PROLOG

35.3K 987 41
                                    

Bught!

Dorongan kaki seorang laki-laki paruh baya, mengenai perutnya Jayhaan, dalam hitungan detik tubuh Jayhaan  menghantam tembok.

"Udah pa, udah, kesian kak Jay," Mohon Meylin, selaku adik kembarnya Jayhaan.

Meylin berharap papa nya berhenti memperlakukan Jayhaan seperti binatang.

Tapi nyatanya Danuar, papanya mereka berdua malah tertawa penuh kelicikan, bahkan saat Jayhaan masih memegang perutnya, ia di seret paksa untuk memasuki ruangan yang hampir gelap karena hanya ada satu lampu remang-remang yang menyinari mereka.

"Pa, papa mau bawa kak Jay kemana?" Teriak Meylin, sembari memegang tangannya Jayhaan dengan sangat erat.

Namun, tangannya Meylin di tepis oleh papanya dengan kasar.

"DIEM KAMU ANAK SIALAN!" Danuar mendorong tubuh Meylin hingga terjatuh ke lantai.

Setelah itu Danuar mengunci pintu.

Danur tersenyum miring sembari mengambil cambuk yang sudah tersusun rapi di tembok.

Shuattt!

Cambukan itu mulai mengenai punggung Jayhaan. Ya, dengan meringis kesakitan Jayhaan terus menahan isak tangisnya dan Darah segar yang seperti membeku pun, mulai terlihat di sekujur punggungnya.

Tetapi, Jayhaan tidak boleh lemah, ia tidak boleh terlihat nangis di depan papanya, ia harus melindungi adik perpuannya! Seperti itulah yang ada dipikiran Jayhaan saat ini.

"GIMANA, SAKIT ENGGA?" Tanya Danur dengan nada bicara yang sangat tinggi.

"Sa--kit, Paaa, " Rintih Jayhaan dengan mulut yang susah berucap.

"Masih mau belain adik kamu yang bego itu?" Danuar menoyor kepala Jayhaan.

"Jayhaan janji pa, tahun ini Jayhaan pasti lulus bareng Mey, kita pasti bisa masuk kampus impian papa, Jayhaan juga bakalan pastiin nilai ujian Mey kedepannya bakalan lebih baik, badan Jayhaan taruhannya."

Danuar tersenyum licik sembari menatap anak laki-lakinya itu. "Kamu masih mau papa cambuk?"

Jayhaan mengangguk pelan. "Papa juga boleh gebukin Jay, kalau papa mau. Tapi, Jay mohon kasih kesempatan Mey buat berubah."

"Emang kamu seyakin apa?" Tanya Danuar. "Dia aja peringkat paling terakhir dikelasnya, bahkan satu angkatan! Dia emang bego, sama aja kayak almarhum mama kamu!"

Jayhaan mengepalkan tangannya. "Papa udah janji ngga akan ngata-ngatain almarhum mama yang engga-engga, papa udah lupa?"

Danuar menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Ya, masalahnya begonya adik kamu itu, sebelas duabelas sama almarhum mama kamu!"

Jayhaan diam, ia semakin mengepalkan tangannya, dengan tatapan matanya yang tajam ia menundukkan pandangannya.

Jayhaan tiba-tiba teringat akan kematian mamanya beberapa tahun silam saat usianya masih sepuluh tahun, ia bahkan tidak akan bisa melupakan bagaimana mama nya meninggal secara mengenaskan.

Clek!

Danuar membuka pintu ruangan khusus mencambuk anaknya tersebut. Ya, Setelah selesai mencambuk anaknya dengan membabi buta, Danuar mengeluarkan Jayhaan dari ruangan tersebut.

Bught!

Danuar mendorong Jayhaan dengan paksa hingga Jayhaan tergeletak di lantai sembari memeluk dirinya sendiri.

Meylin yang sedari tadi menunggu Jayhaan di luar, ia dengan segera memeluk Jayhaan.

"Kak Jay, gapapa?" Tanya Meylin, ia bahkan tak berhenti menangis.

LOVESIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang