Hafizah dan Pramutama Bar: 2

152 26 18
                                    

Akun Instagram Luthfiana hanya ada username-nya, tidak ada nama profil dan bio keterangan di profilnya. Tidak ada foto-foto juga. Belum ada. Foto profilnya memang foto diri Luthfiana, tetapi hanya itu saja isinya. Mungkin masih baru karena jumlah pengikutnya hanya 400-an orang. (Atau sebelumnya sudah ada, tetapi dihapus atau disimpan tanpa ditunjukkan dalam profil.)

Sampai suatu hari, Luthfiana mengunggah suatu pos foto dirinya di Instagram dengan bingkai Twibbon. Isi pos Instagram-nya adalah pengumuman wisuda hafiz dan hafizah dari pondok tahfiz Al-Qur'an yang diikuti oleh Luthfiana. Oh, ternyata ada acara wisudanya juga. Acara wisudanya kelihatannya cukup besar, diselenggarakan di sebuah gelanggang olahraga (GOR). Hal itu cukup menarik perhatian Luther karena GOR tempat wisuda tersebut tidak jauh dari restoran dan bar yang dikunjungi Luthfiana.

Luther seharusnya tidak peduli, tetapi bar tempatnya bekerja pernah dijadikan tempat mengulang hafalan Al-Qur'an Luthfiana. Setidaknya, sebagai orang yang pernah menyilakannya mengulang hafalan di bar, aku perlu mengucapkan selamat kepadanya. Acara wisuda itu dilaksanakan lusa. Luther bisa minta teman sesama pramutama untuk mengisi shift bekerjanya selagi ia pergi ke GOR untuk menyelamati Luthfiana yang wisuda.

***

Luther pergi ke GOR dan menemukan dua orang pria berjaga di meja penerima tamu. Acara wisuda sudah dimulai di dalam gedung, pintu-pintunya sedang tertutup agar sembarang orang tidak masuk. Luther datang saat acara tengah berlangsung dalam GOR. "Permisi, ini acara wisuda hafiz dan hafizah, bukan?" Luther bertanya kepada pria di meja penerima tamu.

"Oh, iya. Ada apa?" tanya salah satu pria sambil mengamati Luther yang berambut ikal lebat dan berkulit coklat dengan tatapan kecurigaan.

"Ada temanku di dalam yang wisuda. Namanya Luthfiana."

"Luthfiana?" Pria satu lagi melihat buku daftar nama-nama wisudawan dan wisudawati. Pria itu tersenyum. "Ada satu nama Luthfiana meskipun Saudara di sini bakal terkejut dengan nama aslinya. Aslinya, nama panggilannya adalah Wanda. Saudara bisa menunggu sampai selesai acaranya, nanti mereka akan keluar GOR. Sebentar lagi, kok."

"Begitu, ya? Terima kasih," ucap Luther. Wanda? Luther akhirnya menunggu di warung bakso terdekat dari GOR. Aku tidak salah orang, bukan?

Setelah menghabiskan semangkuk bakso, para wisudawan dan wisudawati benar-benar keluar dari GOR. Luther cepat membayar bakso dan mencari Luthfiana. Luther berjalan-jalan sambil mencocok-cocokkan wajah wisudawan dan wisudawati yang mengenakan toga hitam dengan wajah di foto Instagram Luthfiana.

"Mencari Wanda, ya?" Seorang wisudawan sepertinya memperhatikan Luther yang bergantian mengamati kerumunan orang-orang dan ponselnya sendiri. Instagram Luthfiana pasti terlihat dari ponselnya oleh wisudawan itu.

"I-iya," balas Luther meskipun masih bingung mengapa wisudawan itu menyebut nama Wanda.

"Dia di sana, bersama kedua orang tuanya," tunjuk wisudawan itu ke suatu arah. Luther berterima kasih dan mengikuti arah yang ditunjuk wisudawan tersebut.

Benar, Wanda alias Luthfiana sedang bersama orang tuanya dan ada teman-temannya yang terdengar menyelamatinya.

"Selamat, ya, Wanda!" Teman-temannya, laki-laki dan perempuan, baik berjilbab maupun tidak berjilbab, mengucapkan selamat. Luther bahkan melihat satu-dua orang temannya memakai jaket mahasiswa Teknik Pangan.

"Terima kasih," ucap si hafizah yang baru wisuda itu.

Tidak salah. Ini memang orangnya. Luther makin mendekat. Luthfiana alias Wanda melihat Luther datang dan tampak terperangah.

"Wanda?" Luther menunjuk si hafizah sekaligus wisudawati tersebut.

"Ya, nama lengkapku Wanda Luthfiana," kata Wanda yang Luther kenal sebagai Luthfiana itu.

Luther mengangguk-angguk. "Oke. Selamat sudah diwisuda, Wanda."

"Terima kasih."

"Siapa ini?" Luther menduga itu ibu dari Wanda yang bertanya.

"Ini seorang teman, kenalan. Dia adalah bartender dari bar dekat restoran favorit yang sering kita kunjungi."

"Oh, bar yang di restoran itu. Yang nyambung itu, kan?"

"Iya."

"Salam kenal. Namaku Luther," Luther memperkenalkan diri. "Ya, aku seorang bartender yang bekerja dalam bar."

"Salam kenal, Luther. Kami bapak dan ibunya Wanda," kata bapak Wanda memperkenalkan juga. "Ini beberapa teman sejurusan Wanda di kuliahnya."

"Wanda pernah ke bar?" tanya seorang teman sejurusan Teknik Pangan Wanda.

"Ya. Iseng saja untuk tempat muraja'ah Al-Qur'an," Wanda menjawab. "Barnya nyambung sama restoran favorit."

"Oh, gitu."

"Bang Luther bisa bikin minuman apa aja?" tanya teman Wanda yang lain.

"Wah, banyak. Macam-macam bisa aku buat," jawab Luther.

"Mas Luther selain jadi bartender juga pernah jadi barista. Berarti, koktail bisa, kopi bisa, jus juga bisa."

"Bikinkan kami minum!" seru seorang teman Teknik Pangan.

"Ya, bikin! Bikin!" Teman-teman yang lain ikut bersorak.

"Anggap saja untuk perayaan wisuda Wanda!"

Wanda tersenyum lalu mendengus tertawa. "Kami pasti bayar, kok."

"Yah, boleh saja. Tapi, sebaiknya jangan minuman koktail, ya," kata Luther.

Teman-teman Wanda menggeleng. "Tidak akan!" Begitulah seruan teman-teman Wanda.

***

Wanda Luthfiana membawa teman-temannya ke restoran keluarga tempat kesukaannya itu. Wanda sudah izin ke kedua orang tuanya untuk pergi ke restoran lalu mereka berpisah setelah Wanda berganti baju dari toga ke pakaian yang lebih nyaman. Luther pun akhirnya membuatkan Wanda dan teman-temannya minuman. Sebelumnya, Luther minta izin ke bagian restoran untuk melayani Wanda dan teman-temannya di tempat restoran khusus dengan minuman. Karena bar tempat Luther bekerja bermitra dengan restoran tersebut, Luther diizinkan.

"Ini dia. Ini ada mango smoothie juice, berry and kiwi juice, blue moon tea blend, frappé, americano, lychee tea, avocado float, dan lemon squash," kata Luther sambil menyajikan minuman-minuman Wanda dkk. ke meja.

Teman-teman Wanda mengajak Luther mengobrol sampai mereka tahu asal daerah Luther, makanan dan minuman kesukaan Luther, sepeda motor favorit Luther untuk Luther kendarai, agama Luther, sampai spot wisata menarik di Maluku. Tidak jarang juga mereka memuji minuman buatan Luther.

"Bang, ini mango smoothie juice-nya pakai santan, ya? Pantas kekentalannya pas!"

"Hmmm, buah-buahan beri dan kiwinya sangat terasa!"

"Oooh, jadi, ini tea blend-nya ada bunga telang dan teh putih. Rasanya jadi unik."

"Suka frappé-nya!"

"Avocado float-nya enak!"

"Lychee tea-nya segar!"

"Kami belajar tentang cara mencicipi hidangan di Teknik Pangan, namanya teknik organoleptik. Terbukti, kami semua suka minuman buatan Mas Luther," kata Wanda. "Terima kasih."

"Oh, tidak, terima kasih juga. Aku cuma melakukan pekerjaan sebagai pramutama. Tapi, Wanda, kenapa kamu mengenalkan diri dengan nama Luthfiana? Bukan nama Wanda langsung?"

"Kenapa? Kebetulan saja. Soalnya nama Mas Luther memang mirip nama Luthfiana. Luther dan Luthfiana. Begitulah."

"Cielah. Wanda bisa aja."

"Wanda cuma mau menggoda Abang, tuh!"

Teman-teman Wanda tertawa dan menyoraki Wanda. Wanda terkekeh, seolah mengabaikan teman-temannya, lalu berkata kepada Luther. "Sekarang, panggil saya Wanda saja."

"Baik, Wanda." Luther mengacungkan isyarat OK.

Hafizah dan Pramutama BarWhere stories live. Discover now