14. The Side🌑

5.7K 378 21
                                    

Gue up
Selamat membaca!!!


Violetta hari ini kembali masuk kampusnya, setelah dari rumah Darrel kemarin. Dengan pakaian casualnya Violetta melangkahkan kakinya di setiap lorong kampus hingga sampai lah dia di ruang kelasnya.

Violetta sedikit membuka pintu mengintip apa Pak Dosennya sudah ada atau belum, Violetta bernafas lega saat melihat isi ruangannya saat melihat Pak Dosennya belum ada melainkan hanya beberapa mahasiswa-siswi saja yang sudah stand by di kursi masing-masing.

Violetta melangkahkan kakinya memasuki ruangan, dan mengambil tempat duduk di dekat jendela, karena jadwal hari adalah Pak Henry Dosen killernya jadi Violetta harus hadir di jadwal pembelajarannya atau ia akan mendapatkan hukuman lagi.

"Pagi" Terlihat Selena dan Jack berjalan bersamaan.

"Gini dong datang, biar gk kena hukum" ejek Selena membuat Violetta mendengus sebal.

"Apaan sih" Violetta membuang mukanya ke samping membuat Selena tertawa. "Sudah kau duduk disini, aku duduk di belakang" Jack menarik kursi kosong di sebelah Violetta mempersilahkan gadis itu duduk dan giliran ia duduk tepat di belakang mereka.

Benar saja Pak Henry masuk dan seluruh mahasiswa-siswi berbondong-bondong duduk di kursi masing-masing.

Henry menatap Violetta, namun ada yang aneh dari gadis itu. Terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu namun Henry tidak ingin ambil pusing dan memulai pembelajarannya.

Selama jam pembelajaran, Violetta sama sekali tidak bisa konsentrasi pikirannya selalu terpikir oleh Damian, pria itu terlihat berbeda sekarang atau bisa ia bilang dia berubah, tidak ada lagi rasa cinta terhadap Bianca melainkan dirinya. Tapi kenapa harus sekarang dia ungkapkan,  kenapa tidak dari dulu dimana ia berjuang mendapatkan hati pria itu.

Violetta mendesah setelah mencoret bukunya, ia menatap gambar abstrak di bukunya itu. Jujur, kepalanya rasanya ingin pecah apa lagi sikap Damian sekarang berubah, membuatnya sedikit takut pada pria itu apa lagi ancaman yang diberikan oleh pria itu.

"Mungkin aku harus mulai menjauhinya" Gumam Violetta, mungkin id tidak buruk untuk menjauhi Damian karena setiap hari ia disibukkan dengan pekerjaan butiknya, ditambah lagi tugas kampusnya dan Darrel.

Violetta membulatkan pupil matanya, ia baru teringat kemana saja Bianca, gadis itu sama sekali tidak menghubunginya atau memberikan kabar, terakhir ia ketemu saat acara pertunangan yang dilakukan secara tertutup di restoran.

Brak

"JACK ADDRES" Henry menggebrak meja membuat seluruh isi ruangan kaget termasuk Violetta yang seketika tersadar.

"I-iya Pak" Jack seketika jadi gagap. "Kenapa kau asyik melamun disaat saya sedang menjelaskan" Seluruh pasang mata menatap Jack.

Jack menggaruk leher belakangnya, ia sedang tidak melamun tadi tapi ia sedang menatap punggung kecil Selena apa lagi rambutnya yang lurus membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangannya.

"Keluar dari pembelajaran ku" Jack pasrah ia beranjak dari kursinya tapi ia menyempatkan dirinya menatap Selena yang sama menatap-nya juga, Jack tersenyum kecil dan kembali melangkahkan kakinya keluar dari ruangan.

Selena dan Violetta yang barusan melihat hanya bisa diam saja sambil menatap pintu. "Apa kalian berdua juga ingin ikut bersama dengan Jack, huh" Violetta dan Selena terlonjak kaget saat  Pak Henry menanyakan mereka, Buru-buru mereka menggelengkan kepala mereka dan kembali fokus pada materi yang disampaikan oleh Pak Henry.

🌑Damian🌑

Violetta melangkahkan kakinya keluar dari kampusnya setelah pembelajarannya tadi, Violetta memegang perutnya yang mulai berbunyi ia mengedarkan pandangannya dan menemukan sebuah cafe yang tidak jauh dari kampusnya.

Melangkahkan kakinya menuju cafe, namun pandangannya terpusat pada seseorang yang sangat ia kenal, Bianca.

"BIANCA!" teriak Violetta, Bianca mengalihkan pandangannya ia sedikit terkejut melihat sahabatnya tepat tidak jauh darinya.

Violetta mempercepat langkahnya dan memeluk sahabatnya itu.

"Kau dari mana saja, aku merindukan mu Bianca" Violetta memeluk erat sahabatnya itu, jujur ia merindukan sosok Bianca dalam hidupnya.

Bianca yang masih terkejut berusaha menormalkan ekspresi-nya. "Aku tidak kemana-mana, Violetta. Aku hanya di rumah saja seharian karena aku merasa kurang enak badan" Bohongnya.

Violetta melonggarkan pelukannya dan menatap sahabatnya, namun ia begitu terkejut melihat wajah sahabatnya yang terlihat beberapa luka, seperti habis dipukul, walau tersamarkan dengan make-up tapi Violetta bisa tahu.

"Bianca, astaga wajahmu" Violetta menangkup wajah sahabatnya, dan benar saja pipi sebelah kiri Bianca terlihat lebam.

"Kenapa bisa begini, Bianca" Violetta tidak terima jika sahabatnya terluka, karena baginya Bianca seperti Adiknya sendiri.

Bianca menjauhkan dirinya. "Aku tidak apa-apa, Violetta ini hanya luka kecil" Bianca membuang mukanya ke samping tidak ingin melihat sahabatnya.

"Apa maksud mu tidak apa-apa!? Jelas-jelas luka di wajahmu itu cukup parah"

"Aku tidak apa-apa Violetta, ini hanya luka kecil saja"  Violetta tidak habis pikir dengan sahabat di depannya ini, begitu keras kepala. "Aku beneran tidak apa-apa, Violetta" Bianca menatap Violetta dengan senyuman-nya seolah tidak terjadi apa-apa, Violetta tertegun sejenak dengan perubahan ekspresi Bianca barusan.

Tanpa mereka sadari seseorang telah mengawasi mereka dari jauh, terlihat mobil hitam sport, dimana ada orang di dalamnya.

"Ck, Penggangu" Damian begitu kesal karena kehadiran Bianca, ia berniat ingin menjemput Violetta tadi tapi ia suguhkan dengan kehadiran Bianca membuat dirinya harus menahan diri untuk tidak keluar dari mobilnya.

🌑Damian🌑

Di tempat lain di gedung pencakar langit dimana terlihat seorang pemuda yang sedang berhadapan langsung dengan jendela memperlihatkan pemandangan kota dari atas.

"Tuan muda aku sudah mendapatkan semua informasi-nya" Aluc selaku Asisten Darrel.

Darrel membalikkan badannya dan bertatap langsung dengan Asistennya menunggu jawaban yang akan ia ucapkan.

"Ternyata penyebab terjadinya anda mengalami pembegalan adalah, ulah Kakak anda sendiri. Tuan Damian, dan dia juga secara terang-terangan mendekati nona Violetta, bukan itu saja dia berencana untuk mendapatkan nona Violetta" Ujar Aluc, seketika ruangan menjadi dingin, Darrel mengepalkan tangannya dengan urat menonjol di sekitar tangannya.

"Apa ada lagi" Tanya Darrel, seketika Aluc berpikir dan teringat sesuatu. "Aku baru ingat sekarang, dimana nona Bianca mengalami luka di wajah-nya akibat dari ulah Damian, tuan. Pada saat itu nona Bianca habis dari minimarket dan ia tidak sengaja bertemu dengan tiga preman, Bianca yang tidak terima di hina memukul salah satu dari mereka, dan ia pun mendapatkan balasannya juga" Jelasnya membuat Darrel mengangguk mengerti.

"Tetap awasi dia Aluc" Perintah Darrel dan di angguki sang empu, setelah kepergian Aluc, Darrel melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya, ia membuka laci mejanya dan mengambil sebuah foto dimana terlihat dua anak laki-laki sedang tersenyum ke arah kamera.

"Aku tidak percaya kau melakukan itu kakak" Ucapnya. "Kau merebut semua yang ku miliki, Violetta. Dulu ia mengejar mu tapi saat ia mulai berhenti justru sebaliknya kau mengejarnya" Darrel tertawa kecil.

"Seperti roda berputar, dulu Violetta tergila-gila padamu tapi sekarang kau yang tergila-gila karenanya. Tapi aku tidak akan memberikan apa yang sudah menjadi milikku kau ambil kembali Kakak, karena sejak awal Violetta milikku mau itu di kehidupan pertama atau kehidupan kedua ku kali ini" Mata Coklatnya berubah menjadi obsidian, Darrel meremas figura itu dan membanting-nya, Darrel menatap figura foto itu yang sudah hancur berkeping-keping.

"Apa yang menjadi milikku tetap milikku"

Bersambung!!!

Kehidupan kedua Darrel......

DamianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang