Chapter 4

272 28 3
                                    

Happy Reading
───────•°•❀•°•───────


Bel pulang berbunyi, mengakhiri proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas. Buku, pulpen beserta peralatan tulis lainnya dibereskan, dimasukkan kembali ke dalam tas agar tak tertinggal.

Masih di tempat duduknya masing-masing, siswa-siswi penghuni kelas XII mulai berdiri serentak sesuai instruksi Fanxing, selalu ketua kelas. Mereka membungkuk hormat seraya berucap sopan, “Thank you, Miss.

Miss Lusi tersenyum manis. Guru bahasa inggris itu membalas dengan suara yang terdengar menggemaskan di telinga murid-muridnya.

You’re welcome, Kids. See you next thursday.

Setelah guru cantik itu keluar, Wang Yibo bergegas berlari meninggalkan kelas menuju gerbang sekolah. Di sana, pengawal pribadinya pasti sudah menunggu.

Benar saja, dari jarak yang tidak terlalu jauh, Wang Yibo dapat melihat satu sosok pria dewasa nan cantik bersandar nyaman di pintu mobil sembari bersedekap dada dengan kedua kaki yang disilangkan.

Embusan angin yang membelai wajahnya membuat surai hitam itu bergoyang-goyang. Menampilkan secara nyata bagaimana indahnya rupa sang pengawal.

Kaki yang sedari tadi berlari terhenti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kaki yang sedari tadi berlari terhenti. Di tempatnya berdiri, Wang Yibo tak kuasa menahan pergerakan bibir yang telah berhasil meloloskan sebuah decakan kagum.

Sering kali benaknya mempertanyakan hal konyol terkait bagaimana bisa seorang secantik Song Jiyang memilih bekerja sebagai pengawal alih-alih menjadi seorang artis? Bukankah wajah dan fisiknya sangat menjual?

Saking menjualnya, Wang Yibo bahkan berani bertaruh, jika manusia-manusia serakah di luar sana yang hanya memandang orang lain dari segi fisik dan penampilan akan langsung tertipu begitu saja jika Jiyang memainkan sebuah peran ‘pria lemah yang tertindas.’

Benar, ya, kata pepatah. Jangan menilai orang lain dari luarnya saja karena pada nyatanya penampilan itu bisa menipu, pikir Yibo lebay.

Puas menatap salah satu makhluk indah ciptaan Tuhan selain dirinya, Wang Yibo kembali memacu langkahnya ke depan.

“Jiyang Ge!”

Yang dipanggil membuka mata. Pemilik surai hitam legam itu menoleh ke samping di mana seorang remaja SMA tengah berdiri. Senyum Song Jiyang langsung mengembang melihatnya, dia menyambut kedatangan tuan mudanya dengan senang hati.

“Selamat sore, Tuan Muda.”

“Sore, Gege.” Wang Yibo balas tersenyum.

Pintu mobil bagian belakang dibuka, dengan ekstra hati-hati Song Jiyang menuntun yang lebih muda masuk ke dalam. Tangan kiri diletakkan di atas kepala, takut jika tuan muda kesayangannya terpentok.

Injuries Here (Zhanyi)Where stories live. Discover now