Chapter 35. Escape

69 6 0
                                    

Beberapa anggota keluarga kekaisaran berhasil melarikan diri secara diam-diam. Pangeran pertama Agares meninggalkan istana setelah menjatuhkan penjaga dikamarnya, sama halnya dengan komandan Charlotte. Sementara itu, Zarcha dan Lady Luise menyelinap melalui jalan tersembunyi didekat reruntuhan istana lama.

Diistana selatan, kediaman Trovier. Cael berusaha keras mencari cara untuk masuk keistana kekaisaran. Sayangnya, permaisuri mengambil langkah lebih dulu. Seluruh keluarga Trovier ditahan diistananya sendiri. Seketika pikirannya menemui jalan buntu.

Ditengah malam, Cael yang hendak tidur dikejutkan dengan suara ketukan dijendela kamarnya, meraih benda apapun yang bisa digunakan untuk memukul. Pemuda yang diam-diam menyimpan perasaan kepada tuan putri kedua kerajaan Alfred itupun memberanikan diri menyingkap tirai jendelanya. Alangkah terkejutnya, Cael melihat sang pujaan hati berada diluar rumahnya. Tanpa menungggu lebih lama lagi, dia bergegas membuka jendela lalu membiarkannya masuk.

"Bagaimana anda bisa melewati para penjaga yang mengepung kekaisaran?"

Pemuda itu menyiapkan secangkir teh untuknya. Lady Palka tidak mengatakan apapun dan justru menanggalkan gaun luarnya lalu melemparkan senapannya keatas tempat tidur kemudian masuk kekamar mandi. Tidak butuh waktu lama sampai dia keluar dengan rambut yang basah dan terurai.

"Terima kasih untuk kamar mandinya," ucapnya. Cael mengangguk dan hanya menelan ludahnya. Lady Palka berjalan kearahnya, mendudukkan dirinya disofa lalu menyesap secangkir tehnya yang mulai dingin.

"Omong-omong, sejak awal aku tidak berada diistana. Apa kau tidak tau?" tanya sang lady. Cael menggelengkan kepalanya pelan yang dibalas kekehan kecil oleh lawan bicaranya.

"Bocah jenius sepertimu bahkan tidak menyadarinya. Apa kau sungguh-sungguh?" Pemuda itu meyakinkan sang lady.

"Baiklah. Lupakan saja! Aku datang untuk membawamu pergi atas permintaan kakakmu," ucapnya.

Cael sontak berbinar-binar. "Apa kakak sudah ditemukan?"

Lady Palka mengalihkan pandangannya kearah lain. "Yah. Memangnya kapan dia benar-benar hilang?" cicitnya yang terdengar oleh Cael.

Pemuda itu sontak mengeryitkan alisnya. Seketika dia tersadar. Benar. Dia lupa dengan siapa dirinya berbicara. "Kalian berdua telah menipuku," sinisnya.

Lady Palka sontak tertawa terbahak-bahak. "Tidak begitu juga. Sudahlah, ayo kita pergi!"

"Ta- tapi, bagaimana dengan orang tuaku?"

"Permaisuri tidak akan melakukan apa-apa pada mereka."

Sang lady berusaha meyakinkannya. Pemuda itu masih terlihat sedikit ragu tetapi Lady Palka langsung menarik tangannya, membawanya keluar melalui jendela. Diluar rumah, sebuah kereta kuda beserta sang kusir telah menunggu keduanya. Mereka langsung masuk kedalam kereta tersebut lalu meninggalkan istana selatan.

Beberapa jam berlalu, Cael terlihat kebingungan menyadari kereta yang ditumpanginya baru saja melewati perbatasan wilayah kekaisaran. Dia menatap Lady Palka yang tampak tenang ditempatnya. Wanita yang enggan dipanggil 'Tuan Putri' itu tampaknya tidak ingin memberikan penjelasan apapun kepadanya. Cael hanya bisa menghela napas dengan pasrah.

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba sang kusir menghentikan keretanya. Lady Palka beranjak turun disusul oleh Cael setelahnya.
"Ap- apa yang terjadi disini???" gumam pemuda itu seraya melongo menyaksikan pemandangan yang ada dihadapannya. Lady Palka hanya terkekeh kecil melihat reaksinya yang sudah tertebak.

"Katakan sesuatu yang masuk akal tentang semua ini," ucap pemuda itu dengan tegas.

Lady Palka sempat terdiam selama beberapa saat sebelum kemudian menghela napasnya dan menunjukkan ekspresi yang serius.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang