8

42 22 9
                                    

"Hei! Aku tidak ikut-ikut ya kalau Regina marah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hei! Aku tidak ikut-ikut ya kalau Regina marah."

Untuk pertama kalinya, dalam persahabatan mereka, Dalton menyerukan ketakutannya pada perempuan. Reaksi tak terduga, ngambek sampai bertengkar di depan umum. Itu lebih menakutkan daripada membujuk kudanya yang lari dari kandang.

George terkekeh. "Santai saja, Dal," rangkulnya erat. "Regina itu 'kan asetku. Kau tidak perlu pucat setengah mati begitu."

"Bukan asetmu bagaimana? Setengah uang untuk membayarnya 'kan pakai uangku."

Kali ini George mengaku salah. Memang benar, sahabatnya lah yang membayar uang muka untuk Regina. Namun, tak ada salahnya 'kan dia mengklaim hak miliknya lebih awal.

Sebuah pesan hinggap di ponsel George. Ayahnya Alderik mengiriminya foto pesta barbeque bersama keluarga besarnya di Sisilia. Pria tua itu nampak bersenang-senang. Apalagi ada ajudannya Ben yang menemaninya selama dua puluh empat jam seperti anak sendiri.

Cih! Tukang pamer. Memangnya aku peduli.

Muak dengan pesan ayahnya. George mengunci ponsel di saku celananya. Benda persegi panjang yang punya sinyal itu lebih baik disimpan disana dulu daripada ada di genggamannya dan terus merecoki kewarasannya.

"Main ponsel terus. Ayo! Sini masuk!"

Dalton menganggap George lebih dari sekedar kawan mainnya. Setiap kali, saat ada masalah, George akan mampir ke rumah Dalton. Curhat dan makan apapun yang Nyonya Casanova masak.

Ayah Dalton melihat George begitu lahap memakan bakso. Citarasa swedish meatball buatan Nyonya Casanova memang tidak ada tandingannya. Ia saja sering kebagian sisa-sisa bumbunya.

"Mau tambah lagi George?"
"Tidak usah. Terima kasih, Nyonya,"
"Panggil Tante saja. Biar lebih akrab,"
"Baik!"

Nyonya Casanova memberikan setengah panci swedish meatball pada pelayannya. Perempuan yang menyambut suaminya datang ini lekas menawarinya makan siang, seperti biasa dia menolak.

"Apa Alderik tau soal ini?"
"Oh, soal anaknya makan di rumah kita?"
"Bukan!"
"Terus soal apa?"

Tuan Casanova membisikkan sesuatu di telinga istrinya. Mata sang istri membelalak. Hampir tidak percaya dengan yang ia dengar. Suaminya pun mengodenya untuk diam sebelum ada pengakuan resmi dari anggota keluarga Michael.

Dalton memeluk ayahnya. "Hai ayah!"

"Tumben! Ada apa ini?" Sang ayah mencium perubahan sikap putranya yang mendadak penyayang. "Saldo tabunganmu habis ya?"

"Tabungan lagi. Tabungan lagi. Sesekali yang lain, Yah!"

"Mintamu pasti yang aneh-aneh. Sudahlah! Aku mau ke meja makan saja."

Dalton mencegat langkahnya. "Tapi... disana masih ada George, Yah. Gimana kalau kita main PS dulu? Aku 'kan kalah di level duel kemarin."

"Simpan untuk tengah malam nanti. Akan aku sisihkan waktu untukmu."

Settle Take A BreatherWhere stories live. Discover now