4.0 Sepenggal Cerita Hari Ini

1.5K 172 32
                                    

Pagi kembali tiba, dimana sang surya mulai menampakkan wujudnya. Para manusia yang biasa mulai melakukan aktivitas pagi juga sudah mulai bergerak dari tempat tidurnya. 

Seperti bapak tukang sayur yang jam 7 pagi ini sudah nongkrong di depan posko 110. Disana juga sudah ada beberapa ibu-ibu yang mengelilingi mobil pick up milik bapak tukang sayur untuk memilih bahan masakan yang ingin dibeli.

Lita dan Dhisti yang baru keluar dari posko disambut dengan semangat oleh bapak tukang sayur yang sudah mulai kenal dengan anak KKN terutama Dhisti yang memang si tukang belanja.

“Pagi mbak, silahkan mau belanja apa. Masih banyak nih sayurnya. Seger-seger lagi” 

“Pagi pak Farid” balas Dhisti ramah. Sedangkan Lita hanya tersenyum saja. 

“Akrab ya pak sama mbak-mbak KKN” ujar bu Sisca bergurau, rumahnya paling pojok di gang itu.

“Iya dong bu, mbak-mbak ini kan udah jadi pelanggan tetap saya selama sebulan ini” 

“Kalo gitu harusnya sering di diskon dong pak kalo kita belanja” canda Lita.

“Wah kalo itu sulit mbak, tapi jangan risau saya selalu kasih bonus kalo pembelian lebih dari 20 ribu” ujar pak Farid.

“Loh kalo ke saya kok enggak pak?” tanya bu Sunny merasa tak adil.

“Kalo ibu-ibu ini kan tiap beberapa bulan sekali udah saya kasih doorprize. Sedangkan mbak-mbak ini paling cuma sebentar to disini, jadi saya kasih bonus aja tiap beberapa kali pembelian” jelas pak Farid.

“Emang iya Dhis?” tanya Lita mengonfirmasi.

“Iya, masako paling” jawab Dhisti seraya memilih-milih bahan masakan.

“Yeee sama aja bohong” cicit Lita kemudian.

“Hehehe yang penting tak kasih bonus kan mbak. Mbak Dhisti mau beli apa nih? Jeroan ayam, ikan, apa daging ayam nih masih ada semua” tawar si bapak.

“Mau masak apa Lit?” tanya Dhisti yang masih kebingungan.

“Ayam aja deh sekali-kali gak papa.Tapi entar siang kangkung atau jamur aja” balas si bendahara.

“Mau dimasak gimana?”

“Terserah lo, tapi jangan banyak-banyak beli dagingnya.” Lita sebagai pemegang keuangan untuk kebutuhan sehari-hari memang harus selalu mengontrol keluar masuknya uang. 

Kadang dia juga harus menekankan biaya pengeluaran sehari-hari supaya mereka tidak boros. Bodoamat dikatain bendahara pelit, toh itu juga untuk kepentingan bersama. 

“Ayam suwir kemangi aja ya?”

“Bebas deh”

“Pak Ayam setengah kilo ya, sama ada kemangi gak pak?”

“Kalo mau kemangi gak usah beli mbak, tuh depan rumah saya banyak. Tinggal petik aja” ujar bu Sisca.

Dhisti dan Lita segera menoleh ke arah rumah bu Sisca dimana memang tidak memiliki halaman karena langsung berhadapan dengan jalanan. Namun di pinggir teras yang tidak seberapa itu memang berdiri beberapa tanaman yang memang dirawat bu Sisca.

Lita dan Dhisti agak sedikit bergerak takut karena di depan rumah bu Sisca ada dua anjing yang cukup besar milik bu Sisca yang tengah rebahan di tengah jalan. 

Anjing-anjing milik bu Sisca memang tak dikandang jika pagi-sore, makanya bebas berkeliaran. Kadang mereka juga santai-santai di halaman posko KKN 110 sampai membuat anak-anak KKN tak berani keluar rumah, kecuali Samuel.

“Tenang mbak, anjing saya gak galak kok” ucap bu Sisca yang memahami ketakutan Dhisti dan Lita.

‘Gak galak gimana? Orang pas kita lewat depan anjing itu naik motor aja kadang di gonggongi, bahkan gue sama Gauri sampai hampir di kejar. Untung pas naik motor, jadi bisa langsung gas ngueng’ batin Lita berucap.

KKN 110حيث تعيش القصص. اكتشف الآن