꧁ Part 049 ꧂

1.3K 66 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

"Kesepakatan kita belum berakhir! Aku belum mendapatkan pembunuhnya!" Finnegan menyeret Skyra dengan kasar.

Skyra meronta. "Aku mau pulang! Besok aku harus pergi ke sekolah! Aku harus ikut perlombaan melukis! Aku mohon, biarkan aku pergi! Aku harus menang dalam perlombaan tersebut.

Hanya itu satu-satunya cara untuk membuktikan pada kakakku kalau aku juga bisa membawa nama baik keluarga Danuarga. Aku mohon."

"Tidak! Kembali ke kamarmu!" Finnegan mendorong Skyra masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu membuat alat pemindai menguncinya.

Skyra memegangi lengannya yang terasa sakit karena cengkraman Finnegan.

Setelah beberapa menit, Skyra kembali menggunakan cara yang sama untuk membuka pintu, dan berhasil.

Skyra segera kabur. Kali ini ia tidak mengendap-endap lagi. Ia kabur secara terang-terangan. Gadis itu sudah tidak peduli lagi. Yang ia pikirkan adalah ke luar dari rumah itu.

Meskipun tadi Finnegan memergoki Skyra yang mencoba kabur, tapi ia tidak menyuruh bodyguard berjaga. Alhasil Skyra lebih mudah kabur.

"Cari ke seluruh ruangan!"

Skyra mendengar suara Finnegan dari lantai tiga, sementara dirinya berada di lantai dua dan masih mencari tangga menuju ke lantai satu.

"Di mana tangganya? Aku lupa." Skyra menyusuri koridor. Akhirnya ia menemukan tangga menuju ke lantai satu.

Dengan buru-buru, Skyra menuruni tangga.

"Gadis Danuarga! Berhenti!" Finnegan menemukan Skyra yang sedang menuruni tangga.

Skyra tidak berhenti, ia tetap berlari di tangga. Finnegan mengejarnya.

Di pertengahan tangga, kaki Skyra tergelincir. Ia kehilangan keseimbangan dan jatuh berguling-guling di tangga.

Finnegan panik dan segera menghampirinya. Darah segar mengalir di tangga. Rupanya kepala Skyra berdarah.

"Kau masih bisa mendengarku?" tanya Finnegan sembari menepuk-nepuk pipi Skyra dalam pangkuannya.

Skyra masih sadar meski terlihat pusing, tapi ia tidak menjawab Finnegan.

Tanpa pikir panjang, Finnegan mengangkat tubuh Skyra dan membawanya pergi.

"Tuan, Anda mau membawanya ke mana?" tanya Jordan.

"Tentu saja ke rumah sakit!" sahut Finnegan.

"Tapi, bagaimana jika Anda dicurigai? Bukankah Anda sedang menculik Nona Danuarga?" ucap Jordan.

Sesaat Finnegan terdiam. Ia melihat tetesan darah dari kepala Skyra yang menetes ke lantai. Gadis itu tak sadarkan diri dalam pelukannya.

Jordan kembali bersuara, "Tuan, kebanyakan rumah sakit besar adalah milik keluarga Danuarga. Ini akan menjadi masalah ke depannya."

"Sekarang tidak ada yang lebih penting dari keselamatan gadis ini," ucap Finnegan sembari melanjutkan langkahnya.

Jordan membuang napas kasar. Ia pun menyusul bosnya.

Dalam perjalanan.

Jordan tampak fokus menyetir dalam kecepatan sedang, sementara Finnegan duduk di kursi belakang sembari menutupi luka Skyra agar tidak terlalu banyak mengeluarkan darah.

Sampailah mereka di rumah sakit besar. Finnegan membawa Skyra ke ruangan UGD dengan tangannya sendiri. Padahal para perawat sudah menyediakan brankar.

Di depan ruang UGD, Finnegan dan Jordan menunggu. Finnegan duduk di kursi, sementara Jordan berdiri.

NYCTOPHILEWhere stories live. Discover now