Keesokan paginya, para kepala keluarga bangsawan termasuk Marquess Palles telah sampai diistana kekaisaran. Permaisuri bersama kaisar langsung menyambut mereka dengan senyum yang merekah. Seolah tidak terjadi apa-apa, permaisuri bersikap tidak tahu malu dengan tetap menjalankan perannya sebagai pendamping sang kaisar. Meski demikian, siapapun bisa melihatnya dengan jelas. Kaisar tidak lebih hanyalah sebuah boneka baginya.
"Selamat datang untuk kalian semua! Perjalanan kemari pasti melelahkan, bukan? Aku ucapkan terimakasih atas kehadiran kalian diacara yang sangat mendadak ini," ucap permaisuri seraya tersenyum lebar.
"Permaisuri delphine tidak hanya menawan tapi juga hebat. Bagaimana mungkin kami melewatkan acara ini? Kami semua justru merasa terhormat menerima undangan dari anda," ucap Count Toratie, salah satu kepala keluarga bangsawan diwilayah selatan.
Permaisuri hanya tertawa kecil mendengar pujian tersebut. Setelah memberikan sedikit sambutannya, acara perjamuan itupun dimulai. Semua orang memperlihatkan ekspresi yang berbeda-beda. Diam-diam, Marquess Palles hanya mengamati mereka. Ada yang berusaha tersenyum dan terlihat seolah ikut menikmati jamuan tersebut. Ada pula yang memilih diam karena tidak ingin mendapatkan masalah. Mayoritas dari mereka menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya meski ada pula yang cukup berani dan terang-terangan menampilkan ketidaksukaannya kepada permaisuri. Dia adalah Count Marchilles.
Sejak awal sampai akhir perjamuan, pria tua itu menunjukkan sikap yang setengah-setengah. Ketika semua orang sedang fokus mendengarkan pidato permaisuri, dia justru mengunyah kudapan dan bersikap tidak peduli. Marquess Palles tertawa menggelitik didalam hati melihat tingkahnya itu.
Seusai pertemuan, ketika hendak meninggalkan istana kekaisaran. Marquess Palles tanpa sengaja melihat Count Marchilles yang mukanya telah memerah padam. Bukan tanpa alasan. Baru saja pria itu mendapatkan peringatan atas sikap yang diperlihatkannya selama perjamuan. Hal itu sontak membuatnya kesal lantaran Caesar bukanlah bangsawan.
"Berani sekali pelayan rendahan itu melakukannya," gerutunya disepanjang jalan.
Marquess Palles menghampirinya. "Apa yang diinginkan orang barat dariku?" ketus Count Marchilles.
Marquess Palles sontak terkekeh kecil. "Orang barat ini hanya ingin berbincang ringan dengan calon besannya. Apakah tidak bisa?" Count Marchilles langsung mengeryitkan kedua alisnya. Raut wajah bingungnya itu membuat sang marquess sontak tertawa.
Setelah semua yang terjadi, pria itu tau betul bagaimana anggapan orang luar tentang wilayahnya. Namun, dia bisa mengerti dan tidak terlalu menggubrisnya.
"Kalau begitu, sampai jumpa lagi dihari pernikahan anak-anak kita!" ucapnya seraya melambaikan tangan dan berlalu pergi dari sana.
Tidak lama setelah itu, Count Marchilles menghela napas dengan lega. "Syukurlah, bocah bodoh itu baik-baik saja."
Ditempat lain, Reona mendatangi reruntuhan. Sejenak dia berdiam pada satu titik dan memandangi sekitarnya. Kini puing-puing kediaman keluarganya sudah hampir rata dengan tanah akibat pertempuran terakhirnya ditempat itu.
Reona melangkahkan kakinya menuju kebun bunga milik sang ibu. Dia tersentak melihat ladang kecil itu sudah kembali dipenuhi dengan bunga. Kebun yang sempat hancur itupun juga terlihat sangat rapi seperti telah ditata ulang dan dirawat oleh seseorang. Tidak hanya itu, makam Dilon, sang tukang kebun juga terlihat bersih dan terawat."Padahal terakhir kali semuanya hancur," gumamnya lirih seraya tersenyum simpul. Reona menghabiskan waktu lama memandangi bunga-bunga tersebut. Sekilas raut wajahnya terlihat lelah. Seolah ada sesuatu yang begitu mengusik pikirannya.
'Apa yang harus kulakukan?' Batinnya.
"IBUU...AYO KEJAR AKU!!!!!!!"
Tiba-tiba suara anak kecil terdengar dari arah belakang. Ketika Reona berbalik, seorang bocah laki-laki menabrak kakinya hingga terjatuh. Lucunya, bocah itu tidak menangis. Dia langsung bangkit dan malah memarahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE THRONE RESERVED [ON GOING]
Fantasy⚠️ FEMALE DOM | MALE SUB Mereka bilang 'Orang pendiam adalah yang paling berbahaya'. Itu benar. Reona Vonn Ashtarte yang lemah berubah menjadi lebih kuat dari siapapun. Demi menguak misteri kematian adik tercintanya, Livera Ashtarte. Dia menghalalk...