Chapter 15: Sex In Hotel

250 2 0
                                    

Lara

Zach membentakku yang membangunkan kesadaranku yang sedang asik main ponsel. Aku melihat ke arah kedua matanya yang menatapku tajam. Aku meletakkan ponselku di atas meja, "Sudah ku katakan untuk membaca seluruh isi perjanjiannya." ucapku memastikan. 

Dia bereaksi begitu cepat setelah sesaat aku memberikan suratnya. 

"Aku sudah membacanya dengan rinci, apakah kau sudah gila?" Dia meletakkan suratnya kesal.

"Kau menyinggung perasaanku, Zach. Kita bisa berdiskusi baik-baik daripada kau membentakku begini. Kau begitu terobsesi untuk memiliki anak." ucapku tenang. 

Dia menatapku dengan rasa bersalah, "Karena keluargaku yang meminta, mereka ingin memiliki seorang penerus. Ayah dan ibuku terus memaksaku dan aku tak ingin orang mempertanyakan kita di pesta pernikahan Louis dan Jade." jelasnya.

"Aku tidak tau tentang hal itu."

"Baiklah, kalau begitu kita bicarakan baik-baik." 

Aku beranjak dari kursiku ketika dia menawarkan untuk berdiskusi. 

"Lara, jangan marah seperti ini, aku mohon padamu. Aku tidak bermaksud untuk membentakmu-" 

Aku melepaskan tangannya yang memegangi pergelangan tanganku. 

Aku menuju ke bawah untuk memesan kamar lain. Aku memang tak bisa mengendalikan emosiku, dia sudah melewati batas kesabaranku, aku sangat marah sebab dia menyinggung perasaanku. Untuk sementara waktu aku akan tinggal sendirian, aku tak peduli dengannya lagi. Bahkan jika pernikahan ini berakhir akupun tak akan merugi, hanya setengah hatiku yang ku berikan kepadanya itupun dengan banyak pertimbangan. Aku tak peduli jika ayahku menghabisi aku karena pernikahan ini berakhir sebab itu lebih baik daripada aku harus bertahan dan mengorbankan kebahagiaanku.

Aku mendapatkan kuncinya tepat ketika Zach turun untuk menghampiriku. Aku tak menggubrisnya dengan terus berjalan menjauhinya yang tak berhenti mengejarku dengan mengoceh permintaan maaf dan kita bisa berdiskusi. Bagiku semua itu sudah terlambat, dia sama sekali tidak setuju dengan nota perjanjiannya. Sikapnya sudah jelas, tak ada yang perlu ku pertanyakan dan akupun masih teguh pendirian bahwa aku tak ingin hamil dan memiliki anak untuk saat ini apapun alasannya. 

"Lara, jangan bersikap seperti ini atau aku akan memaksamu!" Dia memperingatkanku ketika aku membuka kunci kamar hotelnya, "Lara, aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak bersikap seperti ini. Apakah kau tidak mengerti, istriku?" Dia menghampiriku, menahan tubuhku, dia mendekap aku tepat ketika pintunya terbuka. 

Dia serius ku rasa, tatapan kedua matanya begitu tajam, "Aku sudah mengatakan minta maaf, apakah semua itu tidak cukup bagimu? Aku sudah mengatakan bahwa kita bisa berdiskusi. Mengapa kau pergi dan marah kepadaku." 

Aku hanya menatapnya datar, jujur aku sangat malas untuk merespon semua kalimat yang dia sendiri bisa jawab. 

"Lepaskan aku, Zach. Jika kau bisa mengancamku maka, akupun dapat melakukan hal yang sama." ucapku. 

Ingin sekali aku mengeluarkan pistol yang ada di dalam celanaku akan tetapi, yang ada di hadapanku saat ini adalah suamiku. Aku tidak mungkin mencelakainya, aku tidak mungkin membunuhnya sama seperti ketika aku membunuh para pria itu. Aku bisa saja melakukannya akan tetapi, nuraniku tersentuh ketika dia meremas kedua payudaraku. Entah mengapa dia melakukan hal itu secara spontan namun, sentuhannya membuatku merasa terpenjara seketika dalam dekapannya. 

"Zach, kita sedang berada di luar pintu!" Aku melotot memperingatkannya ketika dia menaikkan dressku. Tangannya meraba pahaku, memijatnya dengan pelan sementara, bibirnya memiliki kesempatan untuk menciumku kali ini. 

Married to His LiesWhere stories live. Discover now