31. hidup berdua

2K 66 0
                                    

Cerita ini enggak aku baca ulang jadi kalau banyak TYPO mohon maaf.
Selamat membaca cerita gabut ku🤣

***

Azzam menangis tersedu-sedu di pelukan abi ia bingung harus bagaimana, permintaan mertuanya sungguh memberatkan dirinya ia tidak mau kehilangan aqila ataupun melihat aqila menikah dengan pria lain.

Dua hari yang lalu syakil memberikan pilihan kepadanya pilihan yang sangat berat. Melihat aqila menikah dengan pria lain, namun azzam masih bisa melihat dan dekat dengan aqila walaupun harus menjaga jarak. Atau kehilangan aqila untuk selamanya, jika azzam memilih aqila tidak menikah dengan pria lain maka syakil akan membawa aqila jauh darinya untuk selamanya.

Azzam sungguh rapuh ia tidak tahu harus apa, Kenapa ujian rumah tangganya berat seperti ini. "Hiks, azzam tidak bisa memilih, azzam tidak mau kehilangan aqila, bi, azzam cinta sama aqila. Hiks" isak azzam.

Abi ikut menangis melihat anaknya yang rapuh seperti ini. "Kita berdoa allah maha baik" ucap abi.

Azzam memeluk dadanya yang terasa sesak menahan sakit dihatinya. "Azzam cinta sama aqila, bi. Azzam sangat mencintai aqila. Dia perempuan yang azzam cintai, dia yang berhasil merebut cinta azzam" isak azzam.

Umi memeluk azzam erat menangis melihat anaknya yang begitu terpukul, seandainya ia bisa memilih mungkin ia akan memilih dirinya saja yang tersiksa daripada anaknya. "Kamu pria kuat, azzam. Umi yakin kamu bisa melewati ini semua allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambanya, allah maha baik" ucap umi.

"A-assalamualaikum" salam perempuan cantik bergamis hitam berjalan pelan masuk kedalam rumah.

Semua orang menoleh kaget melihat aqila yang ada di rumah mereka, dengan tatapan sendu menatap azzam. "A-aqila" kaget Mereka.

Aqila tersenyum tipis menatap azzam yang banjir air mata. "A-aqila tidak tau siapa sebenarnya aqila, tapi aqila tau kalau om mesum ini s-suami a-aqila-----"

"Kamu sudah ingat semuanya?" Tanya azzam menatap aqila penuh harap.

Aqila menggeleng pelan. "T-tidak. Tapi aqila tau om suami aqila di kotak ini" aqila menyodorkan kotak kecil kehadapan azzam. "Di sini isinya surat yang aqila buat untuk om, di sini juga ada poto-poto om sama aqila" jelas aqila.

Azzam mengambil kotak itu membukanya satu persatu. "Kamu percaya kalau saya suami kamu? Kan?" Tanya azzam penuh harap.

Aqila mengangguk pelan. "Percaya, tapi-------"

"Tapi apa? Kamu masih perlu bukti pernikahan kita? Saya bawa kamu ke tempat kita men-----"

"Ayah memaksa aqila untuk menikah nanti sore" potong aqila cepat. "Ayah ngotot untuk aqila segera menikah setelah ayah tau aqila menemukan kotak ini" lanjutnya lirih.

Deg

Azzam menganggam tangan aqila. "Kamu tidak akan menikah dengan orang lain, kamu masih sah istri saya dalam Islam wanita tidak boleh memiliki suami dua" jelas azzam.

Aqila melepas paksa tangannya dari genggaman azzam. "A-aqila takut kalau aqila menolak nanti Aqila jadi anak durhaka, nanti aqila tidak masuk surga" cicit aqila.

Abi yang sedari tadi hanya diam langsung menghampiri aqila. "Kamu sudah menikah surga kamu ada pada suami kamu, bukan lagi pada kedua orang tua kamu. Tapi kamu juga harus menghormati kedua orang tua kamu, hanya saja prioritas kamu sekarang suami kamu" jelas abi.

Aqila menetap abi dengan wajah polosnya. "Memangnya Seperi itu?" Tanya aqila polos.

Umi mengangguk. "Ya. Sekarang kamu memiliki dua pilihan, kamu bersama suami kamu yang jelas-jelas surga kamu ada pada suami kamu, atau memilih keinginan kedua orang tua kamu namun kamu tidak mendapatkan ridho suami kamu otomatis allah juga tidak meridhoi kamu" jelas umi.

"Kalau aku jadi kamu aku pasti pilih suami" imbah yani.

Aqila mengerjapkan matanya polos, menatap azzam tidak tersenyum tipis menatapnya. "Kalau begitu kita kabur saja supaya ayah tidak menikahkan aqila" ajak aqila.

Azzam menoleh kaget. "Tap-----"

"Benar yang dikatakan aqila, kalau kamu tidak mau kehilangan aqila bawa aqila jauh dari sini, kamu hidup berdua dan obati aqila supaya dia bisa mengingat semuanya" potong panji.

Azzam mengangguk ia menganggam tangan aqila. "Kita pergi dari sini" ajak azzam yakin.

"Tunggu dulu" tahan umi yang langsung berlari ke dapur dan kamar azzam. Tidak lama umi datang membawa koper kecil dan rantang berikut sedang. "Pakaian kalian, dan ini makanan untuk diperjalanan nanti, ini uang cash pasti kalian membutuhkan ini" ucap umi dengan air mata yang mengalir deras.

Azzam memeluk umi. "Jangan nangis umi, kami berdua pasti kembali setelah semuanya baik-baik saja. Azzam janji akan terus menghubungi umi" ucap azzam mencium pipi umi.

Umi mengangguk. "Jaga istrimu jangan buat kesalahan yang sama, jaga sholat mu jangan sampai tertunda hanya karena dunia yang hanya sementara." Ucap umi.

Setelah sesi pamitan Mereka langsung Mereka berdua langsung masuk mobil. Diperjalanan aqila hanya diam ia bingung dengan perasaannya, sungguh ia tidak menginginkan ini semua terjadi. Tapi mau bagaimana lagi ini mungkin sudah takdirnya.

"Kita mau kemana?" Tanya aqila memberanikan diri bertanya.

Azzam tersenyum tipis. "Saya yakin kalau kita menginap di hotel atau daerah sini pasti ayah syakil menemukan kita, bagaimana kalau kita tinggal di rumah almarhum nenek saya saja rumahnya jauh dari perkotaan" ajak azzam.

"Terserah, aqila ngikut saja" pasrah aqila.

***

Setelah berjam-jam mereka sampai di rumah almarhum nenek azzam rumah yang sudah lama tidak di tinggali, namun masih terawat karena setiap dua Minggu sekali abi menyuruh beberapa santri untuk membersihkan rumah almarhum ibunya.

Azzam menoleh menatap aqila yang tidur pulas sambil menggenggam bantal kecil bermotif bunga matahari. Azzam terkekeh kecil melihat wajah polos aqila yang tidur. "Masih sama seperti dulu, wajah yang polos" gumam azzam menyentuh pipi aqila.

Karena tidak mau membangunkan anaknya azzam membopong tubuh mungil aqila ke dalam, merebahkan aqila ke kasur empuk. Setelah itu azzam beres-beres agar lebih nyaman. Selesai beres-beres azzam duduk di kasur menatap aqila yang masih tidur oulas.

"Aqila saya sangat mencintai kamu" bisik azzam.

Cup

Azzam mencium singkat bibir aqila. "Manis seperti dulu" cicit azzam. Menarik selimut menutupi tubuh mungil aqila. Ia langsung keluar kamar untuk mengamankan mobilnya takut ada orang suruhan mertuanya melihat. Azzam tahu mertuanya itu apalagi Abang iparnya itu bukan orang sembarangan. Mereka sangat pintar dalam hal apapun.

Azzam melihat tukang sayur yang melintas rumahnya ia langsung belanja untuk beberapa minggu kedepan, ia tidak mau keluar rumah untuk beberapa hari ini. Ingin menghabiskan waktunya berduaan dengan aqila siapa tahu aqila ingat dan kembali seperti semula.

***

setulus cinta gus AzzamHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin