Chapter 8

199 19 6
                                    

Happy Reading
───────•°•❀•°•───────


Lamborghini merah berhenti tepat di halaman depan kediaman mewah bak istana timur tengah milik keluarga Wang. Tak lama kemudian, sang pengendara pun terlihat turun dari tunggangan mahal tersebut. Dia tak sendiri, melainkan membawa sesosok wanita cantik yang merupakan anak sulung dari sang pemilik kediaman.

Wang Chunran tampak sempoyongan ketika dipapah turun dari mobil. Membuat Xiao Zhan sedikit kewalahan untuk melangkah.

"Mphhh ...."

Salah satu tangan terangkat menutupi area mulut, gejolak tak nyaman yang bersumber dari dalam perut nyaris membuat Wang Chunran muntah.

"Ya Tuhan! Nih, anak nyusahin amat, sih," Xiao Zhan mendesah lelah.

Setelah perjuangan panjang nan menguras tenaga dan emosi, pria bermarga Xiao itu akhirnya tiba di depan pintu masuk utama. Jari telunjuk terulur, menekan tombol bel yang terpasang di samping pintu kayu besar dengan tinggi sekitar 250 sentimeter.

Ada perasaan was-was yang menghantui, mengingat sosok yang saat ini tengah dipapah, kembali dalam keadaan mabuk. Xiao Zhan tak bisa membayangkan kemarahan seperti apa yang akan dikeluarkan oleh calon mertuanya nanti.

"Anran, aku benar-benar berharap Paman Wang sudah tidur sekarang. Jika tidak---" Xiao Zhan mendesah panjang. "Sudahlah, tidak ada gunanya juga aku berbicara panjang lebar. Toh, kamu juga tidak akan mengerti," sambungnya lagi.

Dalam rangkulan pria itu, Wang Chunran lagi-lagi bergerak secara random. Bibir tipisnya terus meracau, mengucapkan hal yang sama berkali-kali.

"Zhan, jangan tinggalkan aku."

Sekali lagi, serangan rasa bersalah kembali datang membelenggu. Xiao Zhan menatap wanita itu sendu. Apakah Wang Chunran seperti ini karena pembicaraan mereka di kampus siang tadi? Jika memang benar, dia yakin semuanya akan menjadi semakin sulit di masa depan.

Jangan mencintaiku Anran. Kamu akan merasa sakit jika sampai melakukan itu.

Benda persegi empat dengan gambar lonceng di tengah-tengahnya ditekan sekali lagi. Berharap ada salah satu dari penghuni rumah yang mendengar dan segera datang untuk membukakan mereka pintu.

Xiao Zhan ingin menyelesaikan tugasnya secepat mungkin, lalu pulang setelahnya. Selain merasa lelah pasca pertempuran sengit di atas tempat tidur beberapa jam yang lalu bersama sang kekasih, dia juga terus-menerus dibayang-bayangi wajah cantik pujaan hatinya yang kini tengah ditinggalkan seorang diri di dalam apartemen. Xiao Zhan takut Wang Yibo akan terjaga dan berakhir mencari keberadaannya.

Akan tetapi, Tuhan sepertinya tak menghendaki keinginan tersebut. Alih-alih pelayan yang datang, justru sang tuan rumah sendirilah yang kini berdiri tegak di balik pintu yang terbuka lebar.

Ludah kasar ditelan berkali-kali, menimbulkan pergerakan naik-turun dari tonjolan jakun yang berada di pertengahan leher. Xiao Zhan meringis ngeri ketika mendapatkan tatapan tajam dari calon mertuanya. Demi Tuhan, wajah pria paruh baya itu benar-benar sangat menyeramkan malam ini.

"Selamat malam, Paman."

Tak ada jawaban dari yang lebih tua. Meskipun merasa dongkol, Xiao Zhan tak bisa berbuat apa-apa selain memasang senyum canggung.

Fokus pandangan Wang Han teralih. Berpindah pada sosok yang tengah dipapah oleh Xiao Zhan. Penampilan acak-acakan Wang Chunran dipindai dari ujung kaki hingga ujung kepala dan saat itu pulalah, tiap tetes darah yang ada di dalam tubuhnya serasa mendidih. Rahang kokoh mengeras ketat saat menyadari putrinya tengah berada di bawah pengaruh alkohol. Minuman sialan yang bisa menjadi sumber malapetaka.

Injuries Here (Zhanyi)Where stories live. Discover now