Nonton konser#5

80 8 0
                                    

Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa semua anak mulai keluar dari kelasnya masing-masing, sebagian besar akan mengisi perut kosongnya di cafetaria.

Dewi membereskan buku dan alat tulisnya setelah itu dimasukkannya ke dalam laci. Kemudian dia berdiri dari kursinya, karena hendak beranjak keluar dari kelas.

"mau ke kantin?" tanya Afriza, yang masih duduk di tempat
Dewi menggelengkan kepalanya "nggak, cuma mau ke perpus"
Setelah itu dia melangkah pergi, kemudian Afriza ikut menyusul

Keduanya berjalan menuju pintu, sembari melewati Callista, Fara, dan Gresya, yang masih berada di tempat.

"hih.. nyebelin banget sih Dewi! Sok kecantikan amat, padahal b aja" ujar Callista, sambil memukul-mukul meja dengan tangan kosongnya, serta menghentakkan kedua kakinya, untuk melampiaskan rasa kesalnya.
"kalian ngrasa ada yang aneh nggak sih? Bukannya Afriza itu kalo sama cewek-cewek cuek ya? Tapi kok sama Dewi kliatan akrab gitu? Iuh.." ujar Gresya
"bodoamat, buta tuh matanya! Udah jelas-jelas cantikan gue daripada Dewi" ujar Callista
"Lis, elo blom move on ya sama Afriza? Dulu kan waktu mos, lo sempet di tolak ya? Lo sih, gegabah banget waktu itu, padahalkan masih baru-baru awal pertemuan masuk sekolah, masa iya elo langsung bilang gitu aja, kalo lo suka sama dia" ujar Fara
"gue kira bakalan langsung diterima, soalnya kan gue cantik" jawab Callista, dengan rasa sedih bercampur malu
"yaudah sih gapapa, minimal lo udah pernah ngrasain dimana cinta saling menghargai" ujar Fara
Callista tersenyum mendengarnya, kemudian di susul dengan pelukan ketiganya. Ditengah pelukan itu Callista bergumam "andai gue yang duduk sama Afriza.."
"sabar ya Lis," ujar Gresya, sambil menepuk-nepuk bahunya.

***

"lo nggak pengen ke kantin?" tanya Afriza
"kalo lo laper yaudah sana ke kantin, ngapain ngikutin gue?" tanya Dewi
"kirain lo bakal pergi ke kantin, soalnya gue kepengen ngobrol aja sama lo, wajarkan sekalian biar kenal akrab"
Dewi menghentikan langkahnya.
"boleh tapi gue lagi mood ke perpus, kalo emang lo laper gapapa ke kantin aja, kan bisa ngobrol nanti lagi"
"nggak laper juga sih gue, yaudah ikut lo kesana aja"
"okay, lets go"

Sesampainya di ruang perpustakaan, Dewi menuju pada rak yang mengkoleksi buku-buku horror. Dari kecil dia memang sangat menyukai cerita atau film yang bergenre horror.

"aku-tau-kapan-kamu-mati" Afriza iseng mengeja tulisan judul buku, yang baru saja Dewi ambil di rak
"itu sih udah di film in, gausah baca novelnya" sambungnya lagi
"kan budayakan membaca dulu, sebelum nonton filmnya, emang lo udah nonton?" tanya Dewi
"udah, pemeran utamanya Natasya Wilona, kalo menurut gue lumayan bagus sih film nya, juga nggak serem-serem amat"
"emang boleh nggak seserem itu? Berani nggak nonton yang lebih serem lagi?" tanya Dewi, nadanya seperti menantang
"berani, udah banyak film horror yang gue tonton, contohnya serem banget yang baru tahun 2023 ini rilis, Night has come"
"oh drama korea itu, gue baru nonton thrailler nya sih, keliatannya menarik"
"gas.. tonton"

Kemudian Dewi berjalan menuju kursi untuk tempat dia membaca.

"lo nggak nyari buku? Malah cuma mandorin gue," tanya Dewi
"gabut gue, males"

Lalu dia menempatkan dirinya di kursi, diikuti Afriza duduk berhadapan dengannya. Sebenarnya dia merasa canggung karena disitu hanya ada mereka berdua. Sudah terbiasa perpustakaan memang sepi seperti ini, jarang ada anak yang minat membaca. Saat istirahat tiba, mayoritas yang penting tujuannya adalah ke Cafetaria.

Tapi ada sisi positifnya juga, ruang perpustakaan yang sepi akan memberikan dirinya ketenangan dari keramaian. Tapi tidak untuk kali ini, rasanya berbeda. Merasa terganggu dengan kehadirannya? Tidak, dia hanya merasa canggung dan ini aneh kenapa dia memiliki teman padahal baru bertemu? Afriza mengingatkan dirinya pada Alice.

Rahasia AliceWhere stories live. Discover now