Bonus Chapter - Winter Turnip

44 5 29
                                    

Tutup matamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tutup matamu. Tutup telingamu. Tutup juga mulutmu. Maka semua akan baik-baik saja.

Di salah satu bangunan dalam Yashiki keluarga Katsujirou Shousa ada pajangan. Patung mungil tiga ekor monyet yang duduk berjajar. Seekor menutup mata, seekor di sebelahnya menutup telinga, seekor yang terakhir menutup mulut.

"Kau berminat dengan pajangan itu, Kouyou?" tanya Jiiya ketika memergoki pandangan mata pelayan cilik sang Tuan Muda terarah pada patung monyet-monyet mungil itu.

Tak ada jawaban.

Si Pelayan Cilik tak pernah tertarik pada keindahan superfisial dan tak mengerti seni. Namun tiga sosok mungil di rak pajang itu memancing ingatannya pada sesuatu yang tak bisa ditemukan lagi.

Jiiya akhirnya memutuskan untuk menjelaskan pada bocah yang terus bergeming—memandangi pajangan itu, makna masing-masing pose yang ditunjukkan.

Mizaru, dia yang tidak melihat keburukan, menutup matanya.
Kikazaru, dia yang tidak mendengar keburukan, menutup telinganya.
Iwazaru, dia yang tidak mengatakan keburukan, menutup mulutnya.

Pelayan cilik yang masih dipanggil Kouyou masih belum paham, tetapi jawaban itu cukup untuk membuat rasa penasarannya hilang. Lalu kembali melangkah, melanjutkan pekerjaan.

Yang tidak diketahui oleh Jiiya penjelasannya terpatri dalam benak Akio cilik. Membuat apa yang sebelumnya tak bisa ditemukan dalam ingatan anak itu, perlahan muncul dari bawah sadar.

Dulu. Seseorang pernah berkata, jauh di masa lalu. Saat dirinya masih belum bisa berkata-kata.

"Maafkan," demikian ucapan itu dimulai. "Aku sudah tak mampu." Suaranya terdengar sangat lemah, nyaris berbisik. Serak. "Tapi kalau hanya kau saja ... Asal kau bertahan hidup. Itu sudah cukup."

Dirinya bahkan tak ingat lagi siapa yang berkata maupun detail setiap kata yang diucapkan saat itu. Tubuh kecilnya hanya tahu dia harus berjuang memenuhi pesan terakhir itu. Apapun yang terjadi.

Karena itu kau juga, tak perlu melihat, mendengar, ataupun berbicara.

Asalkan kau bisa bertahan hidup, itu sudah cukup.

Dan sepanjang ingatannya, hal itu selalu terjadi.

Tutup matamu.

Sepasang tangan seolah menutup penglihatan saat dirinya merasa tidak akan suka melihat apa yang akan terjadi.

Tak melihat ... Tak ada mimpi buruk.

"Tidak apa-apa, Nak. Tidak ada apa-apa di sana. Tidurlah."

Tutup telingamu.

Sepasang tangan seolah menutup pendengaran saat di sekelilingnya banyak suara-suara yang membuatnya ketakutan.

Tidak terdengar ... Berarti tidak ada.

"Ambil! Keluarkan semuanya!!! Masih ada orang?! Jangan beri ampun. Bayi sekalipun!!!"

THE BUTLER - Mystery of Myrtlegrove EstateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang