13. Sebuah Insiden

686 41 2
                                    

Bagian 13 - Sebuah Insiden

Happy Reading

👠👠👠

Jakarta, 7 Tahun Lalu

Sejak saat itu aku berusaha menjaga jarak dengan Mas Darsa, dan sejak saat itu pula aku mengklaim bahwa hubungan kami sudah berakhir. Sejak hari itu juga aku membereskan seluruh barangku di apartemen dan kembali tinggal di rumah orangtuaku. Kepindahanku itu tidak banyak drama, kecuali barang-barangku yang terlalu kebanyakan yang cukup menyulitkanku untuk membawanya.

Untungnya detik-detik itu, Mas Darsa tidak muncul di hadapanku. Karena kalau seandainya dia datang disaat tidak tepat itu, kupastikan dia bakalan mendapat amukan dariku. Bukan sekedar amukan biasa, tapi cakaran, jambakan, tamparan serta pukulan akan aku lakukan pada tampang dan tubuh indahnya.

Hal yang sama juga terjadi ketika di kantor. Seolah Mas Darsa juga ikut menjaga jarak sehingga intensitas untuk kami bertemu di kantor itu semakin tipis. Kalau ada pekerjaan yang mengharuskanku bertemu Mas Darsa, maka aku sigap meminta tolong pada anak tim lain untuk menggantikan. Selama ini cara itu cukup worth it buatku.

Dan karena jarak dan kurangnya komunikasi antara aku dan Mas Darsa itulah akhirnya membuatku menerima ajakan pacaran Rehan. Memang terkesan buru-buru tapi begitulah adanya. Aku menerima Rehan bukan karena punya rasa juga, tapi karena aku hanya butuh tameng buat jaga-jaga jika sewaktu waktu Mas Darsa datang padaku. Aku tahu perbuatanku ini salah tapi sungguh aku tidak punya pilihan lain. Dan lagipula kupikir perasaan sayang itu pasti akan tumbuh seiring waktu kebersamaan kami nantinya.

Seminggu kenal Rehan sekaligus menjalin hubungan, sejauh ini dia sosok yang hangat, baik terus bijaksana. Dia tau aku belum suka sama dia tapi dia malah mengatakan bahwa akan menungguku sampai aku juga punya rasa ke dirinya. Karena keyakinan itulah akhirnya membuatku berpikir untuk mencobanya juga.

Seperti malam ini, ketika aku pulang larut karena lembur, Rehan masih sanggup bela-belain buat jemput aku di kantor padahal aku tahu dia pasti capek juga habis pulang kerja.

“Aku udah dibawah.”

“Oke, tunggu sebentar. Aku juga udah mau jalan turun,” beritahuku pada Rehan lewat panggilan telepon.

Usai memutus sambungan, akupun buru-buru mengemas barang-barangku kemudian bersiap keluar menuju lift hendak turun sebelum akhirnya langkahku terhenti oleh sosok yang tiba-tiba saja menghadang jalanku.

Mas Darsa ternyata!

“Permisi, Pak!” ucapku berusaha bersikap formal dan sopan, karena bagaimanapun dia adalah atasanku.

Aku berusaha menghindar berkali-kali, tapi sepertinya Mas Darsa tidak akan membiarkanku lolos darinya kali ini. Aku ke kiri, dia juga ke kiri, aku ke kanan, dia juga ikut ke kanan menghadang jalanku.

“Maaf, Pak saya buru-buru. Sudah ditungguin dibawah,” ucapku masih berusaha menahan sikap. Tanpa melihat kearahnya pun, aku sudah mendapat firasat kalau tatapan Mas Darsa kini semakin menajam ke arahku.

“Lihat saya!”

Dari nada suaranya saja kayaknya Mas Darsa lagi menahan emosinya. Tapi sayangnya aku juga tidak bisa lagi menekan egoku demi menuruti kamauannya. Bukankah juga kami sudah tidak punya hubungan apapun lagi? Tapi kenapa Mas Darsa seolah menaruh harapan pada hubungan ini?

Dengan berpegang teguh pada keyakinanku untuk tidak terlena, akupun memberanikan diri menatap Mas Darsa tepat pada manik hitamnya. Rasanya pertahananku hampir runtuh kala tatapan kami akhirnya bertemu satu sama lain. Tatapan Mas Darsa seakan ingin menyelami isi pikiranku, tapi aku tak akan membiarkan hal itu terjadi.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Mar 27 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

7 Years MarriedWo Geschichten leben. Entdecke jetzt