21. 2

1.5K 157 14
                                    

Haruto, pemuda jangkung itu menyandarkan punggungnya pada tembok rumah sakit sambil menyembunyikan wajahnya yang basah karena air mata di atas lipatan tangan. Menangis dalam diam sambil menunggu dokter yang menangani Jeongwoo keluar.

Tadi, sesaat setelah mengalami kecelakaan itu, orang-orang segera menelpon ambulance sementara Haruto sibuk menangisi Jeongwoo yang tidak sadarkan diri dan meminta laki-laki itu untuk membuka kedua matanya.

Jika terjadi sesuatu pada Jeongwoo, maka Haruto tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Karena penyebab Jeongwoo seperti ini adalah karena kebodohan Haruto. Jika saja waktu bisa di ulang, Haruto lebih memilih dirinya yang tertabrak bukan Jeongwoo.

"Dengan keluarga pasien?"

Haruto segera berdiri dari duduknya dan menatap lurus kearah dokter.

"Gimana keadaan temen saya, dok? Dia baik-baik saja, kan?" Haruto tau ucapannya sama sekali tidak masuk akal. Tidak ada orang yang baik-baik saja setelah mengalami kecelakaan parah.

Termasuk Jeongwoo sekalipun.

"Begini. Pasien atas nama Park Jeongwoo mengalami benturan yang cukup keras di bagian kepala dan hal itu menyebabkan pendarahan di otak yang mengharuskan kami untuk segera mengambil tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawa pasien. Dan untuk itu, kami membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga." Tutur dokter menjelaskan membuat kedua kaki Haruto terasa lemas saat mendengarnya.

Lantas, dengan tangan bergetar, Haruto mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celana. Menelpon seseorang yang tanpa menunggu lama langsung di angkat oleh orang tersebut.

"Halo? Ruto-ya, ada apa?" Tanya Chanyeol di sebrang sana.

Haruto mengigit kuat bibir bagian bawahnya.

"Om Chanyeol, Jeongwoo... Dia, hiks..." Pada akhirnya, Haruto tetap tidak bisa menahan tangisnya.

"Jeongwoo? Dia kenapa? Ruto-ya, kenapa kamu menangis? Apa sesuatu yang buruk sedang terjadi?" Tanya Chanyeol yang mulai khawatir.

"Jeongwoo, hiks! Dia kecelakaan, Om."

"Apa? Bagaimana bisa?" Tanya Chanyeol yang terkejut bukan main.

Haruto tak mampu untuk menjawab. Pemuda itu hanya terisak membuat dokter segera menenangkan dan mengambil alih ponsel milik Haruto untuk berbicara langsung dengan Chanyeol.

"Baik, saya segera kesana."

Dan sambungan telpon pun berakhir. Dokter meminta Haruto untuk duduk di kursi tunggu dan menenangkan diri.

"Jeongwoo, hiks..." Haruto terisak sambil menutup seluruh wajahnya dengan tangan. Kini,  Perasaan bersalah bersarang di hati pemuda tampan itu.

<><><>

Saat ini, operasi sedang berlangsung. Sudah sekitar 2 jam lamanya dan lampu di atas pintu ruangan tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan padam.

Semua orang menunggu dengan perasaan cemas. Bahkan Haruto saja sedari tadi tidak mengucapkan sepatah katapun. Walau tangis pemuda itu sudah berhenti di gantikan oleh tatapan kosong yang membuat Chanyeol, serta Doyoung khawatir.

Chanyeol menyuruh Haruto untuk pulang dan beristirahat. Doyoung pun setuju untuk menemani. Namun Haruto menolak mentah-mentah dan mengatakan dia akan pulang jika operasi sudah selesai.

Sekitar 50 menit kemudian, lampu akhirnya mati, membuat semua orang yang ada di sana berdiri dan segera mendekat kearah pintu.

Tak berselang lama, dokter dengan Scrub Suits nya keluar.

"Bagaimana kondisi anak saya, dokter?" Tanya Chanyeol langsung.

Dokter bernama Yoon itu terlebih dahulu melepaskan masker yang menutupi hidung dan mulutnya sebelum akhirnya bersuara.

Unrequited Love || JeongHaru [End]Where stories live. Discover now