10. rumah baru

3.1K 105 2
                                    

Dua jam mereka diperjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah rumah berlantai satu, namun cukup terbilang bagus dan nyaman. Aqila mengikuti azzam dari belakang masuk kedalam rumah yang tidak aqila tahu rumah milik siapa.

Aqila menatap sekeliling rumah yang cukup bersih dan luar, menoleh menatap azzam. "Rumah siapa?" Tanya aqila penasaran.

"Rumah saya" jawab azzam seadanya.

"Banyak banget rumahnya" gumam aqila yang masih terdengar azzam.

Azzam menyibak kain yang menutupi soda dan meja yang ada di sana. "Ini rumah waktu saya kuliah dulu, sebenarnya rumah ini pemberian dari nenek saya." Ucap azzam.

Aqila ikut membantu membereskan rumah mereka. "Tapi ini cukup jauh dari pesantren, bagaimana dengan perkerjaan gus?" Tanya aqila khawatir.

Azzam mengambil sapu ia masuk kedalam kamar diukur aqila dari belakang. "Saya kerja bukan di pesantren aja, tapi saya juga dosen mengajar di kampus dekat sini" jawab azzam.

Aqila menyenderkan di tembok. "Ternyata banyak yang aqila tidak tau tentang gus." Ucap aqila.

Azzam tersenyum tipis ia terus menyapu dan mengepel kamar yang akan menjadi kamar mereka. "Nanti saya ceritakan semua" ucap azzam.

Aqila mengangguk ia langsung membantu membereskan semua ruangan yang berada di sana. Sampai tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Aqila duduk si sofa menatap azzam yang sedang Menganti taplak meja.

"Maafin aqila sudah kesal sama sela, aqila tidak bermaksud bertengkar dengan sela. Aqila---"

"Tidak papa. Sifat sela memang seperti itu dia tidak suka ada orang baru, tapi lama kelamaan dia suka ko sama kamu dan baik sama kamu" potong azzam sambil duduk di sofa.

Aqila mengangguk. "Aqila mau mandi dulu" pamit aqila.

Azzam mengangguk ia membuka ponselnya sambil menunggu aqila selesai mandi. Tidak lama aqila menghampiri azzam menatap azzam yang serius dengan ponsel.

"Gus, aqila sudah menyiapkan baju untuk gus" ucap aqila.

Azzam mendongak tersenyum tipis,, ia berjalan mengusap kepala aqila yang tertutup jilbab instan. "Terimakasih" ucap azzam berlalu masuk kamar.

***

Setelah sholat isya dan makan malam bersama mereka memutuskan untuk tidur, aqila menatap langit-langit kamar yang polos lagi dan lagi ia merasa canggung.

Azzam menoleh menatap aqila. "Kamu tidak betah tidur di sini?" Tanya azzam khawatir.

Aqila menoleh menggeleng cepat. "Tidak. Aqila betah ko" jawab aqila cepat.

"Terus?" Tanya azzam.

"Aqila canggung, aqila tidak tau harus bicara apa" jawab aqila polos.

Azzam terkekeh kecil menggeser tubuhnya lebih dekat aqila. Menarik aqila Sampai menghadapnya. "Kalau gitu biar saya yang bicara" ucap azzam.

Dag-dig-dug

Jantung aqila berdegup kencang ia bisa merasakan napas azzam, dan aroma parfum azzam yang sangat menengkan. "G-gus" cicit aqila.

Azzam tersenyum tipis. "Kenapa, hm?. Kita sudah pernah berpelukan seperti ini" ucap azzam semakin membuat aqila malu.

"Ish. Aqila malu gus" rengek aqila malu. Agar tidak terlalu kelihatan malu ia mengambil ponselnya melihat siaran langsung di YouTube.

setulus cinta gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang