09. Pulang Ke Rumah

464 27 1
                                    

Bagian 9 - Pulang Ke Rumah

👠👠👠

Rumah satu lantai bernuansa klasik di depan sana merupakan tempat tinggal orangtuaku sejak puluhan tahun yang lalu. Rumah yang menjadi saksi bisu pertumbuhanku dan Mbak Pika dari kecil sampai kami akhirnya menikah.

Rumah ini punya sejarah tersendiri bagiku, sebab di rumah ini terlalu banyak kejadian mengerikan yang sampai saat ini sulit kulupakan. Dari pertengkaran hebat antara Mama dan Papaku sewaktu kecil. Teriakan dan benda berjatuhan menyelingi pertengkaran mereka.

Mereka bahkan hampir bercerai lantaran Papaku ketahuan punya wanita simpanan oleh Mamaku. Bahkan hubungan gelap itu menghasilkan anak laki-laki yang saat ini tengah menempuh pendidikan di luar kota.

Waktu terus berjalan dan keadaan keluarga kami masih jalan di tempat. Tidak ada perubahan dan bahkan semakin menjadi-jadi. Mamaku sampai drop dan sempat harus menjalani terapi di psikolog memulihkan mentalnya yang pasti sangat hancur saat itu.

Bagaimana aku bisa tahu? Karena itu semua sudah Mama ceritakan padaku setelah beberapa tahun kemudian Mama mulai berdamai dengan keadaan dan Papaku pada akhirnya meminta maaf kemudian berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya. Mereka berdamai dan perlahan-lahan Mama mulai menerima anak yang di bawa Papa dan merawatnya.

Dan aku kini bisa merasakan bagaimana perasaan Mamaku waktu itu. Meski tidak sekacau perbuatan Papaku dan ini masih dugaan sementaraku, tapi rasanya mentalku sudah kacau melihat Mas Darsa dengan perempuan yang bernama Reksa itu. Karena aku tahu jelas siapa sosok Reksa ini.

Akan kuungkap sebuah fakta bahwa Reksa adalah mantan istri Mas Darsa. Iya, Mas Darsa alias suamiku, Ayah dari Rafel adalah seorang duda. Enggan kuakui tapi memang fakta dan kenyataan seperti itu. Aku menikahi duda. Dudanya Reksa, sahabatnya Palwi.

Alasan mereka bercerai aku tahu. Sebab akulah yang menjadi penyebab perceraian itu. Orang menyebutku perebut suami orang alias pelakor.

Aku bukan bangga menyebut diriku sendiri pelakor, tapi karena orang-orang yang menyebutkan seperti itu, jadi aku juga ikut meng-klaim diriku seperti itu. Justru aku juga korban. Aku tidak tahu apa-apa soal Mas Darsa ketika pertama kali kami menjalin berhubungan. Aku masih 25 tahun dan masih awam soal lelaki.

Dulu memang aku nakal, tapi aku nakalnya bukan dengan lelaki. Aku nakal karena suka party di club bersama sahabat-sahabatku. Minum sampai mabuk. Hanya sebatas itu.

Aku dulu kerja kantoran yang kadang butuh melepas penat ketika lelah bekerja dengan otak. Dan cara mengatasi itu, ya minum sampai mabuk.

Pertemuanku dengan Mas Darsa dimulai ketika kami memulai sebuah proyek bersama. Karena pekerjaan ini lah yang membuat intensitas pertemuan kami semakin sering. Tak pelak juga kami menghabiskan waktu bersama di luar kerjaan. Minum bareng di akhir pekan. Aku yang masih polos waktu itu naksir berat pada Mas Darsa tanpa tahu kalau sebenarnya dia bukan pria single. Tapi pria beristri. Seluruh gerak-geriknya tidak mencerminkan bahwa dia adalah pria berkeluarga.

👠👠👠

Sudah tiga harian ini aku tinggal di rumah orangtuaku. Anggap saja aku kabur dari masalah hidupku yang pelik. Aku dengar-dengar juga Mas Darsa sudah sembuh dan keluar rumah sakit besoknya.

Sampai saat ini aku dan Mas Darsa belum pernah berkomunikasi lagi. Dia sering meneleponku, tapi tidak pernah aku angkat kalau tidak sedang bersama Rafel. Karena kalau ada Rafel, pasti aku segera menyodorkan ponselku padanya dan membiarkannya berkomunikasi dengan Ayahnya.

“Bunda... Ini!” Rafel datang dari dalam kamarku sembari membawa ponselku. Dia baru saja video call dengan Ayahnya dan menceritakan dirinya yang baru saja mendapat stiker bintang dari guru di sekolahnya. “Ayah mau ngomong.”

7 Years MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang