12. Kabar Mengejutkan

469 23 3
                                    

Bagian 12 - Kabar Mengejutkan

Happy Reading

👠👠👠

Jakarta, 7 tahun lalu

Dua bulan menjalin hubungan membuat kami semakin lengket saja. Per dua minggu, aku sudah resmi pindah dari rumah orangtuaku. Tepatnya karena Mas Darsa yang memintaku untuk pindah, alasannya katanya biar dia leluasa menemuiku dan tidak terbebani jika akan mengajakku kencan tapi pulangnya terlambat.

Yang akhirnya aku setujui setelah mengalami pergejolakan batin yang cukup lama. Tentu sempat mendapat larangan keras dari Mamaku, tapi akhirnya luluh juga setelah aku memberi alasan yang masuk akal. Waktu itu aku bilang kalau hanya sebentar saja karena pekerjaanku cukup banyak.

Mungkin Mama, Papa akan kecewa setelah tahu kelakuanku sebenarnya. Pasalnya aku nekat mengizinkan Mas Darsa menginap di apartemenku. Ya, bukan milikku juga, sih, karena sejatinya Mas Darsa yang membayar seluruh biayanya. Aku cuma numpang tidur dan makan saja disini.

Meski kami sudah tinggal seatap, tidur diranjang yang sama, namun aku masih bisa menjaga diri. Kami hanya make out dan tidak sampai berhubungan badan. Karena memang aku masih waras untuk tidak menyerahkan keperawananku pada Mas Darsa, meski seribu bujuk rayuan Mas Darsa sudah kutelan. Namun aku masih kekeuh atas pendirianku.

Seperti malam ini, setelah dua hari tanpa kabar, Mas Darsa mendatangi apartemenku dan mengatakan akan menginap selama beberapa hari.

“Bukannya itu kelamaan, ya Mas?” tanyaku hati-hati. Aku senang dia menginap, tapi sekaligus takut ada yang memergoki hubungan kami. “Nanti kalo ketahuan gimana, Mas?”

“Saya lagi malas pulang ke rumah, Yang.”

“Malas kenapa, sih? Dua harian ini juga kamu nggak ada kabar, baik-baik aja tuh,” tuturku juga kepo alasan dia nge-ghosting.

Tiba-tiba tubuhku di peluk erat olehnya dan hampir membuatku oleng, dan hello... aku baru saja selesai mandi dan hanya sehelai handuk yang menutupi tubuh telanjangku.

“Saya kangen kamu,” bisiknya lirih.

“Aku enggak, tuh,” sahutku ketus berusaha membebaskan diri dari dekapannya. “Mas, stop!” pekikku merasakan tangannya yang sudah meremas bokongku dan bibirnya menjelajah di leherku.

“Please! Saya pengin!”

Aku tahu maksudnya dan kupikir ini sudah tidak benar. Kemarin-kemarin aku memang mau dan pasrah, tapi sekarang tidak lagi. Perasaanku kacau setelah ditinggal dua hari terus tiba-tiba datang padaku ingin melampiaskan hasratnya.

“Enggak gini caranya kalo kamu kangen, Mas!” aku berhasil mendorong tubuhnya menjauh. Kuberikan tatapan tajam memberi peringatan. “Kalo kamu masih gini terus, mending kita udahan. Hubungan kita udah enggak sehat lagi, Mas!”

Sempat aku melihat tubuh Mas Darsa menegang kemudian tenang lagi ketika berhasil mengendalikan diri. Tatapan matanya tak bisa aku artikan sebagai apa. Sorotnya tidak mengandung emosi apapun selain menatapku lurus.

“Enggak sehat?” Mas Darsa mendengus tak percaya. “Tidak sehat darimananya kamu bilang? Bukankah kita sepakat untuk pacaran karena memang tujun kita menikah?”

“Tapi kamu kelewatan, Mas. Tidak ada orang pacaran yang serumah, tidur seranjang, saling memuaskan. Tidak ada Mas!” seruku.

“Kenapa baru sekarang kamu komplain? Kemarin-kemarin kamu mau aja saya sentuh, tapi kenapa sekarang enggak boleh?” tuntut Mas Darsa memojokkanku. “Saya sentuh kamu juga masih ada batasnya, dan saya tidak pernah melanggar aturan kamu.”

7 Years MarriedWhere stories live. Discover now