You're not alone#3

98 10 1
                                    

Berangkat ke sekolah seperti biasanya, Dewi akan berjalan kaki melewati sekitar alun-alun, untuk menuju halte Bus yang tidak jauh dari tempat itu.
Saat langkah kakinya menyusuri trotoar, tepatnya di dekat alun-alun itu, disana dia melihat ada sebuah panggung besar bertuliskan starboyz. Juga terdapat poster kecil yang tertempel di pagar pembatas taman kota, tempatnya hanya bersebelahan dengan alun-alun. Dia berhenti sejenak, membaca poster itu dengan jarak mata lebih dekat. Di dalam poster itu berisi informasi, jika band vokal starboyz, akan tampil di alun-alun nanti mulai pukul setengah 7 malam.

Mengetahui hal itu, Dewi merasa senang karena lumayan untuk sejenak mendapat hiburan. Meskipun dirinya lebih sering mendengarkan lagu G friend, lagu-lagu pop indonesia pun dia masih menyukainya termasuk lagu yang akan dibawakan starboyz nanti malam.

***

Suasana cerah menyelimuti sekolah, sedikit demi sedikit murid-murid mulai ramai berdatangan. Ada yang sibuk memarkirkan kendaraannya di tempat, ada yang baru sampai di antar orang tuanya dengan mobil, serta ada juga yang sama denganya naik transportasi umum.
"ayo semuanya gerak cepat!"
Seperti biasanya jika sudah sekitar pukul 06.50 WIB. Pak satpam menghimbau murid-murid agar cepat masuk karena pintu gerbang akan segera di tutup.
"eh, itu malah ngobrol!"
Callista, Fara, dan Gresya, terlihat berdiri di samping gerbang. Setelah di teriaki seperti itu akhirnya mereka bertiga pun langsung masuk.

Saat berjalan di lorong utama, Bu Wulan nampak tergesa-gesa, lalu tanpa dia sadari kunci mobilnya terjatuh di lantai. Dewi yang berada di belakang menyadari hal itu. Karena rasa inisiatif, dia berlari kecil mendekati kunci mobil itu kemudian mengambilnya.
Sayangnya Bu Wulan sudah berbelok arah, dia pun segera pergi menyusul untuk memberi kunci tersebut.

"Bu Wulan?" panggil Dewi, sembari berlari menuju ke arah beliau
Bu Wulan menoleh ke belakang dan memberhentikan langkahnya.
"kenapa Dewi?"
"saya tadi lihat kunci mobil Bu Wulan jatuh di lorong, terus saya ambil dan sekarang saya ingin kasih ke Bu Wulan"
"oh begitu, wah terimakasih ya Dewi" ujar Bu Wulan, sembari menerima kunci itu di tangannya.
"iya, sama-sama bu"
"ngomong-ngomong Dewi sekarang gimana? Nggak suka bolos lagi kan? Lain kali jangan seperti itu lagi ya,"
Dewi sedikit tertunduk malu, serta menggigit bibir bawahnya. Seumur hidupnya, dia tidak akan berani membolos jika tanpa diajari oleh Alice.
"insyaallah saya tidak akan seperti itu lagi bu, em..maaf bu, saya boleh permisi sekarang?"
"iya, silahkan cepat pergi masuk ke kelas"
Dengan menunduk sopan, Dewi beralih meninggalkan Bu Wulan di tempat.

Belum sempat bernafas lega karena setelah bertatapan dengan Bu Wulan, berjarak 1 meter dari tempat dia bertemu dengan beliau, sudah dihadangi oleh Callista, Fara, dan Gresya. Di dalam hati Dewi mengumpat, sekarang dirinya sudah benar-benar bosan berurusan dengan tiga nenek lampir di hadapannya. Dia mengambil gerakan menghindar, namun yang dilakukannya segera di cegah oleh mereka.

"mau kemana lo?" tanya Gresya
"sorry, kayaknya gue nggak ada urusan sama kalian" jawab Dewi, sedikit memberanikan diri
"jelas ada dong" jawab Callista
"oh ya Lis turut berduka cita ya, sorry kemarin belum sempet ngucapin" ujar Dewi
"nggak usah pura-pura baik ngucapin bela sungkawa deh, bilang aja lo seneng kan Henky udah mati?" tanya Callista
Dewi hanya bisa menghela nafas, percuma saja bicara baik-baik dengan mereka.
"barusan caper banget, cari muka sama Bu Wulan, biar nggak dikasih konsekuensi kalo lo suka bolos kan? Dasar muka sok polos!" maki Callista
"sini ikut kita!" Dewi langsung di gelandang, dibawa pergi oleh mereka

***

Bukan segera masuk ke dalam kelasnya masing-masing, anak-anak perempuan menggerombol memenuhi jalan sepanjang koridor.

"kasih jalan dia mau lewat!" ucap anak lainnya
"astaga ganteng banget!"
"siapa sih dia?"
"dia bukannya Afriza?"

Cowok berkulit putih, memiliki wajah tampan, serta bertubuh jangkung itu, terlihat tidak peduli dengan sekitarnya, dia terus berjalan lurus menatap depan, kecuali setelah berpas-pasan dengan Elisa. Disana dia berhenti menatap mata Elisa lekat-lekat, sementara anak lainnya melihat hal itu keheranan sekaligus merasa cemburu.

"Dimana Dewi?" tanya Afriza, dengan tatapan dingin
"Dewi? Ngapain lo cari dia?" tanya Elisa kembali
"pasti lo tau, Dewi tadi dibawa sama mereka cepetan sekarang bilang mereka bawa Dewi kemana?"
"emang lo kenal sama Dewi?"
"cepetan jawab, gue tanya Dewi ada dimana!" kali ini Afriza membentak
"mer.. mereka bawa Dewi ke gudang" jawab Elisa, sedikit gugup

Anak lainnya pun tak kalah terkejut mendengar nada tinggi yang keluar dari mulut cowok itu, terlebih mereka juga keheranan saat dia menyebut nama Dewi, untuk apa dia mencarinya?

***

"kalo emang bener apa yang udah dibilang sama Elisa, Henky mati itu karna ada hubungannya sama arwahnya Alice, atau pun itu juga elo, itu artinya lo juga harus mati!!" bentak Callista, dihadapan Dewi yang sudah duduk terikat di kursi kayu yang telah usang bekas tempat duduk para murid.
"sumpah, gue udah bilang kan? Kalo gue nggak tau apapun soal kematiannya Henky!" jawab Dewi, sambil menangis karena ketakutan jika mereka benar-benar nekat mau mencelakainya.
"oh, atau jangan-jangan lo pernah pergi ke dukun buat bangkitin arwahnya Alice dan suruh balas dendam ke kita semua ha?!" tuduh Callista, sambil mencengkeram mulut Dewi, lalu dengan kasar melepas cengkeraman itu.
Dewi terbelalak. Sumpah sama sekali dirinya tidak seperti apa yang dipikirkan oleh Callista. "astaga nggak gitu,"
"balikin arwah Alice lagi ke asalnya, atau lo pilih mati sekarang disini" ancam Fara
"tapi sumpah, gue nggak nglakuin apapun ke kalian"
"enaknya di apain ya kalo masih belum mau ngaku?" tanya Fara, sementara Gresya sudah siap mengambil balok kayu, lalu di serahkan pada Fara
"k..kalian mau ngapain?"
"habis lo susah disuruh ngaku sih, jadi terpaksa kita semua harus bunuh lo" jawab Callista
"jangan please, sumpah demi allah gue nggak nglakuin apapun ke kalian, please gue nggak mau mati! Tolong!!!!" teriak Dewi
"jangan teriak! Tutup mulut dia!"
Mulut Dewi di bekap menggunakan kain yang sudah mereka persiapkan, sehingga dia kesulitan berteriak lagi meminta tolong.

Balok kayu siap melayang ke tubuhnya, Dewi memejamkan kedua matanya sambil mengepal kuat kedua telapak tangannya.

Mendadak hawa dingin menyelimuti ruangan gudang itu, membuat bulu kuduk mereka semua berdiri.

"Bentar, kalian ngrasa merinding nggak sih?" tanya Callista, sambil memegangi sebelah lehernya
Fara menurunkan balok kayu itu, lalu menatap kedua temannya. Dia juga merasakan hal yang sama.

Duak!

Barang-barang bekas di gudang itu terlempar kesana kemari dengan sendirinya. Melihat itu mereka ketakutan dan langsung lari terbirit-birit keluar dari gudang. Sementara Dewi hanya bisa berdiam disitu, karena ikatan tali di tangannya yang dikaitkan dengan kursi sangat kencang.

Tak lama kemudian, bersamaan barang-barang yang terlempar itu telah berhenti muncul bayangan tinggi di depan pintu. Seseorang itu masuk lalu berlari kecil menghampirinya.

"lo nggakpapa?" tanya Afriza, dengan mengambil posisi jongkok

Tubuh Dewi bergerak-gerak ingin meminta tolong untuk cepat di lepaskan talinya.
Afriza malah tertawa jaim, menyadari akan pertanyaan bodohnya barusan. Kemudian dia segera melepas ikatan itu, sementara Dewi menatap intens cowok yang sedang sibuk melepas ikatannya. Dia merasa tidak pernah melihatnya di sekolah, apa dia murid baru? Ketika selesai melepas ikatan di tangannya, kini dia giliran melepas kain yang membekap mulutnya. Wajah itu sangat dekat, astaga tampan sekali, kenapa dia melepasnya tidak dari belakang saja.

Rahasia AliceWhere stories live. Discover now