Chapter 3

340 33 27
                                    

Happy Reading
───────•°•❀•°•───────


Chongqing University menyediakan kafetaria yang didesain khusus dengan interior kece layaknya sebuah kafe kekinian agar mahasiswanya tak merasa bosan dengan suasana kafetaria yang terkesan norak dan ketinggalan zaman. Tidak ada meja panjang dengan kursi-kursi plastik, melainkan sofa-sofa empuk dalam balutan warna alaska, serta ruangan berpendingin udara yang dilengkapi dengan suasana makan yang nyaman.

Seperti halnya Xiao Zhan dan Wang Chunran, kafetaria kampus menjadi tujuan utama para mahasiswa saat perut mulai merongrong kelaparan. Area yang strategis karena berada di dekat gedung perkuliahan menjadikan tempat tersebut semakin banyak diserbu mahasiswa usai jam perkuliahan selesai.

“Ck, antreannya panjang sekali,” Wang Chunran berdecak malas. Tangannya turun ke bawah, mengelus-elus pelan bagian perut yang meronta-ronta ingin diisi secepat mungkin.

Di belakang wanita itu, Xiao Zhan terkekeh kecil. Tidak salah bukan jika dia melabeli sahabatnya dengan sebutan ‘kekanakan’, toh, tingkahnya memang seperti itu.

“Ish, orang lapar malah diketawain. Kejam banget, sih, kamu Zhan.”

“Sabar Anran, dikit lagi, loh, ini.”

“Sibir Anran, dikit ligi, lih, ini ...,” wanita cantik berdress merah itu mencibir penuh kekesalan.

Setelah drama mengantre sekitar lima belas menit lamanya, kini tibalah giliran Wang Chunran dan Xiao Zhan untuk mengambil makanan.

Nasi dan beberapa lauk pauk telah memenuhi nampan. Mereka lalu berjalan meninggalkan counter untuk mencari tempat duduk yang kosong.

“Kita duduk di sana saja, Zhan.” Jari telunjuk terarah pada meja nomor lima yang terletak di sudut kanan ruangan.

“Oke.” Xiao Zhan mengangguk setuju.

Duduk saling berhadap-hadapan, keduanya mulai menyantap makanan mereka masing-masing.

Ketika sedang asyik menikmati sensasi gurih dari daging lada hitam yang meleleh di dalam mulut, Xiao Zhan dibuat terkejut saat benda yang menghuni saku jaketnya berdering nyaring dengan nada khusus, pertanda ada pesan masuk dari sosok yang spesial di hati.

Acara makan langsung berhenti. Sendok dan garpu diletakkan kembali di atas piring. Dengan gesit, Xiao Zhan segera mengeluarkan ponselnya.

Benar saja, sebuah notifikasi dari nomor yang diberi nama ‘Baobei’ lengkap dengan emoji hati di belakangnya muncul di layar. Dengan cekatan, jari-jari tangan yang dihiasi urat-urat keperkasaan bergerak lincah, menekan kombinasi angka yang merupakan kode sandi ponsel, hingga kunci layar alat komunikasi tersebut terbuka.

Zhan Ge lagi apa? Lagi sama jiejie tidak? Kalau iya bagaimana keadaan jiejie? Jiejie baik-baik saja, kan? Tadi pagi jiejie dan ayah bertengkar. Jiejie pasti sedih sekali.

Sudut bibir terangkat ke atas. Xiao Zhan tersenyum kecil membaca pesan panjang yang baru saja dikirim oleh pujaan hatinya. Ah, singa kecilnya pasti tengah mengkhawatirkan keadaan kakaknya sekarang.

Jangan khawatir, Baobei. Anran sudah baik-baik saja. Dia sedang makan siang bersamaku di kafetaria kampus.

Hanya sekian detik setelah pesan terkirim, ponsel bermerek i*hone tersebut berdering lagi.

Syukurlah kalau begitu. Yaudah makannya dilanjutin lagi. Maaf, ya, kalau pesanku mengganggu waktu makan Gege. Oh, ya, sekalian mau ngucapin terima kasih, hehehe ... karena Gege udah mau nenangin jiejie. Didi ai ni. Mmuachhh❤️

Injuries Here (Zhanyi)Where stories live. Discover now