43 - Hanya Kau. Itu Cukup

77 21 1
                                    

43 – Hanya Kau. Itu Cukup

Ada yang lebih menakutkan dari Kai yang nyaris membunuhnya?

"Ketika kau mengabaikanku, itu membuatku cemas. Ketika kupikir kau marah padaku, aku tidak bisa berhenti bertanya-tanya, kenapa? Aku merasa ... tidak menjadi diriku sendiri karenanya. Dan semua itu, terjadi setelah aku tahu siapa kau sebenarnya. Di antara semua itu, aku lebih takut jika kau mengabaikanku karena aku tahu tentang dirimu yang sebenarnya, dan ... jika kau pergi karena aku.

"Karena itu, aku berterima kasih pada Selyn ketika dia memberitahuku bahwa kau hanya merasa bersalah padaku. Padahal itu sama sekali bukan salahmu. Kau sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga kawananmu, dan juga menjagaku. Tapi aku ... tetap melanggar kata-katamu dan pergi ke hutan hari itu. Kau ... terima kasih, karena mengijinkanku berada di tengah keluargamu seperti ini," ucap Eris tulus.

Kai terpana mendengar kata-kata Eris itu. Kai tak mengerti jalan pikiran Eris. Kai tahu gadis itu pemberani, tapi ini ... tidakkah ini berlebihan? Dulu, ketika Eris bertanya apakah Kai marah padanya, gadis itu juga membuat Kai merasa bodoh karena pertanyaan itu. Satu-satunya orang yang berhak marah adalah Eris. Tapi gadis itu ... bagaimana bisa dia berpikir Kai marah padanya?

Saat itu, Kai luar biasa marah, pada dirinya sendiri, karena memiliki perasaan yang tak seharusnya pada gadis itu. Karena tidak bisa melindungi Eris, karena membuat Eris takut, karena tidak bisa meninggalkan gadis itu, karena dia mungkin telah menyakiti Eris, karena Erislah gadis yang harus terlibat dengannya.

"Aku tidak pernah marah padamu, kau tahu itu, kan?" Kai mengusap kepala Eris lembut.

"Kau marah padaku ketika aku berteman dengan Selyn," koreksi Eris.

Kai tersenyum. "Aku marah pada diriku sendiri, karena tidak bisa mencegahmu menempatkan dirimu dalam bahaya."

Eris mendengus. "Berhentilah berpikir bahwa kau dan keluargamu adalah bahaya bagiku. Aku tidak pernah menganggap kalian seperti itu, jadi jangan menempatkan dirimu di tempat yang tidak seharusnya."

"Lalu di mana tempatku seharusnya?" tanya Kai spontan.

Eris bergerak canggung. "Tentu saja di tempatmu berada saat ini. Hanya saja, hilangkan perasaan tentang betapa berbahayanya dirimu bagiku," ia berkata.

Kai menunduk, menatap gadis itu lekat. Tahukah dia apa yang dia katakan? Kai tidak pernah tahu bagaimana Eris menganggapnya, bagaimana perasaan gadis itu karena keberadaan Kai di sisinya, apa yang dia inginkan sebenarnya? Kai tidak pernah tahu. Meski sudah hampir setahun mereka bersama seperti ini, bahkan meskipun itu bukan hubungan yang benar-benar manis, tapi Eris selalu begitu baik dan peduli pada Kai dan teman-temannya.

Sebelumnya, Kai tak pernah berani mengungkit semua ini. Ia tak pernah mengungkit tentang jati dirinya sebenarnya. Bahkan meskipun Kai dan yang lain sudah biasa berubah di depan Eris, bermain-main di depan Eris dalam wujud serigala, tapi mereka tak pernah membahas hal-hal seperti ini, sejauh ini. Eris tak pernah bertanya, dan hanya menerima. Kai tak tahu, haruskah ia bersyukur karena gadis itu tak sekalipun berusaha melarikan diri dari Kai dan teman-temannya, atau justru harus khawatir, karena gadis itu tak sedikit pun tampak takut menghadapi mereka, yang adalah para werewolf ini.

"Aku ... begitu kesepian sejak orang tuaku pergi," aku Eris kemudian. "Om Bram memang begitu baik padaku, tapi ... aku selalu saja merasa bersalah padanya. Sementara tante dan sepupuku, mereka sama sekali tidak menginginkanku, dan aku juga merasa bersalah pada mereka, atas perhatian Om Bram padaku, lebih dari perhatian Om Bram pada mereka. Itulah kenapa aku memilih pergi ke kota ini.

"Dengan Hanapun, aku tak berani menjadi lebih dekat lagi. Setiap kali dia mengajakku pergi bersama, aku selalu menolaknya. Aku tak ingin dia terluka karenaku. Bagaimana pun, aku punya musuh. Banyak orang yang meskipun takut padaku, tapi juga membenciku. Jika aku punya teman, itu akan menjadi kelemahanku. Dulu, aku mungkin tidak akan peduli. Tapi sekarang ... aku tak bisa menutup mata lagi dari kebaikan Hana. Si bodoh itu ... meskipun semua orang takut padaku, dia tetap peduli padaku.

Wolf and The Beauty (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang