Bab 13

167 31 52
                                    

Hallo? Kalo ada kalimat yang agak gak nyambung atau typo, tandai ya, makasih └⁠(⁠՞⁠▽⁠՞⁠ ⁠└⁠)

Happy reading :) 

_____

Langit memang memiliki kuasa untuk mengubah cuaca. Baru beberapa saat lalu langit begitu cerah, tapi sekarang hujan lebat.

"Non..."

"Pak masuk lagi aja ke dalem, payungnya aku pinjem sebentar ya," ucapnya sambil mengambil payung yang dipakai Pak Rusman.

Lalu dengan cepat Nadine memayungi dirinya dan Lexux yang tak turun dari motornya. Padahal mereka sudah sama-sama basah kehujanan. "Makasih. Lexux, lo gak mau masuk dulu?"

Lexux menolak. "Cepet masuk ke rumah. Lo kedinginan."

Memang benar dia kedinginan. Angin sore hari dan hujan, benar-benar gila.

"Makasih ya udah nganterin gue pulang."

"Masuk Lotus!"

Nadine memberikan cengiran. "Kalo gitu hati-hati dijalan."

Saat dia sudah melewati gerbang, buru-buru dia kembali ke arah Lexux.

"Apa lagi? Lo bisa sakit."

Nadine terkekeh pelan. Padahal disini yang basah kehujanan bukan hanya dirinya sendiri. "Telapak tangan lo."

Lexux menghela nafas tapi tetap menurutinya. "Ini apa?"

"Tadi gue nemu Bunga Matahari yang siap panen. Ini rahasia. Cuman lo yang gue kasih,"

"Dan ini," tunjuk Nadine. "Katanya kalo minum rebusan ini bisa ningkatin stamina sama ngerawat liver. Kalo gitu hati-hati ya, dah," ucapnya sambil menepuk pundaknya.

Bukannya segera pergi, Lexux malah terbengong tak percaya. Telapak tangannya yang berisi beberapa biji atau ini disebut kuaci? Dan daun Bunga Matahari yang sudah basah karena hujan. Butuh waktu beberapa saat untuk dia kembali sadar. Memasukkannya ke dalam saku celana lalu pergi dengan tawa geli. Apa dia emang suka gitu?

Di sisi lain Nadine bergegas ke dalam kamarnya hingga seseorang menginterupsi langkahnya.

"Entah apa yang udah lo lakuin di luar. Tapi, seperti ucapan lo tadi pagi, gak akan ada masalah lain,"

"Haruskah kita bikin janji darah? Gue gak setolol itu untuk bikin masalah setiap harinya." Dia ingin cepat-cepat pergi mandi air hangat.

"Gue cuman gak mau Papah kena masalah lagi kerena ulah lo. Udah banyak yang Papah perbuat untuk nutup kebegoan lo."

Baru beberapa detik lalu, Nadine masih merasakan kegembiraan. Bukanlah kesal yang dia rasakan sekarang melainkan lelah dengannya.

Nadine merogoh tasnya lalu melemparkan sesuatu ke arah Lokus. "Buat lo. Terserah mau diterima atau dibuang," kembali melangkahkan kakinya.

Lokus menangkapnya. Di lengannya sekarag ada sebuah kalung dengan bunga stroberi kering.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TRANSMIGRASI? NOVEL? ENGGAK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang