Elisa:Lo penyebabnya!#2

112 11 1
                                    

"lo nggak usah bawa-bawa soal dulu kalo gue sering dibelain sama Alice deh, nggak masuk akal tau," ujar Dewi
"nggak masuk akal lo bilang?" tanya Elisa

Dewi beralih mendekati pagar pembatas atap gedung sekolah, hembusan angin meniup rambutnya yang terikat menjadi satu. Terlihat di bawah sana banyak murid lainnya masih berkeliaran di area gedung.

Di kehidupan sekolahnya dia bersyukur karena pernah merasakan bagaimana memiliki seorang teman yang tulus padanya. Meskipun sekarang waktu itu telah berubah kembali. Kepergian Alice, menyisakan dirinya sedikit hal yang berarti bagi hidupnya. Keduanya matanya tak terbendung lagi menahan air mata.

"selama ada gue di antara pertemanan kalian berdua, gue tau, menurut lo gue ini benalu kan? Selama ini sebenernya elo nggak suka sama gue kan?" tanya Dewi, masih dengan mata berkaca-kaca. Sementara di balik punggungnya tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Elisa.

Selang tak lama kemudian bel waktu pulang berbunyi. Entah kenapa padahal waktu masih pukul 7 lewat 30 menit. Sepertinya gara-gara insiden yang menimpa Henky, akhirnya murid-murid dipulangkan lebih awal.

____Elisa____

Sekitar pukul 6 malam, aku hendak mengerjakan tugas sekolah di meja belajarku. Saat mau memulai tiba-tiba angin kencang masuk ke dalam kamarku melalui jendela, gordennya pun terkibas terkena tiupan angin.

Kemudian, aku berniat menutup jendela itu kembali. Namun ada sesuatu hal yang tak kuduga tiba-tiba muncul di hadapanku. Dia pucat dan sangat menyeramkan, di dahinya ada darah. Sontak aku berteriak sekeras mungkin dan langsung lompat ke kasur. Detik itu juga ada hal yang lebih menakutkan lagi, cermin riasku muncul tulisan berwarna merah.

'satu orang sudah mati, giliran mereka yang harus juga menyusul'

"Aaaaa!!!!"
Karena mendengar teriakanku akhirnya ibuku masuk ke dalam kamarku. Kemudian, ibuku menanyakan apa yang sedang terjadi padaku. Namun saat tanganku menunjuk ke arah jendela dan cermin itu, dia sudah menghilang begitupun tulisan itu. Akhirnya, ibuku hanya bisa terus menenangkanku.
Setelah itu aku baru teringat sesuatu kemudian aku langsung bangkit dan bergegas keluar dari kamarku tanpa memperdulikan ibuku, yang saat itu juga memanggilku.

Aku keluar dari rumah dan terus cepat berlari di tengah gelapnya malam. sementara jalanan sudah sepi jarang ada orang yang lewat. Di sepanjang jalan hanya ditemani penerangan lampu rumah warga.

Sampailah di depan pintu gerbang, SMA Pelita Bangsa. Sialnya pintu gerbang telah dikunci jadi terpaksa aku harus menaiki pintu gerbang itu dengan susah payah, lalu akhirnya aku berhasil masuk.

Kemudian aku berlari menuju lapangan dan ternyata disitu sudah tidak ada orang. Sepertinya di sekolah memang sudah tidak ada siapapun, semuanya sudah pulang. Mungkin hari itu aku hanya kelelahan saja jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

Tik, tik, tik, tik.

Seperti ada cairan yang menetes di atas rambutku, lalu aku mencoba menyentuhnya. Saat kulihat jemari tanganku, cairan itu berwarna merah. Darah?? Ku dongakkan kepalaku dan alangkah terkejutnya aku, ternyata ada mayat tergantung di jendela ruang sains.
Aku pun lari segera pergi meninggalkan sekolah. Ternyata memang benar firasatku, Alice sudah membunuh Henky dan akan membunuh yang lainnya juga. Sesampainya dirumah, aku tidak berani bercerita apapun pada ibuku dan keesokkan harinya, di sekolah aku datang menemui Dewi, aku bilang padanya jika penyebab arwah Alice gentayangan adalah pasti berpengaruh disebabkan oleh semasa hidupnya, selalu digantungkan olehnya. Selain itu aku sebagai sahabat Alice lebih dulu, jujur merasa terganggu dengan kehadiran Dewi, aku benci dia.

Rahasia AliceWhere stories live. Discover now