07 - Hukuman

113 49 15
                                    

           Semoga kalian mengerti bagaimana
              Menghargai seorang penulis
                     Vote and coment
              
                   
   

                       Happy reading

Malam tadi apartemen Arselio sudah menjadi milik Clarissa. Sekarang di sinilah Clarissa hidup tanpa orang tua dan terbebas dari bentakan dan kekerasan dari orang tuanya. Clarissa tidak pernah membayangkan jika ada laki-laki yang benar-benar tulus padanya. Usianya masih delapan belas tahun ia harus hidup tanpa kedua orang tua yang menemani disisinya.

Selama lima bulan berpacaran dengan Arselio kini Clarissa hidupnya terasa jauh lebih aman dari siksaan Candra dan Winda. "Akhirnya gue aman dari siksaan Papah sama Tante Winda," Ucapnya sambil merapikan seragam sekolahnya. Gadis itu bergegas pergi meninggalkan apartemen di luar sana Arselio masih setia menunggu Clarissa. Tidak butuh waktu lama Clarissa kini sudah berada di hadapan Arselio.

"Tumben-tumbenan ke sekolah bawa mobil Bang?"

"Bangbang kali ah! Ayo silahkan masuk tuan putri," Arselio membukakan pintu mobilnya dan Clarissa tersenyum dengan senang hati.

Arselio melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang Clarissa menatap gedung-gedung yang tampak terlihat megah di kota jakarta, laki-laki itu mengusap lembut punggung tangan gadis itu.

"Are you okay Bi?

"I'm okay, thank you for taking care of me."

"Itu emang udah jadi kewajiban aku sayang."

"Setelah pulang sekolah nanti temenin aku beli baju ya Sayang," Ucapnya lalu Clarissa menganggukinya dengan senang hati. "Maksudnya baju dinas hahaha," Arselio tertawa terbahak-bahak membuat mood gadis itu menjadi berubah dan memanyunkan bibirnya.

"Mesum banget si?"

"Engga apa-apa kan nanti kita nikah Empat bulan lagi."

"Cihh tunangan sama lamaranan aja belum."

"Baiklah setelah pulang sekolah ini kita ke rumah Mamah dulu," Ucapnya dengan nada serius, Clarissa menoleh membuka kedua matanya lebar-lebar menatap penuh arti pada laki-laki itu.

Arselio tersenyum dan mencium punggung tangan gadis itu. "Aku serius Ra."

Lapangan sekolah SMA high internasional school kini sudah ramai dengan beberapa OSIS yang sedang merapikan jajaran upacara bendera, beberapa siswa-siswi kelas sepuluh sudah berbaris dengan rapih.

"PAGI RARA," Sapa Ririn dan Vina berbarengan.

"PAGI JUGA RIVIN," Ucap Clarissa dengan penuh semangat.

Kini Clarissa sedangkan mencari sesuatu di dalam tasnya namun nihil sekali gadis itu tidak menemukan benda yang selalu di pakai saat upacara. "Kenapa Ra?" Tanya Vina dengan bingung.

"Gue lupa bawa topi argh hari yang sial."

"Gimana si Lo kenapa bisa lupa?"

"Manusiawi! Udahlah emang takdir gue harus di hukum hari ini," Gadis itu menaruh tas nya di atas kursi sama sekali tidak mempermasalahkan topinya itu.

"yaudah ayo," Ririn dan Vina menatap serius.

"Engga usah lebay ah gue engga apa-apa cuma di suruh kedepan doang," Clarissa menggenggam tangan kedua temannya itu dan kini mereka meninggalkan kelas berjalan menuju lapangan sekolah yang sudah riuh.

Semua sudah berkumpul di tengah lapangan sekolah itu, begitu rapih barisannya, terlihat semua para siswa-siswi memakai topi sekolah berbeda dengan Clarissa gadis itu tetap percaya diri meskipun menjadi bahan perhatian.

Possessive With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang