Chapter 2

395 46 4
                                    

Happy Reading
───────•°•❀•°•───────


Ada yang berbeda dengan sikap Wang Chunran hari ini. Sejak kelas dimulai tiga puluh menit yang lalu, wanita itu terlihat murung. Mulutnya terkunci rapat, tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dagunya turut disanggah menggunakan sebelah tangan, dengan pandangan yang di lempar jauh ke luar jendela.

Apakah gerangan yang terjadi? Tak biasanya Wang Chunran berubah menjadi sosok pendiam secara tiba-tiba seperti ini. Pasti ada sesuatu yang tak beres.  Xiao Zhan yakin itu!

Penampilan Wang Chunran lantas dipindai dengan teliti. Posisi duduk yang hanya berjarak tiga bangku memudahkan Xiao Zhan untuk melakukan itu. Selain mata yang terlihat sedikit sembab sisanya normal-normal saja. Masih sama seperti hari-hari sebelumnya.

Namun, di situlah sumber masalahnya. Xiao Zhan tak tahu kali ini apa lagi yang menjadi alasan sembabnya mata indah sang sahabat. Praduga-praduga acak pun mulai lahir dalam benak, membuat perasaannya acak-acakan tak karuan.

“Psttt ... Anran!” panggil Zhan pelan.

Tak ada sahutan dari sang pemilik nama. Wanita itu benar-benar tenggelam dalam lamunan. Secara kasat mata, raganya memang berada di sana, duduk dan hadir mengikuti kelas, tapi tidak dengan jiwanya. Seakan tersedot ke dalam ilusi yang diciptakan, Wang Chunran pun terperangkap di dalamnya.

“Psttt ... Wang Chunran!” panggil Zhan sekali lagi.

Alih-alih mendapatkan atensi dari sang pemilik nama, Xiao Zhan justru menerima teguran dari siswa yang duduk di sebelahnya.

Ling He yang sejak tadi fokus menyimak penjelasan dosen mengerang jengkel karena merasa terganggu. Dia pun menoleh, menatap Xiao Zhan dengan tajam.

“Berisik, Zhan!”

Tengkuk yang tak gatal digaruk kikuk. Xiao Zhan tersenyum bodoh pada Ling He. Merasa tak enak karena aksinya mengganggu konsentrasi temannya.

“Sorry, Ling.”

“Mn,” jawab Ling He singkat.

Proses pembelajaran berlangsung dengan damai. Xiao Zhan terpaksa meredam semua kekhawatiran yang ada. Dia akan berbicara empat mata dengan Anran setelah kelas selesai nanti.

Sebenarnya, Xiao Zhan bisa saja
menghubungi seseorang untuk menanyakan apa yang terjadi pada Anran pagi ini, tapi saat menyadari sekarang jam berapa, dia pun mengurungkan niatnya. Dia tak mau mengganggu waktu belajar orang tersebut.

****

Begitu dosen keluar, Xiao Zhan langsung mendatangi bangku sahabatnya. Dia duduk di samping wanita cantik itu, sembari mengelus pelan tangan yang terasa sedikit dingin dan berkeringat.

Wang Chunran tersentak kaget saat merasakan sentuhan asing di tangannya. Dia hendak menyentak tapi urung, ketika melihat siapa pelakunya.

“Apa yang terjadi?” Xiao Zhan bertanya khawatir.

“Zhan ...,” Wang Chunran berucap lirih. Matanya kembali berkaca-kaca.

Xiao Zhan cukup peka dengan situasi. Dia menarik lembut tangan yang saling bertaut untuk keluar meninggalkan kelas.

“Ayo pergi. Kamu butuh tempat sepi untuk menumpahkan air mata.”

Wang Chunran mengangguk kecil. Dia berjalan di belakang Xiao Zhan. Tangan yang saling bertaut ditatap lamat-lamat. Ada perasaan hangat yang menyebar saat tangan besar itu menggenggam erat tangannya.
Beberapa menit berlalu, keduanya pun tiba di tempat tujuan---atap kampus. Wang Chunran tak heran mengapa Xiao Zhan membawa dia kemari. Tempat ini memang pas jika digunakan untuk merenung, menenangkan diri ataupun menangis.

Injuries Here (Zhanyi)Where stories live. Discover now