9. Deep talk

131 16 2
                                    

"Sangat dingin ketika keluar dimalam hari" Hayden berjalan mendekati Zhao yang kini sedang duduk di sebuah gazebo dekat dengan air terjun. Wajah menawan itu Hayden telisik dan menemukan genangan air di pelupuk matanya, cantiknya sedang dalam keadaan tidak baik.

"Zhao tatap aku" tentunya tidak ada jawaban hingga Hayden dengan terpaksa mengangkat sedikit tubuh Zhao kemudian membawanya kedalam pangkuan serta pelukan hangat. Jujur sedari tadi Zhao hanya melamun bahkan tidak mengetahui jika Hayden berada disisinya dan kini ketika dia menyadari tubuhnya diangkat barulah Zhao sadar.

"Apa yang kau lakukan?! Lepas cepat dasar tidak punya etika!" Zhao meronta dalam dekapan Hayden yang tentunya akan sangat melelahkan jika ia terus menahan pergerakan Zhao yang brutal. Jadi ia memiliki sedikit trik untuk membuat Zhao tenang.

Hayden mengecup kecil pipi bulat Zhao yang membuat empunya diam beberapa saat seakan memproses apa yang terjadi. Melihat wajah terkejut Zhao, Hayden segera memeluk tubuh itu erat tanpa peduli tepukan kecil Zhao yang kini hanya pasrah didalam dekapan erat Hayden.

"Hayden, lepas aku tidak bisa bernafas" mendengar rengekan kecil itu membuat hayden terpaksa melepas pelukannya karena tidak mungkin ia membiarkan cantiknya pingsan didekap dengan erat. Dalam jarak yang tidak jauh dan dekat, kedua mata mereka bertemu saling menelisik lebih dalam seakan ingin mengenali satu sama lain.

"Tampan..."

"Tentu, aku sudah tampan dari lahir" Hayden menggenggam tangan kanan Zhao kemudian membawanya mendekat kearah pipinya. Zhao mengerti apa yang Hayden inginkan saat ini jadi ketika tangannya telah berada di pipi kanan sosok tampan itu, Zhao segera mengusap lembut pipi itu.

Hayden sendiri jelas menikmati usapan itu hingga matanya tertutup dan bibirnya menyunggingkan senyuman lebar. Dia sangat menunggu waktu seperti ini, yang mana hanya mereka berdua dibawah gelapnya langit yang dihiasi kerlip bintang serta hembusan angin malam yang membuatnya ingin mendekap erat sosok di pangkuannya.

"Cantikku, kenapa terlihat gundah? Ada apa?" Hayden membuka mata ketika usapan itu berhenti dengan telapak itu yang masih berada di pipinya. Wajah menawan itu memang terlihat biasa namun Hayden merasa sosok di pangkuannya sedang tidak baik-baik saja. Meski mereka bertemu secara resmi hanya dalam beberapa hari, entah bagaimana mereka mengerti satu sama lain seakan jiwa mereka telah bersatu.

"Yuno, bagaimana keadaannya?"

"Masih sama namun saat ini ada Gion disisinya jangan khawatir" Zhao merasa sedikit bersalah akan hal ini dimana setelah pembicaraan empat mata dengan adiknya, ia segera pergi meninggalkan Yuno dengan diary mama yang ia serahkan pada Yuno agar adiknya mendapat beberapa jawaban serta suatu fakta yang tidak bisa ia jawab.

"Aku jahat ya?" Hayden tidak mengerti namun ia yakin arah dari pembicaraan ini tentang masalah pribadi yang dialami oleh mereka sendiri tanpa orang luar harus mengetahuinya.

"Aku yang membuat Yuno seperti saat ini, dia mengorbankan diri demi ku" Hayden hanya diam. Bukan karena ia tidak memahami, ia hanya ingin sosok menawan di depannya mencurahkan apapun yang selama ini hanya ditumpuk didalam hatinya. Cantiknya itu kuat, Hayden tahu namun untuk saat ini ia membiarkannya rapuh.

"Seorang kakak harus melindungi adiknya tapi kenapa sebaliknya? Bukankah harusnya aku yang mati saat itu karena melindunginya? Tidak berguna sekali aku, tidak pantas jika ia masih memanggilku kakak, harusnya-"

"Zhao." Panggilan itu dapat membuat suasana berubah dengan cepat. Hayden sudah tidak bisa menahan lagi ketika mendengar kata-kata yang begitu tidak pantas keluar dari mulut cantiknya. Kedua telapak Hayden kini berada di pipi kanan dan kiri Zhao, menekannya agar tetap menatap mata tajamnya tidak membiarkan Zhao berpaling sedikitpun darinya.

"Aku paham apa yang kau rasakan saat ini, tapi baiknya kau memikirkan kedepannya. Untuk apa tetap pada masa yang lewat dengan penyesalan yang tidak akan ada habisnya, semua itu percuma Zhao" malam itu terasa dingin bahkan lebih dari sekedar dingin dikarenakan suasana serta mata itu. Mata binar yang selalu tersenyum namun kini menajam seakan siap untuk menghunus sesuatu.

"Jika kau masih ingin melindunginya, lindungi untuk saat ini dimana kedepannya peperangan akan terjadi kau tahu itu kan?" Benar peperangan dan bulan merah. Tidak ada waktu lagi untuk menyesal yang sudah usai kini didepan mereka peperangan ada didepan mata.

"Maka sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengatur semuanya, berlatih, mencari informasi, strategi, apapun hanya untuk kesiapan didepan nantinya dan untuk masalah melindungi kita semua akan saling melindungi Zhao" kedua tangan itu turun dari pipi kemudian melingkar indah di pinggang kecil Zhao. Hayden mendekatkan Zhao kearahnya, entah kenapa Hayden rasa apa yang ia lakukan bisa membuat Zhao nyaman dan merasa aman.

"Jadi masih ada waktu?"

"Tentu, tapi tidak banyak" Hayden tersenyum ketika Zhao mengerucutkan bibirnya itu berarti Hayden berhasil membuat Zhao  melupakan sejenak rasa negatif didalam dirinya. Zhao mendekat semakin mendekat hingga kedua tangannya mengalung dengan indah di sekitar leher Hayden. Ia menjatuhkan kepalanya tepat dileher sisi kanan Hayden, mengusakkan wajahnya disana yang tentunya tidak baik untuk Hayden.

"Zhao..." Lirih Hayden yang masih bisa didengar oleh Zhao. Bagaimana ya? Hayden senang dengan perlakuan seperti ini terlebih Zhao yang bermanja padanya lebih dahulu tapi masalahnya titik lemah Hayden itu leher.

Rasa geli begitu cepat menjalar di seluruh tubuhnya yang harusnya tidak ia rasakan karena ia vampir meski begitu Hayden tetap pada pendiriannya bahwa lehernya itu sensitif tidak akan ia biarkan siapapun menyentuh atau menghembuskan nafas di sekitar lehernya kecuali Zhao sepertinya.

"Hayden, boleh aku tahu tentang dirimu? Bahkan seluruh penghuni rumah itu"

"Boleh, tapi aku ingin kau menceritakan semua tentang mu padaku tanpa kau tutupi apapun bagaimana?" Agaknya Zhao sedikit keberatan karena sedikit tentang masa lalunya masih membuatnya ketakutan dan Hayden merasakan sedikit getaran pada tubuh dalam dekapannya.

"Percaya padaku, tidak akan ada siapapun yang akan membuat dirimu ketakutan lagi sekarang kau aman, mengerti sayang?"

Zhao mendongakkan kepalanya menatap rahang tegas Hayden yang begitu terukir indah serta mata binar itu kembali menatapnya membuat kedua ujung bibirnya naik menyajikan lengkungan indah yang selalu Hayden idamkan.

"Tentu, Ayden?"

Malam ini hingga kedepannya, Hayden tidak akan membiarkan Zhao melangkah pergi menjauh darinya.

TBC.

Bentar lagi kita akan mengetahui siapa itu Hayden dan juga masa lalu Zhao.

Oh ya ini belum terlalu menuju konflik tapi sebentar lagi.

Maaf terlalu lama kawan, aku sedang ditampar deadline dan laprak:)

Okey, see you!
Thanks for reading, vote, and comment!
I wanna do it best my story?

Wkwkwkkwk.

The Dangerous RedWhere stories live. Discover now