11. Seal of Strength

76 12 5
                                    

Nafasnya seakan terhenti ketika mencoba menghembuskannya namun hanya gelembung kecil yang keluar. Telinganya sedikit berdengung serta tubuhnya terasa melayang ringan namun entah kenapa begitu sulit untuk digerakkan. Jean yakin kini berada di dalam kolam air terjun namun mengapa kolam ini terasa dalam hingga seperti tidak ada dasarnya? Dengan perlahan mata itu terbuka ketika sesuatu menyentuh kedua matanya.

Jean pikir itu Zhao yang menariknya namun ia salah. Sosok itu berada didepannya dengan cahaya minim dari atas dan mata yang sedikit buram ia mencoba beradaptasi dengan air.

Air, salah satu material yang membuatnya merasakan kehampaan tiada tara dengan tragedi yang pernah menimpanya pada masa lampau. 'Aku bahagia kau hidup dengan baik'

Jean memang tidak tahu siapa didepannya sebab kedua matanya terasa buram hingga tidak dapat mengetahui bagaimana wajah sosok itu kecuali bentuknya. Sosok itu memiliki warna kulit pucat dengan tubuh sebagian manusia dan ekor ikan yang menggantikan kakinya. Rambut gelombang panjang terurai bebas dengan pernik cantik menghiasinya. Serta sebuah panah menancap di punggungnya menembus ke depan tepat pada bagian jantungnya.

Jean mengetahui sekarang siapa yang ada didepannya. Air matanya jatuh bersatu dengan air disekitarnya. Kala ingin menggerakkan kedua tangannya untuk merengkuh sosok yang ia rindukan berada didepannya, namun sama sekali tidak bisa ia gerakkan dan kini Jean hanya dapat diam tanpa bisa apapun selain mengedipkan mata. Tangan pucat itu menangkup wajah Jean kemudian ia dekatkan wajahnya hingga Jean dapat tahu sedikit gambaran wajah pucat itu.

'Jangan menyalahkan dirimu lagi Jean, semua yang terjadi itu murni dari alam bukan karena mu termasuk kematian ku'

Ingin rasanya mengelak namun tahu itu bukan hal yang menguntungkan malah mungkin akan terjadi penyesalan lebih dalam dari dirinya. Sosok itu mengarahkan kedua tangannya menutup mata Jean hingga cahaya muncul disekitarnya dengan begitu terang hingga hampir setiap sisi tertutup cahaya. Jean kembali membuka mata ketika dirasa tangan yang menutup matanya perlahan menjauh hingga ia bisa membuka mata dan mulai melakukan adaptasi sekitar.

'Reina'

Nama yang terpatri dalam lubuk hatinya yang paling dalam kini terucap dengan lirih ketika kedua matanya dapat dengan jelas melihat sosok cantik yang tersenyum manis kearahnya.

'Apa kabar Jean? Aku harap bisa mendengar kata lebih dari baik-baik saja' Jean masih diam tidak banyak bergerak bahkan untuk mengatakan sesuatu rasanya sulit padahal tidak ada yang menghalanginya ia bebas berbicara maupun bergerak.

'Jean, aku tidak punya banyak waktu jika hanya mendengar kata maaf dan penyesalan dirimu, aku kesini karena sesuatu didalam dirimu'

Apa maksudnya?

Reina bergerak maju kemudian mengambil kristal kecil yang tersemat di mahkota kecil di kepalanya  bersama hiasan kristal lainnya. Reina meletakkan kristal itu tepat di dahi Jean yang sedari tadi hanya memandang cantiknya wajah wanita yang ia rindukan. Jean menutup mata ketika merasakan sesuatu masuk melalui dahinya serta menikmati usapan lembut tersebut.

'Aku harap kau bisa mengendalikan diri dan jangan menyakiti orang disekitarmu'

'Ini..'

'Aku mengembalikan kembali kristal segel yang kau titipkan kepadaku' selama ini kekuatan Jean adalah salah satu yang sulit dikendalikan karena sedikit dipengaruhi dari emosi pemilik bukan hanya energi, karena itulah Jean menyegel kekuatannya sendiri dengan bantuan siren teman lamanya dan kunci segel ia berikan pada sosok tersebut.

Kepercayaannya untuk siren cantik ini begitu besar apalagi hanya ia yang bisa mengendalikan emosinya sampai tragedi terjadi. Jean membuka matanya dan kini wajah cantik itu begitu dekat namun tidak dengan nafasnya. Karena reina sebenarnya telah meninggal dan ini hanyalah sekecil energi dari atas untuknya mengembalikan barang yang bukan miliknya.

'Jean dengan ini segel mu terbuka, jangan melakukan sesuatu diluar rencana. Aku selalu di hatimu, bersamamu selalu dan jaga dua sosok penting penyeimbang dunia sampai bulan biru datang'

'Reina, aku mengerti tentang itu tapi sulit bagiku untuk mengaturnya bahkan dengan kekuatan ku itu tidak cukup' tangan Reina menangkup kedua pipi Jean mendekat sedikit hingga kedua hidung itu saling bersentuhan.

'Kamu hanya perlu membimbingnya, aku yakin dia akan paham sesuatu nantinya' saat ini Jean hanya ingin menghentikan waktu, ia ingin lebih lama bersama Reina yang kini kedua tangannya telah melingkup apik di pinggang ramping itu. Seandainya dulu ia tidak mengajak cantiknya pergi ke pantai pasti ia masih bersama sosok ini, seandainya ia bisa menolong meski diwaktu sekarat pasti saat ini senda gurau telah menjadi kesenangan lain mereka, seandainya dan seandainya banyak hal yang belum bisa terealisasi karena hal mengerikan tersebut.

Bahkan cinta yang tumbuh didalam hatinya belum sama sekali terucap dan kini ia kembali dipertemukan dengan situasi yang tidak tepat.

'Reina dapatkah aku menghentikan waktu?'

'Kamu tidak punya kekuatan itu'

'Saudaraku bisa!' Reina senang melihat bagaimana ekspresi lucu yang dikeluarkan Jean tapi ia harus mengingatkan suatu hal yang mungkin sedikit menyakitkan.

'Jean, aku telah meninggal dan kini bahagia diatas sana'

Ekspresi itu berganti murung terlihat bagaimana Jean menatap siren cantik itu dengan sedikit mendung. Maka Jean memilih untuk mengusap sembari mengatakan fakta menyakitkan.

'kau bahagia?'

'Iya, karena itulah aku ingin kau bahagia'

'Bagaimana bisa aku bahagia jika sumber bahagiaku pergi?'

'Jean, ini sudah tertulis takdir kau tidak dapat memilih ataupun mengubahnya apalagi menyangkut kematian'

'Jadi kita berpisah lagi?'

'aku rasa'

'Bisakah aku mendapat sedikit pelukan terakhir agar aku mengingatmu selamanya?' Reina segera mengalungkan tangannya melingkar di bahu Jean sementara pinggangnya dipeluk Begitu erat bahkan kini pundaknya menjadi sandaran untuk Jean meluapkan segala rasanya dan Reina mengusap lembut punggung tegap itu seakan menenangkan kegelisahan dalam perpisahan untuk selamanya.

'Kamu tidak lupa sesuatu?'

'Diamlah' Ia kemudian beralih menyembunyikan wajahnya disekitar leher Reina seolah ingin melupakan akibat dari pembuatan segel jika segel tersebut dibuka.

Ingatan mereka yang menjadi taruhan dan yang ditakutkan Jean akan terjadi sebentar lagi. Jean melepaskan pelukan tersebut dan kini menangkup wajah kecil Reina sembari tersenyum untuk terakhir kalinya ia dapat melihat dan mengingat semua ini sebelum ingatannya di hapus secara paksa karena terbukanya segel.

'Reina terimakasih atas segalanya dan telah selalu berada di sisiku'

'Aku yang harus berterimakasih kepada mu yang mana telah berhasil menyelamatkan seluruh keluarga beserta dunia lautku, terimakasih banyak Jean. Aku bahagia bisa mengenalmu, aku menyayangimu'

'Can i say i love you?'

'Sure'

'I love you, my siren' Cahaya kerlip berpendar mengitari mereka namun dihiraukan begitu saja oleh kedua orang yang saling menyatakan perasaan masing-masing sebelum akhirnya hilang selamanya di bawa oleh kerlip cantik yang lenyap seketika begitupun dengan ingatan mereka berdua.

TBC.

Ini mereka ngomong antar batin yak, soalnya kan didalam air nanti blubuk blubuk.

Nanti kita selingi kisah kisah mereka tapi diakhir:)

Btw, minal aidzin walfaidzin 🙏 and happy weekend besok senin.


The Dangerous RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang