2.3 FGD

2.1K 246 58
                                    

Maafkeun kalo part ini b aja🙏

-----

Pagi menjelang siang anak 110 berkumpul di area dapur ditemani cookies dan donat yang dibawa Dhisti dan Haidar.

Naura, Kirana, dan Yeshika sedang mengupas timun, bengkoang, dan mangga. Timun dan mangga mereka beli di tukang sayur tadi pagi, sedangkan mangga diperoleh dari hasil Gauri dan Lita yang meminta dari rumah bu Sunny. Kebetulan mereka memiliki pohon mangga yang lumayan sudah berbuah lebat walaupun belum matang.

Dhisti seperti biasa di titah untuk mengulek sambel tapi dengan warning cabainya sesuai kapasitas kepedesan dari para teman-temannya.

Hari ini Kirana yang bertugas di kelurahan pulang cepat karena katanya tidak ada kerjaan. Lalu tim mengajar di sekolah juga sedang libur.

"Eh, Dar semalem lo dicariin pak Joko." seru Aji setelah menelan cookiesnya.

Pak Joko itu seorang ustad di dukuh Sukadana. Beliau juga selalu jadi imam di mushola dekat posko. Dan ternyata beliau adalah bapaknya Herin anak yang ikut les dengan mereka.

"Ada apa emang?" tanya Haidar penasaran. Seingatnya dia tidak bikin salah.

"Ada urusan sama lo kali, Dar" ucap Samuel yang akan mengambil buah mangga yang ada di piring namun tangannya digaplok oleh Yeshika.

"Jangan di makan dulu!" seru Yeshika. Dari tadi buah yang di iris sudah di makan dulu sama Nadhif dan Gauri, eh sekarang Samuel malah mau ikut-ikutan. Bisa habis duluan nanti sebelum di rujak.

"Gatau dah. Tapi semalem beliau minta kita buat ikut bantu ngajar ngaji di rumahnya" balas Aji.

"Kapan emang ngajinya?" tanya Dhisti. Dia sudah selesai mengulek sambelnya.

"Setiap hari kecuali jum'at" jawab Kirana.

Semalam setelah mendapatkan perintah dari pak Joko waktu di mushola, Aji yang diberi pesan segera memberi tahu teman-temannya. Mereka sepakat akan membantu seminggu 2x saja yaitu hari senin dan minggu mengingat proker mereka juga masih ada beberapa yang diselesaikan.

Haidar mengangguk mengerti, "Kapan kita mulai ngajarnya?"

"Nanti sore, Dar" sahut Naura.

"Lah terus prokernya Raihan?" tanya Dhisti.

"Bagi tim entar. Lagian proker Raihan enggak butuh banyak orang juga karena udah ada dari pihak bank sampahnya. Jadi ya setengah-setengah aja entar." kata Lita mulai sembari mencolekkan timunnya ke sambal rujak.

Mereka mengangguk mengerti. Dan semuanya mulai menikmati rujak mereka dengan hikmat. Walaupun sesekali ada yang mendesis kepedasan.

Bahkan Samuel sendiri tidak menyentuh sambal yang dibuat Dhisti sama sekali. Dia lebih memilih mencocolkan mangga mudanya dengan garam. Lebih aman soalnya di perutnya yang ringkih itu. Dulu saja waktu kepedasan gara-gara sambalnya Dhisti dia sampai diare. Dia tidak mau mengulang itu lagi. Cukup waktu itu saja.

Selama menunggu waktu untuk lanjutan proker Raihan dan membantu mengajar ngaji, para mahasiswa itu memilih bermain uno. Minus Gauri yang memilih tidur di kamar karena katanya lebih adem di kamar daripada di ruang tv. Lalu Kirana & Januar yang juga tidur siang di ruang tv yang diiringi kebisingan teman-temanya yang bermain uno juga disana.

"Uno!" seru Naura setelah dia berhasil menghabiskan kartunya pertama kali.

"Eh anjir Naura masih new bie kok jago amat?" kata Haidar heran. Diantara teman-temanya Naura dan Dhisti termasuk orang yang baru bisa bermain uno.

Semenjak KKN ini mereka berdua diajari bermain uno oleh teman-temannya yamg sudah jago, sampai di setiap permainan malah Naura dan Dhisti yang sering kali menang lebih dahulu.

KKN 110Where stories live. Discover now