62 - Trying to Say Goodbye Though It's Killing Me

102 20 2
                                    

62 – Trying to Say Goodbye Though It's Killing Me

"Jika aku memintamu untuk mengatakan yang sebenarnya tentang kita, akankah kau memberitahuku?" tanya Eris tiba-tiba di tengah sarapan mereka.

Tangan Kai terhenti di udara ketika pertanyaan itu terucap, sebelum akhirnya ia meletakkan sendoknya dan menatap Eris. Mata jernih gadis itu menatapnya lekat. Dan astaga, bagaimana gadis ini selalu berhasil membuat Kai terpesona, apa pun yang ia lakukan?

"Apa kau akan memercayai kata-kataku?" Kai membalas.

Eris tak menjawab, tapi Kai bisa melihat keraguan di mata gadis itu. Sejauh ini, gadis itu selalu meragukan semua yang dikatakan Kai. Setiap kebohongan, ataupun kebenaran yang diucapkan Kai sejauh ini, gadis itu tak lantas percaya begitu saja. Cerdas. Setidaknya, dia tetaplah Eris yang keras kepala bahkan ketika ia tidak bisa mengingat apa pun seperti ini.

Kai melanjutkan sarapannya seraya berkata, "Aku adalah orang jahat yang jatuh cinta padamu dan meninggalkanmu karena nyaris mencelakaimu. Lalu sebagai balasannya, kau menyakitiku dengan membuat hidupku lebih parah dari neraka sekalipun." Kai kembali menatap Eris. "Bagaimana jika itulah kebenarannya?"

Eris tampak terganggu kini. Tampaknya ia tak terlalu suka dengan cerita itu, dan dugaan Kai, ia juga tidak akan percaya begitu saja.

"Apakah itu berarti, aku juga mencintaimu?" tanya gadis itu hati-hati.

Kai tersenyum. "Bagaimana aku bisa tahu perasaanmu jika kau tak pernah mengatakannya padaku?" lemparnya.

Memang benar, kan? Selain dari Selyn, ia tak pernah mendengar Eris mengatakan langsung pada Kai, tentang apa yang ia rasakan. Yang Kai tahu, Kai selalu sukses membuat Eris kesal, selalu memaksa Eris menuruti keinginan bodohnya, memaksa Eris tinggal di sisinya, bahkan, memaksa gadis itu pergi juga. Tidak sekalipun ia pernah mendengar Eris mengatakan langsung kepadanya, jika dia mencintai Kai.

Kai memperhatikan Eris bergerak tak nyaman di tempatnya, dan berusaha menahan senyumnya. Gadis ini masih tetap sama.

"Lalu kau ... apakah kau masih mencintaiku?" gadis itu menatap Kai lekat.

Kai menunduk untuk menghindari tatapan gadis itu. Apakah Kai masih mencintainya? Selalu. Bahkan ketika Kai kehilangan ingatannya, satu-satunya hal yang bisa ia ingat adalah wajah gadis itu, ketika ia bahkan tak tahu namanya. Bahkan ketika Kai tak bisa mengingat apa pun, hatinya mengingat gadis itu. Masih. Selalu.

"Apa pun jawabanku tak akan mengubah keputusanmu untuk membunuhku, kan? Mengingat akulah yang membuat hidupmu seperti ini," Kai memberi jawaban.

Kai bisa merasakan Eris masih menatapnya. "Kau ... siapa namamu?" tanyanya kemudian.

Kai menarik napas dalam sebelum mengangkat kepalanya. "Aku tidak bisa memberitahumu sekarang," ucapnya. Ia tidak ingin ini berakhir begitu cepat. Tidak, ketika Kai akhirnya bisa berada sedekat ini dengan Eris, tanpa menyakiti gadis itu. Katakanlah Kai egois, karena ya, ia memang bajingan egois.

Kening Eris berkerut, dan sebelum gadis itu protes, Kai sudah melanjutkan,

"Jika kau tahu namaku, kau mungkin akan mengingat segalanya. Karena itu, aku tidak bisa memberitahumu sekarang."

"Kenapa?" gadis itu menatap Kai tak mengerti.

Kai tersenyum. "Bukankah kau bilang kau akan membunuhku jika kau sudah mengingat segalanya?"

Gadis itu tersentak kecil.

"Kali ini, aku akan bertindak egois, lagi, dengan tidak mengatakan namaku dan menikmati saat-saat seperti ini bersamamu. Mengingat begitu kau mengingat segalanya, kau akan membunuhku, aku ingin sedikit lebih lama menikmati saat-saat ini. Hanya sedikit lebih lama," ucap Kai seraya melanjutkan sarapannya.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now