01. Perkara Pesan Random

1.3K 28 1
                                    

Bagian 1 - Perkara Pesan Random

👠👠👠

Menikah muda ataupun menikah di usia siap dan matang sekalipun menurutku sama-sama saja. Toh, garis yang sudah di takdirkan tetap sama. Hanya saja kita sebagai manusia cuma menunda. Karena itu lah yang terjadi di kehidupan percintaanku.

Awalnya aku pikir menikah ketika sudah siap dan mapan itu bakalan hidup sejahtera dan penuh keromantisan. Pret. Nyatanya, saat ini aku sama sekali tidak merasakan keromantisan di dalam rumah tanggaku. Ya, pernah, sih, tetapi itu hanya berlangsung sebentar. Hanya terjadi di awal pernikahan. Beuh. Saat itu rasanya dunia milik berdua. Rambut bisa tidak kering-kering dalam sehari saking kecanduannya.

Keramas terooss!

Ya, mungkin terbawa suasana kali, ya. Secara kami begitu menggilai hubungan seksual kami. Jadi, makanya lengket terus kayak perangko.

Kalau sekarang?

Jangan ditanya. Saling sentuh tanpa suasana intim, tuh, rasanya canggung dan aneh. Mungkin juga karena penikahan kami yang sudah tujuh tahun berjalan ini yang membuat perasaan menggebu itu menghilang. Ada geli sendiri gitu kalau harus menunjukkan kemesraan di depan anak kami. Rafel.

Rafel Tama Gustoemo. Usianya baru lima tahun. Kami dulu sempat menunda punya anak karena pengin berduaan eksplore berbagai gaya posisi bercinta. Segila itu memang aku dulu kalau soal sundul-menyundul. Sekarang, mah, boro-boro. Yang ada sudah mager duluan liat muka suami yang suka bikin naik darah.

“Tuh, liat anaknya dari tadi cariin kamu.”

Baru juga di pikirin orangnya udah muncul aja. Darsa Aji Gustoemo. Mas Darsa aku panggilnya. Umurnya udah tua. 43 tahun. Jangan kaget. Tua-tua gitu beliau ini masih kelihatan seksi, kok. Sexy Papa dan menggairahkan. Mungkin ngimbangin usiaku yang masih belia ini, makanya tampangnya ikut muda. Oke. Nggak juga, sih. Perbedaan usia kami itu sebelas tahun.

Perawakan suamiku seperti suami-suami pada umumnya, soal ini aku realistis aja ya. Mas Darsa bukan tipe suami punya badan berotot dan perut ber-pack-pack. Suamiku itu tipe bapak-bapak sekali. Punya perut ala kadarnya, kadang maju kadang mundur. Kalau tampang, sih, oke buat pamerin ke semua orang. Ya, kurangnya, sih, beliau pakai kacamata. Matanya minus karena kerjaannya cuma pandangin layar laptop melulu daripada pantengin wajah cantik istrinya.

Bukan cuman matanya aja yang minus, tapi akhlaknya juga minus. Sukanya cuekin istrinya yang cantik dan seksi nan menggoda ini. Kutinggalin ketar-ketir tuh burung dalam sangkar.

“Bunda!”

Itu suara anakku Rafel yang teriak dari arah kamarnya yang terletak di samping kamar kami. Biasa kalau sudah malam begini, Rafel suka di kelonin sebelum tidur.

Segera aku sudahi aktifitas rutin memakai skincare sebelum anak bujangku itu teriak dan ngamuk. Bisa-bisa malam ini aku begadang kelonin dia. Kalau kelonin bapaknya, aku hayuk aja. Gasss!

“Kenapa, sayang?” tanyaku pada Rafel ketika memasuki kamarnya. Dan anakku sudah ambil posisi di atas tempat tidurnya menungguku. “Mau di bacain cerita apa malam ini?”

Kulihat Rafel menggeleng dengan mata sayunya. Pertanda kalau anak itu berusaha menahan kantuknya.

“Mau peluk, Bunda aja,” mendengar suara manjanya itu membuat hatiku menghangat. Secepat kilat kuciumi seluruh wajahnya dengan gemas.

“Yasudah, yuk sini Bunda peluk,” aku segera ambil posisi di sampingnya. Memeluk dan ku kecup keningnya.

“Bunda!”

7 Years MarriedWo Geschichten leben. Entdecke jetzt