Bab 21

4.4K 343 29
                                    

Author POV

Gita, Marsha, Kathrina dan Stevi berada di depan ruangan gawat darurat menunggu dokter untuk menjelaskan keadaan Gaby.

"Ka, mama kenapa?" tanya Kathrina. Stevi menatap Kathrina, seolah bertanya. "Bilang aja ka, mereka udah tau." lanjut Kathrina.

"Bajingan itu tadi balik lagi minta duit, De. Mama ga kasih karna udah diminta semalem, dia pukulin mama lagi. Kali ini lebih brutal, dia pukul mama pake botol kaca bahkan jedotin kepala mama berkali-kali. Kaka ga bisa ngapa-ngapain, maafin kaka." Stevi mengusap wajahnya kasar.

Biasanya ia akan menghentikan ketika Ghaida memukuli mamanya, tapi kali ini dengan keadaan tidak bisa berjalan dengan maksimal, dia tidak bisa melakukan apapun. Mereka bisa sampai ke rumah sakitpun atas bantuan tetangga yang mendengar teriakan minta tolong Stevi setelah Ghaida pergi.

"Ga, kaka ga salah. Ghaida emang bajingan!" geram Kathrina pelan.

Marsha menepuk punggung Kathrina pelan, mencoba menenangkan gadis itu dibalas pelukan oleh Kathrina.

"Kat, gua tau ini ga tepat, tapi gua pengen loe juga diperiksa." bisik Marsha pelan. Ia khawatir Kathrina hamil oleh bajingan itu.

"Tenang aja, gua udah ga bisa hamil. Gua udah ga punya rahim."

*Deg*

Marsha tersentak, kakinya gemetar. Kathrina yang menyadari itu dengan cepat membawa Marsha untuk duduk di kursi tunggu. Pandangan Marsha kini kosong, otaknya dipenuhi oleh pertanyaan, 'bagaimana bisa?'

"Cha!" Marsha tersentak ketika Gita menepuk kuat bahunya. Gita menatap Marsha heran tapi ia tidak bertanya apapun sedangkan Kathrina hanya tersenyum tipis sudah menduga.

Pintu ruangan terbuka, keempat orang itu langsung berdiri menatap penuh harap pada dokter paruh baya yang baru saja keluar dari sana.

Namun, harapan mereka pupus ketika sang dokter menatap mereka dengan tatapan prihatin lalu menggeleng.

Kini, suara yang terdengar hanyalah raungan isak tangis dari kakak beradik ini. Kathrina menerobos masuk diikuti Marsha, sedangkan Gita membantu Stevi berjalan memasuki ruangan.

Terlihat tubuh Gaby sudah terbujur kaku di sana. Mereka bisa melihat seluruh luka di wajah Gaby, semua rasa sakit dan penderitaan tergambar jelas di wajah itu.

Gita meringis, kembali teringat ketika ia melihat wajah orang tuanya untuk terakhir kali.

Ia tahan tubuh Stevi yang mulai limbung, gadis itu lemas seketika saat melihat tubuh ibunya.

"Ka, kuat ya. Buat Kathrina juga." bisik Gita.

"De--" Stevi meraih tubuh Kathrina, ia peluk tubuh gadis itu erat-erat seolah melebur rasa sedihnya.

Baginya, mungkin ini yang terbaik untuk mamanya, dunia terlalu kejam bagi mamanya.

"Ka, mama pergi. Nanti kita gimana?" gumam Kathrina lirih, isakannya terus memenuhi ruangan ini.

"Kita masih punya satu sama lain, kaka bakal jagain kamu." ucap Stevi menguatkan.

"Kalian ga sendiri. Kita bakal bantu kalian." ujar Marsha sambil masuk ke dalam pelukan itu.

Gita berada di kantornya sekarang, sibuk membolak-balik file di tangannya dengan serius. Dia memang sedang sibuk-sibuknya karena pembangunan kantor barunya ini, dia juga sedang masa penambahan karyawan. Ia bekerja sama dengan Gracia untuk mengembangkan karyawan dalam bidang IT sebelum disalurkan nanti, ia juga sedang sibuk memilih orang-orang yang akan ia salurkan ke bagian keamanan nantinya.

Terlebih tiga hari ini dia meninggalkan tempatnya karena mengurus masalah Kathrina, jadilah pekerjaannya cukup menumpuk.

Suara ketukan menarik Gita dari ke fokusannya dari kertas-kertas di tangannya. Didapatinya Oniel masuk membawa beberapa kertas diikuti Christy di belakangnya.

Heart BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang