BAB 04

443 67 19
                                    

Suara pintu terbuka terdengar samar membuat Sky yang sedang belajar mendelikkan mata tidak suka. Suara langkah kaki yang mendekat membuat Sky dengan cepat menoleh.

"Bagus, inget pulang juga lo?" Tanyanya ketus.

Justin memutar kedua bola matanya malas, tidak peduli akan kehadiran Sky dia pun langsung bergegas ingin menuju kamar dan segera merebahkan diri di ranjang.

Mendapat respon seperti itu tentu membuat Sky naik darah, sekarang sudah pukul 11 malam dan Justin baru pulang, tidak tau jika sedari tadi Papi benar-benar khawatir akan keadaan Justin sampai menolak untuk tidur.

Setidaknya memberi kabar lewat pesan apa susahnya.

"Bang, lo tuh udah gede harusnya punya otak tuh di pake! Berhenti main-main terus, kasihan Papi."

"Suka-suka gue lah, hidup-hidup gue kok!" Sewot Justin.

Sky berdiri lalu berdecak pinggang. "Hidup lo bisanya cuma nyusahin orang?"

Mendengar itu sontak membuat Justin mendidih kesal, meletakkan jaket nyentriknya di sofa lalu menghampiri Sky dan mencengkram kerah bajunya. "Apa lo bilang?! Sopan lo begitu sama gue?!"

"Gue tau disini lo lebih tua tapi sikap lo masih kaya anak kecil!" Sky mendorong Justin lumayan kencang. "Seenggaknya kalo mau pulang malem tuh kabarin! Lo kaya gak tau Papi aja kalo anak-anaknya belum lengkap nggak bisa tidur dan gelisah, udah hidup berapa lama sih sama Papi?"

Bukan sekali dua kali Justin membuat orang rumah khawatir, bukan kali ini juga Sky menegur Abangnya namun Justin benar-benar tidak ada niat berubah.

"Jangan terlalu bikin Papi khawatir, Bang." Sky berucap sambil membenarkan kerah bajunya.

"Gak tau apa seberapa khawatir Papi sama lo disaat belum pulang? Hampir-hampir Papi mau nyusul lo tau gak! Papi itu udah berumur! Berhenti buat Papi khawatir."

Betul, ini emang salah Justin karena nggak ngasih kabar sama Papi atau orang rumah namun melihat Sky ngomong dengan wajah nyolot membuat Justin kesal dan ingin meninju wajah Adiknya.

"Iya gue tau gue salah! Tapi lo biasa aja dong ngomongnya! Nggak ada sopan-sopan nya ngomong sama gue! Disini umur gue lebih tua dari lo, Sky!"

Mendengar itu membuat mulut Sky terbuka langsung ingin membalas begitupun Justin sudah siap ingin menyumpal mulut Adiknya.

"Justin, Sky..jangan berisik udah malem."

Suara bariton dari sudut sontak membuat mereka langsung mengurungkan niat untuk adu bacot. Ada Papi disana sedang menatap kedua anaknya dengan tatapan lembut.

"Gak perlu ribut-ribut. Justin langsung cuci kaki dan ganti pakaian lalu tidur, Sky tutup laptopnya dan bikin susu udah cukup belajarnya."

Lalu atensi Papi teralihkan menatap sofa paling ujung. "Adek, ponselnya matiin dan tidur besok kan ada ujian."

"Dek." Papi menegur lagi karena nggak dapat respon dari si bungsu.

Mendengar itu membuat Binar cemberut namun tetap patuh. "Iya, Pi." Ucapnya sebelum pergi menuju kamar.

Binar, si bungsu dari tadi ada di sofa paling pojok sibuk bermain game. Sama sekali nggak peduli akan pertikaian kedua saudaranya.

Binar dengan patuh langsung menuruti ucapan Papi namun beda dengan si Abang dan Kakak, keduanya masih berdiri dan saling bertatapan dengan sengit.

"Apa lo!?" Justin nyolot saat Sky memasang wajah menyebalkan.

"Justin, Sky. Udah jangan ribut terus."

AbhiprayaWhere stories live. Discover now