20. 2

2.1K 172 14
                                    

"Gue bener-benar minta maaf sama lo, kak. Gue tau gue brengsek, gue jahat, gue bodoh karena udah mutusin lo gitu aja. Lo pasti sakit hati, kan? Kalau iya, ayo pukul gue. Pukul, kak."

Doyoung menggeleng tanda dia menolak permintaan Jeongwoo barusan. Tentu saja. Mana mungkin Doyoung menyakiti orang yang dia cintai? Jangankan menyakiti, melihat Jeongwoo terluka saja, Doyoung tidak bisa.

"Yaudah. Kalau gitu lakuin apapun yang lo mau ke gue. Gue bakalan terima." Kata Jeongwoo lagi. Namun Doyoung tetap menggeleng pertanda bahwa dirinya tidak akan melakukan apapun pada Jeongwoo untuk melampiaskan rasa marahnya seperti yang pemuda Park itu minta.

"Kak, please. Jangan kaya gini. Tunjukkin emosi lo. Jangan bikin gue semakin ngerasa bersalah, hiks." Jeongwoo itu sebenarnya cengeng.

Doyoung terkekeh. "Gemes banget bayi." Ucapnya sambil mencubit pelan pipi kiri Jeongwoo yang malah menangis  semakin kencang.

"Maafin aku, kak. Maafin hiks..."

Karena gemas akan tingkah Jeongwoo, Doyoung pun menarik tubuh laki-laki itu ke dalam pelukannya. Tangan kanan Doyoung bergerak untuk mendorong pelan kepala Jeongwoo agar bersandar di pundaknya.

"Maaf, hiks." Isak Jeongwoo menumpahkan tangisnya di pundak Doyoung yang setia mengusap punggung lebarnya.

"Iyaa, di maafin, kok. Udahan nangisnya, bayi. Nanti kalau Ruto liat kamu bisa di ejek habis-habisan sama dia." Kata Doyoung lembut sambil mengusap pelan rambut hitam Jeongwoo.

Tak ada sahutan dari Jeongwoo yang kini mulai melingkarkan kedua tangannya di pinggang Doyoung dan mendusel di leher pria Kim itu.

Jujur, Jeongwoo sangat merindukan Doyoung. Kalau di tanya bagaimana perasaannya saat ini pada sang mantan, yang pasti Jeongwoo masih menyukai Doyoung. Entahlah, Jeongwoo juga bingung dengan perasaannya sendiri.

"Ngantuk, kak." Lirih Jeongwoo seperti anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya.

"Ngantuk? Kamu mau tidur?" Tanya Doyoung membuat Jeongwoo melepaskan pelukannya dan mengangguk pelan.

"Yaudah kamu ke kamar aku aja." Kata Doyoung mempersilahkan.

"Tapi aku mau ketemu sama Haruto dulu. Ada yang mau aku bicarain sama dia, kak." Ucap Jeongwoo.

"Oke."

<><><>

"Lo sengaja ya bikin gue sama Junghwan putus biar gue gak bisa bales lo?" Tanya Haruto saat Jeongwoo duduk di sebelahnya.

Mereka sekarang sedang berada di pinggir kolam dan merendamkan kaki.

"Kok tau?" Tanya Jeongwoo berpura-pura terkejut sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Jadi bener?!"

"Hm. Gue suka ngeliat lo cemburu." Mendekatkan wajahnya. "Saking sukanya gue sampai mau nyium lo, Ru "

Plak!

Haruto menampar pipi Jeongwoo lumayan keras karena omongan ngawur dari laki-laki pemilik wolfie eye itu.

"Sakit..." Lirih Jeongwoo sambil memasang wajah ingin menangis.

Haruto memasang wajah jijik. "Najis!" Katanya.

Jeongwoo mendengus. Menjauhkan tangannya dari pipi dan menatap lurus ke depan. Pikirannya melayang jauh ke angkasa. Apa yang selanjutnya ia lakukan? Memberitahu Haruto jika mereka sebenarnya bersaudara? Atau tetap diam dan merahasiakan semuanya sampai batas waktu yang belum bisa di tentukan?

Tuhan, Jeongwoo bingung.

Kalau ia memberitahu Haruto, bagaimana perasaan pemuda itu? Apa Haruto akan sakit hati? Sepertinya itu pasti. Dan apa Haruto akan menjauhi dirinya setelah tau?

Unrequited Love || JeongHaru [End]Where stories live. Discover now