Bab 6

5.8K 351 18
                                    

Author POV

Hari itu mereka habiskan dengan canda tawa di taman. Kathrina yang awalnya canggung pun kini berbaur karena Oniel terus mencairkan suasana dan meyakinkan Eli kalau mereka akan baik-baik saja.

Kathrina sesekali memperhatikan Gita yang beberapa kali memberikan perhatiannya pada Christy. Ia iri melihat kedekatan kaka beradik itu.

"Ka, dua minggu lagi ambil raport. Kalo dede ga dapet ranking lagi, kakek pasti marah." Christy bersandar pada bahu Gita, memeluk lengan Gita manja.

"Mana berani kakek marahin dede kalo ada kaka. Tar kaka yang marahin kakek balik." Gita mengecup pelan puncak kepala Christy menenangkan gadis itu.

Lagi, Kathrina iri melihat keduanya. Ia ingin merasakan kasih sayang itu dari kakanya juga. Orang tua Kathrina peduli, tapi ia juga ingin diperhatikan oleh saudaranya.

"Kitty dapet kaka kaya Gita dimana sih? Buat ka Oniel aja boleh ga ka Gitanya?" Bukan kalimat yang digunakan Christy sebagai jawaban, tapi lemparan kerikil-lah yang mengenai kening Oniel.

"Dede, ga sopan!" Gita menatap Christy tajam, Christy diam menunduk sambil memainkan jarinya.

"Maaf, ka Oniel, Kitty nakal. Tapi ka Gita cuman punya Kitty, ka Muthe sama ka Marsha, ga boleh nambah!" Oniel terkekeh, walaupun udah minta maaf, Christy tetep nunjukin posesifnya dia.

"Udah-udah, daripada kita ngeliat kebucinan kaka adek ini mending kita pulang, udah sore." Eli menyela, berdiri lebih dulu dan membersihkan celananya yang kotor oleh rumput, diikuti keempat orang lainnya.

Mereka berjalan ke arah mereka memarkirkan motor bersama-sama.

"Loe dijemput, Kath?" tanya Oniel.

"Sopir gua nungguin di sana, ka." jawab Kathrina sambil menunjuk seorang pria paruh baya yang duduk di dalem mobil.

"Sopir anak orang kaya mah beda ya, 4jam nungguin juga dijabanin." celetuk Eli, Kathrina merasa tersindir atas ucapan Eli, yahh padahal Eli ga bermaksud.

"Kita duluan, Git." pamit Eli dan Oniel ketika Gita baru saja memakaikan helm untuk Christy.

"Ka Git, makasi tadi dibolehin ikut, gua seneng. Maaf juga soal yang kemaren, soal Muthe juga." ujar Kathrina tulus dibalas anggukan oleh Gita sebelum akhirnya Gita pergi dari sana, membiarkan Kathrina mendekati sopirnya.

"Pak, maaf nunggu saya kelamaan." Ucapan Kathrina yang tiba-tiba saat masuk dalam mobil membuat sopirnya melongo.

"Ka, dede mau kapan-kapan sama Ka Atin lagi ya." Ingatkan Gita yang harus menyesali pertemuan mereka tadi.

Shani sedang berada di ruang kerjanya, mengecek e-mail yang baru saja dikirim oleh Gita ketika Gracia meletakkan secangkir kopi di sampingnya.

"Kerjaan Gita ya?" tanya Gracia.

"Iya, aku lihat makin ke sini perkembangan laporan Gita makin pesat. Aku makin yakin buat bikin Gita penanggung jawab salah satu perusahaan." Shani menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil menatap puas hasil laporan Gita.

"Bangga banget aku pernah ngajarin Gita dulu. Yahh nyesel dikit sih gegara pernah ngeremehin dia yang aku pikir ga bakal mampu dulunya." Shani mengangguk mengerti. Ia bahkan berani mengambil resiko mempekerjakan Gita di balik layar saat usia gadis itu masih 15 tahun.

"Padahal dulu dia cuman bantu kerjain laporan kafe, tapi dalam waktu kurang dari dua tahun aku berani ngasi kerjaan kantor ke dia. Papah yang dulu sempet nentang soal ini aja sekarang bangga banget sama Gita." Shani tersenyum bangga mengingat ia yang begitu ngotot ingin membantu keadaan Gita saat itu karena kasihan.

Heart BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang