Hafizah dan Pramutama Bar: 6

70 19 4
                                    

Catatan penulis: Ini bakal jadi bab yang penuh warna.


Wanda baru bisa ke bar hari Selasa, sehari setelah hari praktikumnya membuat cokelat dari biji cokelat asli. Seperti biasa, Wanda sudah mengirim pesan lewat DM Instagram kepada Luther. Luther dengan senang hati menyambut Wanda.

Wanda duduk di kursi meja konter, seperti biasa, yang dekat dengan tempat pramutama. Sebelum Wanda datang, sudah ada duluan seorang pelanggan wanita berambut shaggy pendek seleher dan memakai baju dress selutut warna ungu duduk di suatu ujung di meja konter yang agak berjauhan dari posisi Luther dan Wanda. Segelas vodka bluberi dan segelas kurasao biru serta botol-botolnya terlihat di atas meja di depannya. Segala hal tentang wanita itu merupakan paduan warna biru dan ungu. Wanita itu bergantian meminum vodka dan kurasao dari masing-masing gelas sambil terus menggambar atau menulis sesuatu di iPad-nya di atas meja menggunakan stylus pen.

"Aku kira, kamu akan muncul hari Minggu kemarin," kata Luther. Luther ternyata sudah membuatkan Wanda secangkir teh Earl Grey untuk menyambutnya. ("Cangkirnya pinjam dari restoran, bersih dari miras, kok. Gratis pula.")

"Terima kasih," ucap Wanda saat menerima tehnya. "Saya mau ada praktikum hari Senin-nya, jadi tidak kemari hari Minggu kemarin karena siap-siap untuk materi praktikum. Lagi pula, saya bawa sesuatu dari hasil praktikum kemarin."

"Oh ya? Apa itu?"

"Sebentar." Wanda menyesap tehnya yang hangat. Tanpa sadar, teh Earl Grey yang diminumnya sudah habis. "Hmmm, tidak diragukan lagi, tehnya enak, dibuat oleh peracik minuman andal."

"Ahaha! A-andal apanya?" Luther tersanjung.

Wanda mengeluarkan sesuatu dari tas punggungnya setelah meletakkan cangkirnya di meja. Sebuah kotak balok berwarna ungu metalik terbuat dari logam diikat dengan pita belang-belang warna merah putih terdapat di tangan Wanda. Wanda menyimpannya di meja konter. "Coba Mas Luther buka. Ini untuk Mas Luther."

Luther terkesiap. "Apa ini? Hadiah?"

"Bisa dibilang begitu. Buka sekarang."

Luther melepas pita dan membuka tutup kotak balok itu. Luther terperangah melihat isi di dalamnya. Isi kotak balok itu adalah beragam jenis penganan cokelat, seperti bola-bola cokelat dengan meses, truffle, keju celup cokelat (potongan keju berbentuk balok kecil yang dicelupkan ke cokelat cair hingga setengah bagian), marshmallow celup cokelat (ini dengan marshmallow) yang dihiasi trimit warna-warni, dan buah-buahan (stroberi dan jeruk mandarin) celup cokelat. Penganan cokelat tersebut dialasi mangkuk-mangkuk kertas kecil berwarna emas, perak, rose gold, tembaga, dan biru metalik, masing-masing warna untuk masing-masing jenis penganan cokelat.

"Ini hasil praktikummu? Membuat cokelat?"

"Iya, praktikum pengolahan cokelat. Saya membuat cokelat dari biji cokelat asli yang sudah difermentasi selama beberapa hari. Tapi, untuk membuat makanan cokelat ini, saya tambahkan dengan cokelat masak jadi yang saya beli di toko agar jadi banyak."

"Wah, keren! Membuat cokelat dari biji cokelat asli? Susah tidak?"

"Gampang-gampang-susah. Pertama, biji cokelat dari buah cokelat atau kakao diambil lalu difermentasi. Fermentasi itu membantu biji cokelat memunculkan rasa yang khas. Setelah difermentasi selama beberapa hari, tepatnya sekitar seminggu, biji-biji cokelat dipanggang di oven untuk mengeringkan sekaligus mematangkan biji cokelat. Nah, kulit biji-biji cokelat itu dikupas lalu biji-bijinya yang mengandung lemak diproses ...." Wanda menceritakan praktikumnya kepada Luther, bagaimana menghaluskan biji cokelat sampai jadi pasta dan bagaimana tempering cokelat dengan metode sous vide. Wanda juga menceritakan bagaimana dia membuat penganan cokelatnya untuk Luther. Luther memperhatikan Wanda bercerita sambil mencoba penganan-penganan cokelat buatan Wanda itu.

Hafizah dan Pramutama BarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang