Hafizah dan Pramutama Bar: 3

117 24 9
                                    

Sudah beberapa minggu lamanya sejak Wanda berkenalan dengan Luther di bar. Luther sesekali melihat Wanda makan di restoran. Wanda juga sesekali pergi ke bar pada saat bar sedang tidak ramai, biasanya pagi mulai bar buka pukul 10 sampai siang hari. Luther pun tidak mewajibkan Wanda untuk pesan minuman di bar supaya Wanda tidak terkena risiko meminum minuman keras. Sekadar ditemani mengobrol ketika bekerja sudah cukup bagi Luther.

"Kamu harus bawa tempat minum air. Banyak-banyaklah minum air supaya tidak dehidrasi," ujar Luther menasihati Wanda perihal membawa tempat minum milik sendiri. "Bukannya sekarang bawa botol minum adalah tren? Itu, lho, banyak yang foto-foto menggunakan kamera polaroid dan VSCO bersama botol minum yang dipegang."

"Hahaha! Saya bukan perempuan VSCO seperti itu. Tapi, oke, saya akan rajin membawa botol tempat minum," kata Wanda. "Hmmm, saya jadi penasaran. Mas Luther pernah pakai VSCO?"

"Oh, tidak. Tapi, ada temanku yang punya VSCO dan cukup mahir."

"Saya ingin belajar pakai VSCO."

"Mau kukenalkan ke temanku? Boleh saja!"

"Wah, boleh, Mas," kata Wanda sambil mengangguk sekali.

Luther melanjutkan mengelap gelas-gelas basah yang baru dicuci. Gelas yang sudah kering Luther simpan di tempat gelas. Wanda menonton Luther menyimpan gelas sambil bertopang dagu.

"Kamu tidak ada tugas kuliah, Wanda?" Luther bertanya.

Wanda, masih bertopang dagu, menjawab, "Sudah tidak ada. Sudah dikerjakan."

"Hebat! Kamu memang rajin dan pintar. Pasti nilai kamu tinggi."

Wanda berhenti bertopang dagu dan menggeleng. "Biasa aja, Mas." Meskipun begitu, Wanda senang dipuji Luther.

Kalender di ponsel yang disimpan Wanda di atas meja menunjukkan tanggal 7 Februari. Wanda bertanya, "Mas Luther punya pacar?"

"Eh? Hah?!" Luther yang tengah mengelap gelas menoleh ke Wanda, hampir menjatuhkan gelas, untungnya tidak jatuh. "Ke-kenapa bertanya?"

"Minggu depan 14 Februari. Mas Luther tidak menyiapkan sesuatu untuk pacar Mas Luther?"

"Oh, ahahaha," tawa Luther canggung. "Begini, aku tidak memikirkan Valentine karena aku sedang tidak punya pacar saat ini."

"Begitu," tanggap Wanda. "Mas Luther pernah punya pacar?"

"Pernah. Beberapa kali waktu sekolah dan kuliah," jawab Luther. Luther mengamati Wanda, berniat menanyakan hal yang sama, tetapi urung.

"Jangan menatap saya seperti itu. Saya pernah punya pacar, sekali waktu SMP," ujar Wanda. Hal itu membuat Luther ber-"oh" panjang. "Itu sebelum saya mondok. Saya sudah tobat, tidak mau melakukannya lagi."

Luther tersenyum. "Baguslah! Jangan sampai terganggu dengan yang begitu. Kamu fokus saja belajar, kuliah yang benar, lalu lulus secara memuaskan. Bukannya itu yang kamu mau?"

Sekali lagi, Wanda mengangguk dan merasa senang karena disemangati. Hati Wanda terasa seperti menghangat. Luther pun terus tersenyum tanpa henti.

Saat itu juga, terdengar suara-suara orang masuk bar.

"Mas Luther," panggil Wanda. "Sepertinya, bar mulai ramai, mau dimasuki orang-orang. Saya harus pergi."

Luther melihat jam di pergelangan tangannya. Pukul 5 sore lewat sedikit. Pada jam-jam tersebut, pelanggan merupakan pegawai atau karyawan yang baru pulang bekerja dari kantor dan memang ada yang mampir ke bar, di saat itulah bar akan ramai. Senyum Luther terpaksa berhenti. "Yah, apa boleh buat. Kamu boleh pergi."

"Saya akan berkunjung lagi nanti," kata Wanda.

Luther hanya mengangguk. Jika ingin berkunjung, Wanda akan mengirim pesan DM (direct message) di Instagram. Luther tinggal menunggu pesan DM Wanda. "Pastikan aku yang sedang bekerja, ya, Wanda."

"Iya. Saya tahu jadwal shift Mas Luther sekarang," balas Wanda sambil tersenyum lalu turun dari kursi tinggi.

"Hati-hati di jalan, Wanda!" Luther berseru kepada Wanda yang berjalan ke pintu bar.

"Siap, Mas!" Wanda balas berseru, membuat beberapa orang melihat kepadanya dan kepada Luther.

Hafizah dan Pramutama BarWhere stories live. Discover now