29. 2

1K 88 1
                                    

"Maaf Jeongwoo-ya, tapi ginjal mu dan Haruto tidak cocok. Jadi kamu tidak bisa menjadi pedonor untuknya."

Jeongwoo mengacak-acak rambut hitamnya saat ucapan dokter Seo 15 menit lalu kembali berputar di kepalanya. Laki-laki itu merasa frustasi saat tau jika ginjal miliknya tidak cocok dengan Haruto. Yang mana itu membuat Jeongwoo tidak bisa mendonorkan ginjalnya untuk menyelamatkan sang kakak.

Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimana bisa ginjal mereka tidak cocok? Bukankah ia dan Haruto bersaudara walaupun berbeda Ibu? Dokter Seo tidak mungkin salah karena dia sudah sangat berpengalaman di bidang ini.

"Gue harus gimana sekarang?" Gumam Jeongwoo menyandarkan kepalanya di dinding dan memejamkan mata. Memikirkan hal apa yang selanjutnya akan ia lakukan.

Jeongwoo tidak mungkin diam saja di saat kondisi Haruto semakin hari semakin memburuk dan ia harus segera mendapatkan pendonor itu agar Haruto bisa tetap hidup.

"Jeongwoo,"

Saat mendengar suara seseorang yang tidak terlalu asing memanggil namanya, seketika langsung membuat Jeongwoo menoleh kearah di mana suara itu berasal.

Dan ada seseorang yang Jeongwoo kenal berdiri di sana sambil memegang sekantong obat.

"Bang Yoshi?"





































Yoshi, pemuda berambut merah itu menyesap teh yang ia pesan dengan khidmat. Menikmati hangatnya teh tersebut yang melewati tenggorokannya. Sungguh rasanya sangat nyaman minum yang panas-panas saat saat sedang flu.

Sementara Jeongwoo yang menjadi teman satu meja Yoshi hanya diam memperhatikan. Awalnya Jeongwoo ingin bertanya apa yang Yoshi lakukan di sini, tapi tidak jadi saat melihat hidung pemuda Jepang itu yang memerah seperti apel. Sudah dapat di pastikan jika Yoshi sedang pilek.

Meletakkan cangkirnya ke atas meja dengan gaya elegan, Yoshi pun akhirnya bersuara memecah keheningan di antara mereka. "Gak usah terlalu di pikirin. Haruto baik-baik aja, kok." Katanya seraya mengulas senyum tipis.

Jeongwoo yang mendengarnya tentu saja bingung. Baik-baik saja bagaimana? Haruto bahkan sekarang harus di rawat karena kondisinya yang semakin memburuk dan dokter mengatakan jika ginjal milik Haruto sudah membengkak.

"Lo belum sadar juga, ya?" Pertanyaan Yoshi selanjutnya kembali menyadarkan Jeongwoo dari keterdiaman nya.

"Sadar apa? Gue seratus persen sadar, bang. Dan apa tadi lo bilang? Haruto baik-baik aja? Enggak. Dia gak baik-baik aja. Dia harus dapat donor ginjal secepat mungkin buat nyelamatin nyawanya." Dapat Yoshi lihat, jika Jeongwoo mulai terlihat kesal. Oke, dia paham jika pemuda di hadapannya ini sedang kalut dan membuat emosi Jeongwoo menjadi tidak stabil.

"Mancing emosi lo seru juga ternyata." Kekeh Yoshi sambil memainkan gelasnya.

Mendengus, "kalau gak ada hal penting yang mau lo bilang, gue pergi." Jeongwoo beranjak dan tanpa menunggu lama langsung pergi dari sana. Meninggalkan Yoshi yang geleng-geleng kepala sambil menahan tawa.

"Dasar Jeongwoo."

***

Di salah satu ruang rawat di rumah sakit, Haruto termenung seorang diri sambil menatap kearah jendela. Banyak hal yang sekarang ia pikirkan. Mulai dari kondisinya yang tiba-tiba saja menurun drastis kemarin malam, orang-orang terdekatnya yang berusaha mencarikan dirinya pendonor dan bagaimana nasib ia kedepannya.

Apa dia akan mati?

Kalau iya, Haruto tidak terlalu keberatan sih. Lagipula jika ia mati, Haruto akan bertemu dengan orangtuanya lagi, bukan?

Unrequited Love || JeongHaru [End]Where stories live. Discover now