifat Rui memang seperti itu. Dia kurang fleksibel dan sensitif. Rui paling sering berselisih paham dengan Revel. Rui sering tak menyukai keputusan apapun yang diusulkan Revel. Padahal jika dicermati, setiap pendapat Revel bertujuan untuk kebaikan bersama.

"Lalu kalau dia marah, bagaimana kalian meredam amarahnya?" Tanyaku.

"Rui sangat suka berlari atau jogging. Kamu bisa cari cara untuk membuatnya berlari. Itu bisa merilekskan pikiran dan perasaannya." Kai memberi saran.

Sekarang aku baru mengerti cara yang ampuh untuk berbaikan dengannya. Aku akan cari cara agar dia berlari. Aku sangat penasaran bagaimana hasilnya nanti. Beruntung sekali hari ini ketemu dengan Kai.

Kai mempersilahkanku lagi untuk minum kopi yang telah dia pesankan. Ya, aku masih belum menyentuhnya sama sekali. Lalu aku ambil cup-nya. Saat pertama kali kuminum, ya ampun pahit sekali rasanya.

MAKE A WISH [Ongoing]Where stories live. Discover now