1.8 Kedatangan Tamu

2.3K 279 118
                                    

Burung hantu, burung gagak
Jangan lupa meninggalkan jejak :-*

***

Memasuki minggu kedua KKN, kelompok 110 sudah merencanakan pelaksanaan proker yang memerlukan partisipasi warga masyarakat, seperti proker Yeshika yang akan dilakukan hari Rabu nanti, lalu proker Haidar & Raihan juga akan dimulai dalam minggu ini. Pokoknya sudah mulai sibuk kelompok 110 dalam minggu ini.

Pagi ini tim mengajar sedang bersiap pergi ke sekolah, dan tim yang akan ke kelurahan yaitu Kirana ditemani Aji juga sedang bersiap.

Mereka sepakat kalau yang bekerja di Kelurahan minimal dua orang, sekaligus untuk menemani Kirana. Takut kalau dibiarkan sendiri terjadi hal-hal yang tidak-tidak. Jadi secara bergantian mereka akan ikut bekerja di Kelurahan.

"Enaknya masak apa ya?" tanya Nadhif. Dia sedang berada di tukang sayur untuk berbelanja bersama Dhisti.

Ngomong-ngomong mereka pagi ini mencari tukang sayur dengan mengelilingi dukuh dengan sepeda motor, Soalnya kalau menunggu sampai di depan posko mereka agak kesiangan. Kasian teman-temannya yang mau kerja kalau tidak sarapan.

"Pagi-pagi enaknya yang seger-seger. Sayur sop atau sayur asem aja." usul Dhisti. Dia sedang memilih jajanan pasar yang akan dia beli. Memang ada niat terselubung dia ketika mau ikut Nadhif mencari tukang sayur.

"Sayur sop aja deh. Nanti siang tempe penyet aja, terus malemnya nasi goreng aja gimana?" balas Nadhif.

Jujur kadang Nadhif capek harus berpikir keras setiap hari untuk memberi makan apa kepada para itik jompo itu. Setiap hari harus berbeda menu, dan dalam sehari minimal juga dua menu makanan untuk makan siang atau malamnya.

Untungnya anggotanya itu omnivora, pemakan segalanya dan tidak pemilih soal makanan. Dan untungnya juga ada beberapa anggota yang bisa diajak diskusi untuk memikirkan menu makanan apa yang akan dimasak, seperti Dhisti, Naura, dan Yeshika.

"Yaudah boleh. Mereka kan pemakan segalanya." ujar Dhisti menyetujui.

Nadhif mengangguk, "Iya, mereka juga enggak pernah protes kita masak apa." ucap Nadhif.

"Ya kalo protes suruh masak sendiri aja sih." balas Dhisti.

Nadhif masih memilih sayur yang akan dibelinya, "Pak, ini sayur sopnya berapaan ya?" tanyanya.

"Yang plastik kecil 3 ribu, Mas. Yang besar 5 ribu."

"Bakso sama sosisnya ada?" lanjut Nadhif.

"Ada, itu disamping ibu baju merah."

"Mau masak sayur sop, Mas?" tanya ibu-ibu yang dimaksud tukang sayur seraya menyerahkan bakso dan sosis.

"Iya bu. Terima kasih." jawab Nadhif dengan senyumannya.

"Pada bisa masak to, Mas?" tanya ibu-ibu lain.

"Alhamdulillah ada beberapa yang bisa."

"Woo, ya syukur. Kirain anak kota sekarang ndak pada bisa masak. Ternyata ada yang bisa." lanjut ibu-ibu itu.

Selanjutnya Nadhif dan Ibu-Ibu lain juga terlibat obrolan seputar masak memasak. Dhisti hanya mendengarkan percakapan Nadhif dengan para ibu-ibu itu. Dia hanya bagian senyum-senyum atau menggangguk saja. Tidak berniat menimbrung dalam obrolan mereka.

"Ibu-ibu, kami duluan ya. Mari." pamit Nadhif. Dhisti ikut mengangguk sebagai salam perpisahan.

-

Gauri yang sedang skincarean di kamar menghentikan kegiatannya sebentar untuk melihat ponselnya yang tadi berbunyi. Sepertinya ada yang mengirim pesan padanya.

KKN 110Where stories live. Discover now