BAB 07

387 60 11
                                    

Menghembuskan napas beberapa kali Papi kian memijat keningnya. Udah lebih dari satu minggu anak-anaknya kembali berubah. Bukan berubah jadi kucing ya.

Ketiganya mulai egois dan mementingkan diri sendiri tanpa peduli satu sama lain, sifat yang Papi coba hilangkan kembali muncul.

Bingung Papi tuh, gimana caranya agar anak-anaknya rukun dan saling peduli satu sama lain.

Suara derap kaki mengalihkan atensi Papi.

"Sky, habis dari mana?" Papi bertanya saat anak tengahnya dari luar rumah.

"Dari warung, habis beli mie instan." Sahut Sky.

"Kamu liat Abang gak? Biasanya kan lagi nongkrong di deket situ."

Kening Sky mengkerut sesaat sebelum menjawab. "Lah gak tau, gak peduli juga." Ujarnya lalu pergi meleset ke dapur.

Biasanya Sky ini yang paling peduli, bahkan tanpa ragu si tengah menghampiri Justin yang sedang main di arena balap.

"Papi." Justin masuk kedalam lalu duduk di samping Papi. "Mau main keluar dan nanti malem mungkin nggak pulang jadi jangan tidur larut-larut ya." Ucapnya.

"Mau tidur dimana kamu, Justin? Emang gak bisa pulang aja, balik malem gapapa asalkan pulang."

"Duh gak bisa, Pi." Justin berucap dengan nada memelas. "Lagian aku tuh udah gede bukan anak kecil lagi, Papi gak perlu terlalu khawatir sama aku."

Papi menghembuskan napas kecil, sebenarnya dia ini orang tua yang over protektif pada anak-anaknya, sedikit berat membiarkan Justin menginap.

"Udah biarin aja sih, Pi. Anak kaya gitu gak perlu dikhawatirin." Celetukan Sky dari arah dapur terdengar.

"Diem lo, Sky!" Justin berteriak lantaran kesal.

Mendengar tanda-tanda akan ribut membuat kepala Papi kembali berdenyut pusing.

"Papi." Binar keluar dari kamar dengan wajah panik. "Wi-fi mati ya? Tolong di cek dong Pi soalnya lagi main game." Ucapnya dengan nada merengek.

Mendengar itu membuat Justin geleng kepala. "Diem dulu deh, Bin. Jangan ngurusin itu dulu. Urusan gue lebih penting." Justin mendorong Binar agar kembali masuk ke kamar.

"Apaan sih, Bang Justin anjing!" Ucap Binar tidak terima.

Jangan bilang Binar itu gak pernah berkata kasar, walaupun kelihatan kalem dan lugu namun jangan salah, berkat didikan keras Sky agar Adiknya tidak mudah ditindas dia pun ngajarin Adiknya beberapa kosa kata kasar. Salah satunya ini, kalo Justin ngajak ribut ya ladenin aja.

"Waduh-waduh, Pi liat nih anaknya!" Justin langsung ngadu ke Papi terus maju satu langkah kehadapan Binar. "Mau ngelwan gue? Ayo aja gue mah, tapi awas kualat lo nanti."

"Ribut aja terus! Kalian berdua tuh bikin Papi pusing doang tau gak!" Sky datang dengan semangkuk mie instan di tangannya.

"Udah pada gede! Mikir dong!" Ucap Sky lalu berlalu dari sana dengan wajah masam.

Binar cemberut lalu pergi sedikit berlari masuk kedalam kamar. Sementara Justin langsung mendengus kasar, mengambil jaket dan kunci motor lalu pergi dari sana.

Papi bangkit dari sofa. "Abang mau kemana lagi, Bang?" Tanya Papi.

"Keluar, Pi. Gak usah terlalu khawatir karena aku udah gede, mending Papi urus si Binar aja tuh." Justin berucap lalu sedikit menyentak tangan Papi.

"Haduh."

Kan, gimana Papi gak pusing kalo anak-anaknya ribut terus.

Mulai duduk di sofa sambil memejamkan mata, anak-anaknya jadi tidak rukun seperti ini karena Papi, menjadi orang tua tunggal tentu aja gak mudah. Ngurus ini dan itu gak akan bisa dikendalikan semua, apalagi soal ngurus anak, susah banget.

AbhiprayaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz