Mereka semua dikutuk?#1

172 12 7
                                    

Naskah murni dari ide sendiri.
Selesai membaca, harap klik vote dan ketikkan komen, buat saran, kritik, atau dukungan.
Happy reading, semoga kalian suka:)

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB. Laki-laki itu hendak bergegas pulang ke rumah setelah mengikuti ekskul basket. Tepat ketika melalui lorong, dengan suasana redup cahaya, dia mendengar samar-samar, seperti ada lirih suara tangisan, seorang perempuan. Dia memperlambat langkah kakinya dan memfokuskan telinganya untuk menerka dimana sumber suara itu. Siapa perempuan yang sudah hampir malam seperti ini belum pulang sekolah? Selain hanya anak cowok yang mengikuti ekskul basket sejak jam 4 sore tadi. Karena semakin dihantui oleh rasa penasaran, dia pun mulai menelusuri jejak suara itu.

Langkah kakinya menyisiri tiap jengkal anak tangga, terlihat situasi di atas sana lumayan gelap. Masih terus berjalan pelan mengikuti alur suara itu, hingga dia sampai berhenti di titik lantai koridor, tepatnya di area Lab IPA.

Kurang kerjaan sekali, untuk apa dia mencari entah siapa perempuan itu. Bukannya lebih baik segera kembali ke bawah dan pulang saja. Lagipula, peduli apa dirinya pada orang lain yang notabenya sebagai pembully? Cih! Dia pun berbalik badan.

Hiks...hiks... Hiks... Sakitt...

Suara tersebut kini semakin jelas, perempuan itu berada di lantai 3. Akhirnya, lelaki itu mengurungkan niatnya untuk pergi, lalu dia berbalik lagi menuntaskan rasa penasarannya.

Dia selanjutnya menaiki anak tangga kedua. Lalu sampailah disitu tepat di depan pintu ruang sains. Ruang tersebut ternyata tempat titik keberadaan suara perempuan itu. Siapa yang telah tega mengurungnya, selain dirinya mungkin temannya? Dia berserta antek-anteknya, juga tidak akan segan melakukan tindakan seperti itu.

Tapi anehnya, digagang pintu itu tidak terpasang gembok ataupun pengganjal, sehingga mudah memberi akses orang untuk keluar masuk.

Dia menepis kejanggalan itu dan tetap bersikeras untuk masuk ke dalam. Perlahan langkah kakinya menuju ke sudut belakang, mendekati sosok perempuan itu, nampak dia sedang duduk terjongkok di dekat serangkaian kabel yang mengandung aliran listrik.

"eh, ngapain lo disitu?" tanya laki-laki itu dengan nada angkuh.

"tolongin.., sakit.." jawab perempuan itu, dengan kepala yang sedari tadi menunduk. rambutnya tergerai panjang, menutupi setiap bagian inci wajahnya, sehingga sulit baginya untuk mengidentifikasi siapa sosok itu.

"dih, males banget! lagian siapa sih lo?"

Sosok itu tiba-tiba berhenti menangis dan tidak memberikan respon lagi. Kini suasana menjadi lebih hening di tengah ruangan yang lumayan gelap. Sesaat kemudian, sosok itu bangkit sembari meraih serangkaian kabel yang ada di dekatnya. tengkorak kepala bagian depannya hancur menghasilkan aliran merah darah. Dia mengenal siapa sosok perempuan itu, Alice? tidak mungkin dia sudah mati!

Darah di dalam tubuhnya terasa seperti membeku. Bukan hal bercanda, sadar ternyata dia tengah berhadapan dengan sosok hantu. Lelaki itu merasakan ketakutan yang sangat luar biasa. Hitam kedua bola mata menatap tajam ke arahnya, diselingi seringai mulut yang menampakkan susunan gigi taring berwarna coklat kehitaman, serta darah yang masih mengalir, turut membasahi permukaan wajah pucatnya. Alice tetap terus mendekatinya tanpa kenal ampun, meski tahu lelaki itu bergidik ngeri dengan mengambil langkah mundur, berusaha untuk menjauh darinya. Tapi dengan besar energi negatif yang dimiliki, tanpa sentuhan kontak fisik, Alice menghantamkan tubuh lelaki itu ke jendela dengan cukup keras, hingga menembus kaca jendela, lalu pada akhirnya menimbulkan serpihan pecahan kaca.

akan tetapi, dia tidak begitu saja jatuh ke bawah, karena langsung ada kabel yang menopang tubuhnya dengan posisi menggantung. Alhasil dia harus menikmati sengatan listrik di atas jendela itu hingga tewas.

Rahasia AliceWhere stories live. Discover now