꧁ Part 122 ꧂

723 53 5
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Tak terasa waktunya Skyra melahirkan. Kali ini Finnegan menunggu di luar ruangan karena Sinta tidak menyuruhnya masuk dan membantu seperti di kelahiran Naviera sebelumnya. 

Naviera yang kini berusia dua tahun tiga bulan itu terlihat duduk di samping ayahnya. 

Terdengar suara Skyra yang berteriak dari dalam ruangan. 

Finnegan khawatir. Ia mengeratkan kedua tangannya yang bertautan. 

Naviera mengguncangkan tangan Finnegan. "Ayah, Ibu sakit?"

"Kita doakan saja semoga ibu baik-baik saja, ya," kata Finnegan lembut. 

Naviera terlihat sedih dan mulai menangis setiap mendengar teriakan ibunya dari dalam ruangan. "Ayah, Ibu kenapa? Ibu sakit, Ayah."

Finnegan memeluk putrinya yang juga mengkhawatirkan kondisi Skyra, bahkan sampai menangis. 

Tak lama kemudian, terdengar suara tangisan bayi yang menggema di dalam ruangan. Finnegan masih terlihat khawatir. Ia ingin tahu kondisi istrinya. 

"Suara bayi. Adik bayi ke luar dari perut Ibu?" tanya Naviera. 

"Iya, Sayang," jawab Finnegan. 

Tak lama kemudian, pintu dibuka dari dalam. Sinta ke luar dari ruangan dan menghampiri Finnegan. 

"Bayimu perempuan. Dia lahir dengan selamat meski prematur, tapi...." Sinta tidak melanjutkan kata-katanya. 

"Bagaimana dengan Skyra?" tanya Finnegan cemas. 

"Dia juga baik-baik saja, tapi Skyra menolak menyusui bayinya. Dia bahkan tidak ingin melihatnya sedikit pun," kata Sinta. 

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Finnegan. 

Sinta membuang napas kasar. 

Setelah menjalani rawat inap di rumah sakit, Skyra dan bayinya diperbolehkan pulang. 

Skyra tetap menolak menyusui bayi keduanya itu. Bahkan meski bayi itu menangis, Skyra tidak peduli. 

Finnegan terpaksa menyewa dua perawat terbaik dan membeli susu formula kualitas tinggi yang disarankan oleh Sinta untuk putri keduanya itu. Ia tidak bisa memaksa Skyra, atau istrinya itu akan mengamuk dan melukai dirinya sendiri. 

Naviera memperhatikan adik bayinya yang lucu. Kedua matanya berbinar-binar melihat adiknya meminum susu dari botol bayi yang dipegang perawat. 

Suatu hari, Naviera mendatangi ruang kerja ayahnya dan bertanya sesuatu hal yang mengejutkan, "Ayah, Ibu benci adik?" 

"Dari mana Naviera belajar kata-kata seperti itu?" batin Finnegan. 

"Tidak, Ibu tidak benci adik, kok," kata Finnegan. 

"Ibu benci Vivi?" tanya Naviera lagi. Vivi adalah nama panggilan untuk dirinya sendiri. 

"Tidak, Ibu sama sekali tidak membenci kalian," sanggah Finnegan. 

Naviera memainkan jemarinya. "Vivi sayang Ibu, Vivi sayang Ayah, tapi Ibu benci Vivi. Ibu tidak pernah memeluk Vivi. Ibu mengabaikan Vivi. Apakah Vivi anak nakal?" 

"Vivi anak baik." Finnegan mengangkat tubuh Naviera dan didudukkan di pangkuannya. 

"Skyra tidak pernah membenci kalian, tapi dia membenciku. Semua ini gara-gara aku. Maafkan Ayah, ya, Anak-anak," ucap Finnegan dalam hati. 

NYCTOPHILEWhere stories live. Discover now