7. ciuman pertama

3.7K 117 1
                                    

Azzam bersujud di kaki mertuanya meminta maaf atas kesalahannya. Tapi sayangnya syakil dan putri tidak memaafkannya sama sekali. Bahkan mereka tidak segan-segan menghina azzam habis-habisan. Azzam tidak marah ia akui kalau dirinya tidak becus menjaga istrinya.

Aqila yang melihat suaminya seperti itu tidak tega. Ia juga membantu membujuk kedua orangtuanya supaya memaafkan azzam, karena azzam tidak salah saka sekali.

"Yah, bun. Maafkan gus Azzam---"

"Diam! Ayah tidak mau kamu direndahkan seperti itu" marah syakil.

"Tidak ada yang direndahkan, yah. Itu hanya salah paham" ucap aqila takut-takut.

"Ayah, azzam mohon maafkan azzam---"

"Kau mau bersama anak saya?" Tanya syakil memotong ucapan azzam.

Azzam mendongak mengangguk cepat. "Ya. Azzam tidak mau pisah sama aqila" jawab azzam cepat.

Syakil membantu azzam berdiri. "Kamu keluar dari rumah itu, jauhi orang yang menghina anak saya. Jauhi mereka" kata syakil menatap wajah menantunya yang terkejut.

Azzam menggeleng cepat. "Azzam tidak bisa jauh-jauh dari mereka. Azzam ti----"

"Kalau begitu jauhi anak saya" potong syakil murka.

Azzam menggeleng cepat. "Azzam juga tidak bisa jauh dari aqila. Azzam c-cinta sama aqila" ucap azzam melirik aqila yang terkejut mendengar ucapannya.

"Kau egois. Azzam. Kau mau orang yang kamu sayangi berada dalam satu atap, tapi kau tidak bisa menjaga putriku" marah putri.

Azzam menatap aqila. Mengangguk pelan. "Azzam akan----"

"Ayah. Tolong jangan kasih pilihan yang berat untuk gus azzam. Umi sama abi tidak bersalah soal ini, mereka sayang sama Aqila mereka menjaga aqila seperti anak kandung mereka sendiri. Aqila mohon jangan membuat gus azzam bingung haru memilih diantara kami berdua" kesal aqila.

Syakil menatap aqila dan azzam. "Ayah tidak menyuruh gus azzam putus hubungan dengan keluarganya. Ayah cuma mau azzam jauh-jauh dari mereka dengan maksud untuk menghindari perdebatan, ayah tidak mau kamu celaka" jelas syakil.

Azzam mengangguk paham. "Azzam akan keluar dari rumah, azzam dan aqila akan tinggal berdua tanpa keluarga azzam." Putus azzam.

"Gus---"

"Tidak papa. Umi sama abi pasti ngerti" kata azzam tersenyum tipis.

"Kau tinggal dimana?" Tanya syakil menatap azzam.

"Mungkin untuk sementara waktu kami tinggal di hotel---"

"Tidak. Itu terlalu mahal, aqila tidak setuju" potong aqila.

"Terus mau tinggal dimana?" Tanya bunda.

"Di gubuk waktu itu aja, di rumah gus azzam" jawab aqila.

Azzam menggeleng cepat. "Tidak. Itu terlalu kec---"

"Sudahlah. Aqila malas berdebat, lebih baik gus menurut saja, aqila tidak mau gus boros-boros. Mending uangnya ditabung buat entar kalau butuh" kesal aqila.

Azzam tersenyum tipis. "Istri Sholehah" gumam azzam yang masih terdengar merdeka.

***

Azzam dan aqila masuk ke gubuk yang awal mereka bertemu dan berjodoh. Sebenarnya azzam sudah membujuk istrinya untuk tidak tinggal disini. Azzam takut aqila jadi tidak betah dan berakhir nangis tengah malam.

"Kita ngontak aja, ya. Ini---"

"Aku enggak mau, udah deh jangan bawel" kesal aqila.

Azzam mengangguk polos, menaruh tas yang berisi pakaian aqila. "Nanti kamu kedinginan lagi, saya takut kamu jadi sakit" kata azzam.

Aqila tersenyum miring. "Kan, ada gus yang peluk aku" kata aqila polos.

Azzam yang mendengar ucapan istrinya seketika langsung salah tingkah, memalingkan wajahnya kesembarang arah. Enggan menatap wajah istrinya. "Gombal." Ucap azzam berjalan melewati aqila yang tertawa terbahak-bahak melihat wajah suaminya merah menahan salah tingkah.

"Hahahah. Dasar lebay" ledek aqila.

Azzam tidak menyahut ia membereskan tempat tidur, mengabaikan aqila yang terus meledeknya tanpa henti. Azzam suka melihat aqila yang tertawa seperti ini. "Kamu memangnya berani sendiri di sini kalau saya lagi kerja?" Tanya azzam.

Aqila duduk lesehan di lantai menatap lurus depan. "Tidak. Aqila penakut, hehe" kekeh aqila.

Azzam menyentil kening aqila pelan, membuat sang empu mendengus kesal. "Mending kita pindah aja, jangan disini, kita ngontak---"

"AQILA TIDAK MAU, GUS. JANGAN PAKSA AQILA" marah aqila.

Azzam yang mendengar aqila membentaknya terkejut. "Aqila jangan tinggikan su---"

"Terserah. Aqila tidak suka dipaksa. Kalau gue masih mau pindah dari sini. Gus saja yang pindah aqila tidak mau. Aqila bakal ngadu sama ayah kalau gus tidak bisa menjaga aqila dengan baik, gus tidak bisa memperhatikan aqila, gus tidak bisa mem---"

Cup.

"Bawel. Ya, saya nurut apa kata kamu, aqila" ucap azzam setelah mencium singkat bibir aqila membuat sang empu syok.

Aqila memegang bibirnya. "G-gus. I-itu ciuman pertama" cicit aqila polos.

Azzam tersenyum tipis. "Bagus. Mau lagi, hm?" Goda azzam.

Aqila melotot sempurna. "Enak aja. Arghhh kenapa gus cium aqila" teriak aqila memukul pundak azzam.

Azzam terkekeh geli melihat wajah istrinya yang merah menahan malu. "Ciyeeeee, malu, ya" goda azzam.

Aqila menarik rambut azzam kesal. "Malu lah. Emangnya gus enggak malu?" Tanya balik aqila.

Azzam mengeruk kepalanya yang tidak gatal. "Malu sih, cuma daya tahan-tahan aja. Hehe" kekeh azzam.

"Dasar mesum" sinis aqila.

Drett...dret...

Aqila merogoh saku baju gamisnya. Mengambil ponselnya yang bergetar, tanpa melihat siapa si penelpon ia langsung menggeser icon berwarna hijau.

"Assalamualaikum" salam aqila masih melirik azzam yang sudah sibuk dengan ponsel miliknya.

"Waalaikumsalam. Aqila kamu kemana saja sih, aku telpon kamu tapi selalu tidak aktif" tanya seseorang dengan nada suara yang terdengar khawatir.

Deg

Aqila langsung menatap ponselnya jantungnya berdegup kencang melihat penelpon. "R-reyhan" cicit aqila.

Mendengar nama pria pain disebut azzam langsung menatap aqila dengan tatapan kaget. "Reyhan?" Cicit azzam.

"Aqila, ko diem sih aku khawatir sama kamu sayang" ucap rayhan kesal.

Azzam mendengar reyhan memanggil istrinya dengan sebutan yang menurutnya sangat mesra, bahkan dirinya saja sebagai suami belum pernah memanggil aqila sebutan itu. "Ya Allah. Beri hamba kesabaran yang luar" batin azzam.

"Hah?. Eh, rey. Ada apa telpon?" Tanya aqila gugup.

"Masih bisa bilang kaya gitu?. Aku khawatir sama kamu aqila. Nomor kamu enggak aktif, nomor ayah bunda juga enggak aktif, aku ke rumah kamu enggak ada orang hanya ada bibi sama satpam rumah kamu" cerocos reyhan kesal.

Aqila melirik azzam yang enggan menatapnya. "Aku lagi di rumah nenek. Jaringan di sini jelek jadi aku tidak bisa kabarin kamu, tapi sekarang kamu sudah tau kabar aku, kalau aku baik-baik saja. Aku tutup dulu teleponnya----"

"Eh jangan dong." Potong reyhan.

"Aku buru-buru, aku ada---"

"I love you aqila syakila" potong reyhan terkekeh kecil.

Sudut bibir aqila terangkat membentuk senyum tipis. Ini yang ia rindukan dari seorang reyhan.

Deg

Lagi dan lagi azzam dibuat cemburu mendengar ucapan reyhan membuat ia kesal. "Saya keluar sebentar" ucap azzam langsung keluar rumah.

***

setulus cinta gus AzzamOnde histórias criam vida. Descubra agora