03. Perkara Ig Story

558 31 0
                                    

Bagian 3 - Perkara Ig Story

👠👠👠

Sudah dua jam aku nongkrong bersama sahabat-sahabatku di sebuah cafê bergaya autentik. Meski sudah menjadi ibu-ibu, jiwa kami masih tetap muda dan nggak gaptek. Postingan instagram harus tetap aesthetic. Isi postinganku selalu stylish dan sendiri atau nggak berdua Rafel, anak tampanku. Fotoku bersama Mas Darsa masih bisa di hitung jari. Hanya hari tertentu aku posting foto bersama Mas Darsa, itu pun foto keluarga kecil kami di hari raya besar.

Bahkan tidak jarang aku mendapat DM dari para lelaki berhidung belang yang terang-terangan memuji parasku dan mengajakku menjalin hubungan. Iuw!

Pernah sekali aku iseng-iseng membalas salah satu DM mereka dan berujung mendapat kemurkaan Mas Darsa. Padahal waktu itu aku hanya membalas DM mereka, bukan bertemu langsung. Apa kabar kalau seandainya aku bertemu langsung, bisa-bisa Mas Darsa merantai kakiku.

Saat itu Mas Darsa benar-benar marah dan meninju dinding hingga bolong. Dinding rumah kami waktu itu masih memakai bahan triplek jadi gampang rusak. Masih jelas di ingatanku wajah menyeramkan Mas Darsa ketika memergokiku berbalas pesan dengan para pria di Instagram. Tanpa tedeng aling, ponselku di lempar ke lantai hingga hancur.

“Beraninya kamu main-main di belakangku, Lika!”

Suara Mas Darsa menggelegar saat itu sampai membuat Rafel terbangun dan menangis ketakutan. Aku yang memang merasa bersalah, tak berani membantah dan hanya menatap sendu ponselku yang sudah terberai.

Selama sebulan itu aku tidak pernah lagi dibiarkan memegang ponsel oleh Mas Darsa. Pokoknya segala tindakan yang kulakukan atas pengawasan darinya.

Meski begitu aku masih suka diam-diam meminjam tablet Rafel untuk membuka akun instagramku. Aku buka instagram bukan untuk mengintip pesan para pria hidung belang, tapi memang sekedar mengirim pesan kepada sahabat-sahabatku tentang apa yang terjadi padaku.

“Gila, lo, Lik! Lo posting foto yang bener. Masa tete lo hampir keluar gini lo posting. Tunggu aja lo di amuk suami posesif lo,” Winda sekaligus sahabatku menyadarkanku dari lamunan.

“Kalo nggak gitu, mana ada yang mau endors gue,” jawabku sok santai.

Meski perkataanku terkesan masa bodo, tetap saja jantungku ketar-ketir. Buru-buru kubuka kembali akun Instagramku dan memeriksa view story. Saat itulah jantungku runtuh ketika mendapati nama Mas Darsa di urutan paling atas dengan tanda emoji love dibawah profilnya.

Aku sadar kalau emoji love yang di berikan Mas Darsa itu bukan karena menyukai fotoku, tapi itu sebagai tanda isyarat sebaliknya. Aku hapal betul sikap Mas Darsa ketika tidak menyukai maupun memyukai sesuatu.

Kuperhatikan sekali lagi fotoku yang kujadikan story. Di foto ini aku selfi dan memperlihatkan setengah badanku. Kuakui ekpresiku memang sedikit sensual dan apalagi dalaman tanktop yang hanya bertali itu mengintip di balik kardigan yang kupakai. Aku tidak sadar kalau ternyata bagian kerahnya melorot hingga terlihatlah belahan payudaraku.

Sebelum semakin banyak yang melihat, aku segera menghapus foto itu. Setiap detik rasanya sangat menyiksa menunggu detik-detik Mas Darsa menghubungiku. Aku tidak tahu kali ini bagaimana dia akan melampiaskan amarahnya.

👠👠👠

Pukul empat sore baru kami akhirnya benar-benar pulang dari cafê. Terlalu banyak hal yang kami bicarakan hingga lupa waktu. Bahkan aku sempat terlena sejenak ketika pada akhirnya aku tidak mendapat panggilan dari Mas Darsa. Sepertinya Mas Darsa ingin membebaskanku barang sebentar sebelum kemungkinan nanti dia menghukumku di rumah.

Aku memarkirkan mobilku di depan rumah Mamaku begitu tiba. Dari dalam mobil aku bisa melihat putraku sedang bermain bersama sepupunya, Haikal dan beberapa anak tetangga di teras rumah. Entah apa yang mereka mainkan karena saat ini mereka semua nampak fokus dan tidak tergubris oleh kedatanganku.

7 Years MarriedWhere stories live. Discover now