26. pulang

1.9K 55 0
                                    

Aqila duduk di kursi taman rumah sakit menatap orang yang berlalu lalang, menoleh menatap umar yang menatapnya dengan senyum tipis. Walaupun ia sendiri tidak tahu siapa sebenarnya dirinya tapi ia yakin semua orang yang ada di sini baik.

Aqila menoleh kesebelas kiri menatap reyhan yang juga tersenyum tipis. Reyhan ikut senyum tipis ia menatap lurus depan berusaha mengingat siapa dirinya yang sebenarnya Kenapa ia tidak ingat sedikitpun.

"Jangan di paksa nanti drop lagi" ucap reyhan.

Bukan apa-apa reyhan khawatir aqila drop lagi gara-gara berusaha untuk mengingat. Sudah satu minggu setelah kejadian waktu itu aqila masih dirawat di rumah sakit, dan syukurnya sore nanti ayna diperbolehkan untuk pulang.

"Kenapa aku tidak mengingat sedikitpun?" cicit aqila.

"Kamu belum sembuh, dek. Jangan dipaksa nanti makin parah dan semakin lama juga kamu ingat" ucap umar khawatir.

Aqila mengangguk pelan.

Putri dan syakil menghampiri mereka menatap aqila yang sedang makan buah-buahan. "Ayah sudah pesan tiket pesawat untuk pulang, kalian siap-siap biar ayah yang jaga aqila" ucap syakil.

Reyhan menatap syakil ia berdiri melirik aqila yang sedang ngobrol dengan umar. "Om, apa sebaiknya kita tinggal disini saja? Rey takut aqila----"

"Kamu tenang saja, rey. Azzam tidak akan bertemu aqila lagi kalaupun bertemu om akan pisahkan Mereka berdua" ucap syakil memotong ucapan reyhan yang terlihat jelas khawatir.

Reyhan mengangguk pelan walaupun hatinya masih belum tenang, ia ingin aqila dna azzam benar-benar berpisah dari dirinya bisa kembali dengan aqila.

***

Indonesia

Mereka sampai di Indonesia di kota kelahiran mereka, aqila menatap sekeliling yang asing baginya memeluk lengan umar ia sedikit takut.

Umar yang menyadari itu ia langsung menganggam tangan aqila. "Jangan takut, ini kota kelahiran kita rumah kita ada di Indonesia" ucap umar.

Aqila mengangguk ia mengikuti keluarganya masuk mobil, aqila menatap luar jendela yang ramai. Aqila membuka jendela mobil menghirup udara sore yang sejuk.

"Sayang tutup jendelanya banyak debu" ucap syakil sambil menunggu lampu merah berubah hijau.

Aqila menganggak pelan.

Sedangkan di samping mobil yang ditumpangi Aqil ada pria yang tidak sengaja melihat aqila. "I-itu k-kak aqila" cicit noval.

Selang memang juga tidak sengaja melihat aqila ia diam beberapa saat. "Yam itu kak aqila, d-dia benar-benar maish hidup. Ayok kejar dia bang" teriak sela saat mobil itu sudah melaju dengan cepat.

Tiba-tiba mobil yang ditumpangi mereka ban mobilnya kempes, terpaksa mereka harus berhenti dan mencari bengkel terdekat. Noval mengotak-atik ponselnya.

"Sela kami benar kan lihat kak aqila tadi?" Tanya noval memastikan penglihatannya tidak bermasalah.

"Ya. Aku lihat sendiri" jawab sela.

Noval menatap sela. "Kita tidak boleh beritahu bang Azzam dulu kita cari tau dulu, takutnya bang azzam nekat ke rumah kak aqila dan kedua orangtuanya kak Aqila memisahkan kembali" ucap noval.

Sela mengangguk.

Tidak lama mobil mereka kembali menyala noval langsung pulang untuk memberitahu umi dan abi apa yang tadi mereka lihat. Sesampainya di rumah mereka langsung menghampiri abi dan umi yang kebetulan sedang ngobrol.

Noval menceritakan semua yang ia lihat dan tentunya kedua orangtuanya syok mendengar  cerita anaknya. "Jadi gitu, noval yakin kalau kak Aqila masih hidup, dia kembali ke Indonesia" ucap noval yakin.

Sela menatap umi dma abi yang sama-sama diam. "Tapi anehnya kak aqila enggak sapa sela, padahal kami sama-sama lihat kaya enggak kenal gitu" ucao sela.

Umi menoleh menatap Abi yang mengangguk paham. "Kalian jangan ceritakan ini sama abang kalian nanti dia nekat kesana" ucap abi yang langsung mereka angguki.

***

Azzam masuk kedalam rumahnya Menatap foto aqila yang masih tertempel di dinding, dan masih banyak lagi foto aqila di setiap sudut ruangan supaya ia tidak merasa kehilangan aqila. Walaupun rasanya sama saja hampa, ia membutuhkan sosok aqila di sampingnya.

"3 tahun lebih kamu Meninggalkan saya, namun rasa cinta ini masih sangat besar" gumam azzam memeluk foto aqila. "Kalau kamu masih hidup kamu datang kedalam mimpi saya, kamu tunjukkan rasa kesal, marah, kecewa, atau benci kamu terhadap saya. Aqila. Saya rindu kamu" lirih azzam.

"Assalamualaikum" salam abi masuk kedalam rumah azzam.

"Waalaikumsalam" jawab azzam menyalami tangan abi.

Abi duduk di samping azzam menatap wajah anaknya yang terlihat sedih. "Kalau misalkan aqila benar-benar masih hidup dan kembali ke Indonesia, apa yang kamu lakukan?" Tanya abi tiba-tiba.

Azzam menoleh ia tersenyum tipis. "Tentunya azzam senang banget, azzam akan berusaha mengambil aqila lagi. Karena dia sumber kebahagiaan azzam" jawab azzam.

Abi mengangguk ia mengelus punggung azzam. "Berdoalah semoga Allah mempersatukan kalian kembali walaupun itu mustahil"

Azzam mengerutkan keningnya. "Tumben abi tanya begitu, apa abi melihat aq---"

"Tidak. Abi tidak lihat tapi----"

"Tapi apa?" Tanya azzam cepat.

"Adik kamu melihat aqila waktu di jalan....... azzam mau kemana?" Teriak abi melihat anaknya berlari keluar, tidak lama abi menutup mulutnya kaget. "Astaghfirullah, saya keceplosan" kaget abi ia berlari menyusul azzam.

Azzam menghampiri kedua adiknya. "Kalian lihat aqila dimana?" Tanya azzam menatap noval dan sela.

Mereka mendongak kaget melihat azzam. "A-abang---"

"Jawab! Kalian lihat aqila dimana?" Tanya azzam tidak sabar.

"J-jalan" jawab sela takut.

"Kapan?" Tanya azzam.

"K-kemarin----"

"Kenapa kalian tidak memberitahu abang? Sekarang aqila dimana?" Tanya azzam.

Mereka menggeleng. "K-kami tidak tau, kami hanya melihat kak aqila di jalan itupun pas lampu merah, saat kami hendak mengejar kak aqila mobil kempes" jawab noval.

Azzam meraup wajahnya kasar. "Berarti aqila sudah sadar, dia pasti ada di rumahnya" lirih azzam yakin.

"Jangan bertindak gegabah, azzam. Kita tidak tau apa----"

Azzam Menatap umi. "Azzam tidak bisa tinggal diam disini, azzam mau jemput aqila, dia pasti merindukan aqila juga, mi" Potong azzam.

"Dia tidak mengenal kamu, dia sepertinya lupa ingatan" ucap abi.

Azzam duduk ia menarik napas panjang. "Azzam harus melakukan sesuatu buat aqila kembali sama azzam." Gumam azzam.

"Silahkan kamu bertindak gegabah, kalau kamu mau aqila dibawa jauh lagi saka keluarganya, ingat keluarganya membenci kamu" ucap panji kesal.

Azzam menunduk. "Apa yang haeus Azzam lakukan, Azzam mau ketemu aqila" lirih Azzam.

"Berdoa" jawab abi.

Sela menatap keluarganya. "Begini saja, sela sama bang noval berpura-pura memiliki teman di daerah sana yerus kita mampir. Gimana?" Tanya sela.

"Keluarga aqila kenal saka kalian, mana mungkin mereka percaya begitu saja" ucap yani.

"Berarti kira harus tunggu waktu dimana keluarga aqila tidak ada di rumah" ucap noval.

***

setulus cinta gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang