Bab 16

164 26 37
                                    

Maaf banget karena baru bisa update. Kemarin laptopku nginep di Mang Konter beberapa hari :) Dan baru aja bisa diambil.

Selamat membaca :)

_____

Pekat matanya seperti langit malam. Menerawang jauh dengan gelap beramuk. Lokus, teringat malam itu. Malam itu juga langit tak terlihat bahagia, tenggelam oleh kehampaan.

Dari atas jembatan dia bisa melihat sungai terlihat tenang tapi aslinya siap menelan setiap waktu. Lalu lalang kendaraan melewatinya abai. Angin malam membawanya paksa untuk mengingat masa lalu. Kesedihan, kemarahan, nostalgia dan rasa sakit.

Sekarang jam tangannya menunjukkan nyaris pukul sebelas malam. Tapi, tak ada tanda-tanda dia akan segera pulang. Dia tak bisa pulang. Kekosongan hatinya semakin dalam setiap harinya, terlebih saat dia melihat Lotus. Melihatnya, mengingatkannya pada kehilangan. .

Lokus pernah sangat menyayangi Lotus, lebih dari apapun. Hingga, gadis itu menghancurkannya, membawakannya pilu yang tak berkesudahan.

Lokus juga pernah memiliki seorang Mamah yang sangat dia cintai, bahkan hingga detik ini. Rasa kecintaannya yang luar biasa membuatnya patah saat takdir memisahkan.

Malam itu, Mamahnya mengendarai mobilnya untuk menjemput Lotus dari pesta ulang tahun temannya. Lokus masih ingat, sebelum pergi Mamahnya memeluknya erat karena dia merengek ingin ikut padahal demamnya belum sembuh total. Berjanji akan membelikan pizza kesukaannya. Tapi, janji hanyalah janji yang tak terwujud. Lokus tak apa jika pizza yang dia nanti tak kunjung datang, asalkan Mamahnya pulang dengan penuh senyum bukannya informasi dari rumah sakit dan kepolisian.

Malam itu, sebelum sampai di tempat Lotus, Mamahnya mengalami kecelakaan. Mobil yang dia pakai menabrak truk lalu berguling-guling dengan kuatnya hingga membuat Mamah tewas di tempat.

Jika saja, hari itu Lotus pulang tepat waktu. Jika saja dia tak keblablasan main hingga malam. Jika saja, gadis itu tidak memaksa Mamahnya untuk menjemputnya, melainkan dijemput oleh supir keluarganya, mungkin Mamahnya masih hidup saat ini.

Rumah yang selalu penuh oleh gaduh kebahagiaan, seketika hening penuh keretakan.

Kepergiaan Mamahnya juga membuat Papah dikelilingi oleh batasan. Tak ada Papah yang selalu mengajaknya bermain game. Tak ada Papah yang mengeluarkan aura ceria dari wajah datarnya. Tak ada Papah yang selalu berusaha pulang tepat waktu. Tak ada Papah yang mengeluarkan aura hangatnya dari tubuh tegasnya. Hanya ada Papah dan dunianya. Tak ada Papah dan Mamah yang Lokus rindu.

Semua karena kembarannya bernama Lotus. Kakak perempuan yang lahir lebih awal beberapa menit darinya. Berkatnya, Lokus kehilangan banyak hal dalam sekejap.

Lokus menyugar rambutnya kasar. Malam ini Papah tak akan pulang. Jadi, tak apa jika dia tak kembali ke rumah. Dan Hari ini juga, dia melakukan hal bodoh... sial! Lokus mengakuinya, perkelahian itu karena Lotus.

Dia pikir semua rasa peduli terhadapnya sudah mati total. Tapi, nyatanya masih bersisa tanpa dia sadari. Dia marah akan fakta itu dan dia marah karena Trenz berucap seakan-akan kembarannya adalah hewan liar yang harus dikurung.

Dan bohong besar jika dia mengatakan tak suka atas pemberiannya kemarin. Karena ada ada secercah kebahagiaan yang dia abaikan saat menerimanya. Apa Lotus tahu makna bunga strawberi? Bahwa hanya ada makna baik yang terkandung di dalamnya.

Sebenarnya saat awal kematian Mamahnya, Lokus selalu berteriak dan megata-ngatainya dengan penuh kebencian. Lotus hanya akan menangis, berucap maaf berpuluh-puluh kali lalu lelaki itu akan mengabaikannya. Menjadi manusia tak terlihat, itu yang dilakukan oleh Lotus.

TRANSMIGRASI? NOVEL? ENGGAK!!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant