Bab 3

254 37 61
                                    

Hy🙌
Seharusnya bab ini buat Minggu depan. Tapi, dari kemarin gatel banget pingin update ¯⁠\⁠_⁠ʘ⁠‿⁠ʘ⁠_⁠/⁠¯ jadi ya sudahlah, ku publish aja.

Jangan lupa ya tinggalkan jejaknya. Like dan komen, biar siap tahu jadi cepet up nya, hehe \⁠(⁠๑⁠╹⁠◡⁠╹⁠๑⁠)⁠ノ⁠♬ Have nice day dear❤️❤️

________

Nadine melihat dirinya dikaca, tidak terbiasa dengan wajah asing itu. Mencuci kembali wajahnya dengan air. Memberengut karena air biasa tidak bisa menghilangkan jejak make up sepenuhnya.

"Kenapa dia dandan gini?"

Nadine menghela nafas frustasi. "Gimana caranya gue kembali? Apa kabar sama tubuh gue?"

"Enggak mati, kan? Gue enggak ditubruk truk, jatuh dari tangga, kejedot pintu atau tenggelam. Gue hanya tidur."

"Gue harap tubuh gue baik-baik aja."

Dia mengibas-ngibaskan lengannya ke udara. "Biasanya di komik-komik kalo transmigrasi gini suka dikasih misi biar bertahan hidup atau biar bisa kembali ke dunia asli."

"Biasanya suka muncul Quest Window."

Dia berdecak karena apa yang dia harapkan tidak muncul. "Terus disini gue harus ngapain?"

Nadine melihat wajah Lotus. "Hey, mau lo apa?"

"Kenapa harus gue? Apa lo tahu? Sekarang jiwa gue ada di tubuh lo."

"Apa tujuan lo?"

"Dan jiwa lo ada dimana sekarang?"

"Lo menghilang ke mana? Atau- lo lagi bersembunyi?"

Menghela nafas, karena sampai bibirnya pun berbusa tidak akan ada jawaban.

"Apa gue bisa kayak Malika? Seberani dia? Setangguh dia? Dia balik ke dunia asli dengan gak terduga."

Nadine mengangguk. "Harus bisa."

"Sumber informasi tentang lo ada di rumah lo sendiri. Jadi, dimana rumah lo, Lotus?"

Nadine keluar dari toilet. Sudah ada Aice, Hatari dan Renai yang TERPAKSA menunggu.

Gue harus ngelakuin sesuatu.

"Terima kasih udah mau nunggu gue," ucap Nadine selembut mungkin. Bukannya merasa baik, mereka bertiga bergidik. Apa dia merencanakan sesuatu?

"Itu tas gue? Terima kasih." Nadine mengambil tasnya yang dipegang Renai.

"Sebenarnya, gue masih ngerasa bersalah sama tingkah laku gue ke kalian. Gue cewek jahat banget. Maaf ya?"

"Ya?" Kompak mereka kebingungan.

Nadine menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Apa yang udah kalian lakuin ke gue pasti gak gampang. Pada dasarnya kalian anak baik. Tapi gara-gara gue, kalian harus berbuat JA.HAT."

Tanpa sadar mereka meneguk saliva. Mereka merasa aneh, semakin gundah seakan suatu hal buruk akan terjadi.

"Tapi, meskipun gitu, kalian akan bertanggung jawab, kan?" Nadine menatap mereka sepolos mungkin.

"Akibat kaejadian tadi, gue jadi sering ngerasa pusing. Hati gue jadi enggak pernah tenang dan jantung gue," Nadine menyentuh dadanya. "Terus kerasa aneh. Gue takut."

Melihat mereka menatap pias, Nadine sedikit tersenyum, hanya sedikit. "Dan yang paling parahnya, ingatan gue terasa bermasalah."

"Seburuk itu?" tanya Hatari cemas.

TRANSMIGRASI? NOVEL? ENGGAK!!Where stories live. Discover now