47 - Mesmerized

87 20 3
                                    

47 – Mesmerized

Pikiran Kai terbelah ketika pintu kamar Selyn terbuka. Mata Kai melebar terkejut ketika melihat Eris keluar dari kamar. Eris juga tak kalah terkejutnya ketika melihat Kai dan yang lain masih ada di ruang tengah, belum tidur.

"Kalian belum tidur?" tanya Eris seraya menghampiri mereka.

Kai menggeleng. "Selyn sudah tidur?"

Eris mengangguk.

"Lalu kau ..."

"Aku haus," sela Eris sebelum Kai menyelesaikan kalimatnya. Lalu gadis itu berbalik dan pergi ke dapur. Kai tak bisa menahan diri untuk tetap berada di sana, sehingga kemudian dia menyusul Eris ke dapur.

"Kupikir tadi kau sudah sangat mengantuk," tegur Kai.

Eris menurunkan kaleng sodanya dan menatap Kai. "Memang, tapi kantukku hilang setelah aku mengobrol dengan Selyn," sahutnya sedikit geli.

"Aku tidak percaya jika Selyn benar-benar tidur lebih dulu. Dia tampak sangat antusias mengobrol denganmu sampai pagi jika perlu," cetus Kai.

Eris tersenyum geli, mengangguk. "Dia sudah berkata seperti itu. Tapi dia sudah tampak lelah. Matanya semakin bengkak. Aku jadi merasa bersalah karena membuatnya banyak menangis kemarin. Jadi aku ... berusaha menebus kesalahanku dengan membuatnya tidur."

Kai mengangkat alis seraya bersandar di pintu dapur. "Dan bagaimana kau melakukannya?"

Eris mengerdip. "Rahasia," katanya.

Kai mendengus tak percaya. Ia menghampiri Eris, memaksa gadis itu mundur dan terdesak ke kulkas. Kai merentangkan lengannya, mengurung Eris di sana. Mata Eris berkilat waspada.

"Apa kau memberinya obat tidur?" tuduh Kai.

Eris melotot kesal. "Tentu saja tidak. Kenapa aku harus melakukan itu pada Selyn?" dengusnya.

Kai menahan senyum. "Lalu apa yang kau lakukan?" tuntutnya seraya menurunkan wajahnya, memperpendek jarah wajahnya dengan wajah Eris yang mulai tampak panik.

"Sudah kubilang, itu rahasia," Eris berkeras.

Kai memperkecil jarak mereka, hingga kini wajahnya berjarak tak lebih dari lima senti dari wajah Eris. Mata jernih Eris mengerjap, panik, bingung. Tapi kemudian, tanpa dikomando, tatapan Kai turun ke bibir Eris. Pikiran tentang mencium bibir Eris, bukan sekedar tabrakan tak sengaja seperti beberapa bulan lalu, tapi benar-benar ciuman yang manis, melayang di benak Kai.

"Kai ..." suara Eris terdengar ragu.

Tapi mendengar gadis itu menyebutkan namanya, Kai lagi-lagi bergerak di luar kendali otaknya. Menghilangkan jarak diantara mereka, Kai mencium Eris. Kai bisa merasakan gadis itu tersentak, kaget. Tapi saat ini, rasa manis di bibir Eris mengalahkan segalanya. Otak Kai seolah tak berfungsi, begitupun jantungnya. Waktu seolah berhenti, dan di dunia yang luas ini, seolah hanya ada Kai dan Eris. Kai memejamkan matanya, menyimpan sensasi ini dalam benaknya, dalam pikirannya.

Suara dehem keras dari pintu dapur membuat mata Kai terbuka seketika. Dan seketika itu pula, Kai mengakhiri ciuman mereka. Mata Eris masih terpejam di depannya, dan Kai menelan ludah menyadari betapa cantiknya Eris. Kai berdehem pelan seraya mundur, lalu berbalik, sengaja menutupi Eris dari pandangan Gavin yang kini menyorot tajam.

"Ada apa?" tanya Kai dengan suara senormal mungkin.

"Tidak, hanya ingin memberitahumu bahwa aku dan yang lain akan tidur lebih dulu," jawab Gavin. "Kurasa sebaiknya kalian juga segera tidur, di kamar yang terpisah." Ada nada peringatan dalam suara Gavin.

Wolf and The Beauty (End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin